Israel Syok, Operasi Al-Qassam di Al-Maghazi Tewaskan 20 IDF, Netanyahu: Hari Tersulit
Operasi Al-Qassam di Al-Maghazi telah menewaskan lebih dari 20 anggota IDF. Serangan itu membuat pejabat tinggi Israel syok.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Sri Juliati
Selain pasukan IDF, Al-Qassam diketahui juga menghancurkan tank dan dua buldoser militer Israel di barat Khan Younis, Gaza selatan, menggunakan peluru Al-Yassin 105.
Israel Gigit Jari
Sementara itu, para pejabat tinggi Israel mengecam "bencana besar" di Jalur Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu; Presiden Israel, Isaac Herzog; Menteri Keamanan, Yoav Gallant; Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir; dan pemimpin oposisi, Yair Lapid dan Naftali Bennet; termasuk di antara mereka yang mengomentari dan menyoroti kemampuan perlawanan Palestina.
"Pagi yang sangat sulit dan tidak tertahankan, di mana semakin banyak nama putra-putra (pasukan IDF) kita yang terbaik, tertulis di batu nisan para pahlawan, dalam perang yang tidak memiliki keadilan," cuit Herzog di X, dikutip Al Mayadeen.
Terpisah, Netanyahu menekankan pendudukan Israel "mengalami satu hari tersulit sejak pecahnya perang."
Lalu, Gallant menggambarkan operasi di Al-Maghazi sebagai hal yang "sulit dan menyakitkan."
Ia menekankan Operasi Banjir Al-Aqsa yang sedang berlangsung "akan menentukan masa depan Israel selama beberapa dekade mendatang."
Baca juga: Keluarga Sandera Israel Puji Hamas, Sebut Lebih Baik Dibanding Kabinet Netanyahu
Gallant mengklaim bahwa insiden baru-baru ini akan memaksa pihak berwenang untuk "mencapai tujuan" perang genosida Israel di Gaza.
Terakhir, Lapid yang sependapat dengan rekan-rekannya, menyebut tewasnya puluhan pasukan IDF "sangat sulit."
Jihad Islam: Operasi Al-Maghazi Jadi Bukti Israel Gagal Capai Tujuannya
Menanggapi operasi di kamp pengungsi Al-Maghazi oleh Brigade Al-Qassam, gerakan Jihad Islam memberikan pujian.
Anggota senior biro politik Jihad Islam, Ihsan Ataya, mengatakan tewasnya lebih dari 20 perwira dalam operasi Al-Maghazi menjadi bukti bahwa rezim Zionis gagal mencapai tujuannya dalam perang di Gaza.
Ia mengatakan kepada media Palestina bahwa rezim Israel "syok" setelah dua lusin tentaranya tewas dalam pertempuran melawan pejuang perlawanan Palestina.
Jumlah itu sejauh ini merupakan jumlah kematian terbesar dalam sehari di kalangan tentara Israel sejak 7 Oktober 2023.
Operasi itu terjadi di tengah pertempuran sengit di sekitar kota utama Khan Younis di selatan, yang terus-menerus diserang Israel selama beberapa hari terakhir.
"Sejak hari pertama serangan Israel di Jalur Gaza (7 Oktober 2023), terjadi koordinasi antara pasukan perlawanan Palestina untuk menghadapi penjajah Zionis," ujar Ataya, dikutip dari IRNA.
"Kami tahu bahwa persatuan di medan perang adalah pilar penting bagi kemenangan melawan rezim Israel," tambahnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)