Houthi Anggap Remeh Dicap Kelompok Teroris oleh AS: Lencana Kehormatan bagi Yaman
Houthi menganggap penetapan kelompok teroris oleh AS adalah sebuah kehormatan bagi Yaman.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.com - Juru Bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, baru-baru ini merespons atas penetapan kelompoknya sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat (AS).
Abdulsalam, mewakili Houthi, mengaku tak ambil pusing mengenai penetapan tersebut.
Justru menurutnya, penetapan Houthi sebagai kelompok teroris oleh AS adalah "lencana kehormatan bagi Yaman atas dukungannya terhadap perlawanan Palestina di Gaza," cuitnya di X, dikutip dari Associated Press.
Ia juga memastikan Houthi tidak akan menghentikan serangannya di Laut Merah, meski AS menetapkan sebagai kelompok teroris.
"Kami tidak akan mundur dari posisi kami dalam mendukung rakyat Palestina," ujarnya kepada AlJazeera.
Abdulsalam juga menambahkan AS tidak memiliki kekuatan untuk menerapkan keputusannya terhadap Houthi.
Sementara itu, analis Yaman yang tinggal di Washington, Hisham Al-Omeisy, menilai penetapan Houthi sebagai kelompok teroris oleh AS, justru akan menjadi narasi positif untuk kelompok tersebut.
Bahwa, kata Al-Omeisy, Houthi melawan negara adidaya untuk memperjuangkan umat Islam di manapun.
Di Yaman, lanjut dia, penetapan ini membantu pesan Houthi kepada rakyat Yaman bahwa AS adalah penyebab penderitaan mereka.
Diketahui, pada Rabu (17/1/2024), AS secara resmi kembali memasukkan Houthi ke dalam daftar teroris global yang ditetapkan secara khusus.
Penetapan ini turut menambahkan sanksi keuangan, selain serangan militer AS, dalam upaya terbaru pemerintahan Joe Biden untuk menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel.
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Puji Serangan Houthi di Laut Merah: Kerja Bagus, Lanjut Terus Sampai Menang
"Hari ini (Rabu), sebagai respons terhadap ancaman dan serangan yang terus berlanjut, AS mengumumkan penetapan Ansarullah, yang juga dikenal sebagai Houthi, sebagai Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
Ia menambahkan, penetapan yang akan berlaku dalam waktu 30 hari ini bisa dievaluasi kembali jika Houthi menghentikan serangannya di Laut Merah dan Teluk Aden.
Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump menetapkan Houthi sebagai teroris global dalam masa terakhirnya menjabat.
Namun, penetapan itu sempat dicabut oleh pemerintahan Biden dan kini berlaku kembali.
Hamas dan Jihad Islam Kecam AS
Hamas, dalam sebuah pernyataannya, Rabu, mengecam sikap AS karena kembali menetapkan Houthi sebagai kelompk teroris.
Kelompok Palestina itu mengatakan langkah politik AS tersebut semakin memperjelas rezim pendudukan Zionis.
Dalam pernyataannya, Hamas mengatakan keputusan AS itu adalah dukungan terang-terangan Washington terhadap Israel.
"Tindakan ini juga merupakan upaya untuk menutupi kejahatan barbar dan genosida rezim Zionis di Jalur Gaza," bunyi pernyataan Hamas, yang dikutip kantor berita Palestina, Sama.
Hamas menyatakan tidanakan AS itu sekali lagi membuktikan bahwa pemerintahan Joe Biden selaras dengan rencana melebarkan rezim Israel di Palestina.
"Kebijakan Amerika tidak akan pernah menghentikan negara-negara Arab dan negara-negara bebas di dunia untuk mengekspresikan solidaritas mereka terhadap bangsa Palestina, sampai rezim pendudukan runtuh dan hancur, dan keinginan bangsa ini (Palestina) terpenuhi," urai Hamas.
Baca juga: Ansarullah Yaman: AS akan Menyesali Serangannya, Kami Sudah Siapkan Kejutan untuk Sekutu Israel
Sementara itu, Jihad Islam Palestina menyebut sikap AS tersebut adalah untuk menghukum rakyat Yaman.
"Kami yakin sepenuhnya, bahwa motif utama di balik tindakan AS adalah untuk menghukum rakyat Yaman atas dukungan mereka terhadap Palestina di Gaza," ujar Jihad Islam dalam pernyataannya, dilansir IRNA.
Namun, Jihad Islam mengatakan tindakan AS tidak akan pernah melemahkan tekad dan kekuatan bangsa Yaman.
“Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, yang seringkali gagal, pemerintah Amerika masih berusaha untuk mendominasi negara-negara dan menggunakan terorisme sebagai dalih untuk mencapai tujuan ini," tambah Jihad Islam.
Jihad Islam menyebut rakyat Yaman dan Houthi bersaudara.
Kelompok itu juga mengatakan Houthi dan Yaman telah membuktikan keberanian mereka dengan berdiri bersama bangsa Palestina “dalam menghadapi musuh Zionis-Amerika."
AS Kembali Serang Yaman
Di hari AS menetapkan Houthi sebagai kelompok teroris, negara adidaya itu juga melancarkan serangan terhadap 14 rudal Houthi.
Dalam sebuah pernyataan di X, Komanda Pusat AS (CENTCOM) mengatakan rudal Houthi menghadirkan ancaman besar terhadap kapal dagang dan kapal Angakatan Laut (AL) AS di wilayah tersebut.
“Rudal-rudal yang berada di jalur peluncuran ini bisa saja ditembakkan sewaktu-waktu, sehingga mendorong pasukan AS untuk menggunakan hak dan kewajiban mereka untuk membela diri,” kata CENTCOM, dilansir Reuters.
“Serangan ini, bersama dengan tindakan lain yang telah kami ambil, akan menurunkan kemampuan Houthi untuk melanjutkan serangan sembrono mereka terhadap pelayaran internasional dan komersial di Laut Merah, Selat Bab-el-Mandeb, dan Teluk Aden.”
Serangan Houthi yang bersekutu dengan Iran, terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut sejak November 2023, telah memperlambat perdagangan antara Asia dan Eropa.
Hal itu tentu saja membuat khawatir negara-negara besar.
Serangan AS yang dilancarkan pertama kali pada Jumat (12/1/2024), dimaksudkan untuk menurunkan kemampuan Houthi dalam melakukan serangan di Laut Merah.
Houthi mengatakan serangan mereka merupakan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza dan mengancam akan memperluas serangan mereka.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)