Perlawanan Islam di Irak Akui Bunuh 3 Tentara AS: Kami Protes Agresi Israel di Jalur Gaza
Perlawanan Islam di Irak mengakui membunuh 3 tentara AS melalui serangan drone. Mereka protes atas dukungan AS pada agresi Israel di Jalur Gaza.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Perlawanan Islam di Irak mengakui mereka menembakan drone yang menargetkan tiga pangkalan Amerika Serikat (AS) di Suriah pada Minggu (28/1/2024).
Tiga pangkalan AS di Suriah yang diserang Brigade Perlawanan Islam adalah Al-Shaddadi, Al-Rukban, dan Al-Tanf, serta fasilitas militer AS keempat di dekat Bandara Erbil (di Irak), selain dari Fasilitas angkatan laut Zevulon di Israel.
Tiga tentara AS tewas dan lebih dari 30 lainnya terluka dalam serangan itu.
"Kami akan terus melancarkan serangan terhadap pangkalan-pangkalan Amerika Serikat untuk mendukung Jalur Gaza (Palestina) dan sebagai tanggapan atas pembantaian Israel di Jalur Gaza selama 114 hari," menurut pernyataan Brigade Perlawanan Islam di Irak.
Faksi Brigade Hizbullah, Al-Nujaba, Sayyid Al-Shuhada, Al-Awfa'a dan Imam Ali memilih untuk bersatu dalam satu front pada 12 Oktober 2023 lalu, yang mereka sebut 'Brigade Perlawanan Islam di Irak'.
Mereka menentang agresi Israel di Jalur Gaza dan menargetkan AS yang merupakan sekutu utama Israel dalam melancarkan genosida terhadap warga Palestina.
AS Marah
Departemen Keamanan Nasional AS (Pentagon), mengatakan apa yang dialami pasukan AS di Yordania adalah eskalasi yang berbahaya.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin marah ketika mendengar kabar terbunuhnya tiga tentara AS di Suriah.
“Saya merasa marah dan sedih atas terbunuhnya 3 tentara kami dalam serangan terhadap pasukan kami di timur laut Yordania,” kata Lloyd Austin, dikutip dari Reuters.
Ia mengancam Perlawanan Islam di Irak bahwa AS akan membalas serangan itu.
Baca juga: Tiga Tentara AS Tewas Dalam Serangan Drone di Perbatasan Yordania-Suriah, Iran Jadi Kambing Hitam
“Milisi yang didukung Iran bertanggung jawab atas serangan yang sedang berlangsung terhadap personel militer AS. Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi Amerika Serikat dan pasukan kami dengan cara yang tepat waktu dan tepat,” lanjutnya.
Lloyd Austin, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dan Wakil Penasihat Keamanan Nasional memberi pengarahan kepada Presiden Joe Biden pada Senin (29/1/2024) pagi ini tentang rincian serangan terhadap anggota militer AS di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah.
Serangan Bukan Terjadi di Wilayah Yordania
Di sisi lain, Yordania mengumumkan serangan yang menargetkan pasukan AS tidak terjadi di dalam wilayahnya, melainkan menargetkan pangkalan militer Al-Tanf di Suriah, di luar perbatasan Yordania.
"Serangan yang menargetkan pasukan Amerika di dekat perbatasan Suriah tidak terjadi di Yordania," kata Muhannad Moubaideen, Menteri Komunikasi Pemerintah dan juru bicara resmi Yordania, pada Minggu.
Pangkalan militer Al-Tanf, yang menampung pasukan Amerika di segitiga perbatasan antara Suriah, Irak, dan Yordania, sebelumnya pernah menjadi sasaran serangan drone bunuh diri yang diluncurkan oleh orang tak dikenal pada berbagai waktu selama beberapa tahun terakhir.
Hamas Palestina vs Israel
Sejumlah kelompok bersenjata menentang agresi Israel di Jalur Gaza dan mendukung warga Palestina yang sedang menghadapi genosida di Jalur Gaza.
Selain Perlawanan Islam di Irak, ada Hizbullah di Lebanon dan Ansarallah Houthi di Yaman yang sejauh ini mengambil langkah militer untuk melawan Israel dan sekutunya.
Segera setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel mulai membombardir Jalur Gaza.
Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 26.257 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (28/1/2024), 1.147 kematian di wilayah Israel, dan 369 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Senin (22/1/2023).
Israel memperkirakan, masih ada kurang lebih 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel