Setelah Serang Irak, Suriah, dan Yaman, AS Bertekad Terus Targetkan Kelompok yang Didukung Iran
Setelah dua hari melakukan serangan, AS mengindikasikan akan ada lebih banyak lagi serangan yang akan terjadi terhadap kelompok yang didukung Iran.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) bertekad untuk terus melancarkan serangan terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan, Minggu (4/2/2024), Reuters melaporkan.
Selama beberapa hari terakhir, AS telah menyerang kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak, Suriah, dan Yaman.
AS dan Inggris melancarkan serangan terhadap 36 sasaran Houthi di Yaman pada Sabtu (3/2/2024), hanya sehari setelah militer AS menyerang kelompok yang didukung Teheran di Irak dan Suriah sebagai pembalasan atas kematian 3 tentara AS yang tewas di Yordania.
“Kami bermaksud melakukan serangan tambahan, dan tindakan tambahan, untuk terus mengirimkan pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat akan merespons ketika pasukan kami diserang, ketika rakyat kami terbunuh,” kata Sullivan dalam program Meet the Press NBC pada hari Minggu.
Perang antara Israel dan Hamas yang meletus pada 7 Oktober 2023, kini telah menjalar ke Timur Tengah.
Upaya diplomatik pemerintahan AS Joe Biden untuk meredam perang juga berlanjut dengan berangkatnya diplomat tinggi Antony Blinken ke wilayah tersebut pada Minggu sore.
Kelompok-kelompok dukungan Iran yang menyatakan dukungannya terhadap Palestina telah memasuki konflik di seluruh kawasan.
Hizbullah Lebanon menembaki sasaran-sasaran Israel di perbatasan Lebanon-Israel.
Milisi Irak menembaki pasukan AS di Irak dan Suriah.
Sementara itu, Houthi Yaman menembaki kapal-kapal yang berlayar di wilayah Laut Merah dan Israel sendiri.
Iran sejauh ini menghindari peran langsung dalam konflik tersebut.
Baca juga: Houthi Bersumpah Beri Respons atas Serangan AS-Inggris di Yaman: Tak akan Halangi Kami
Pentagon mengatakan pihaknya tidak menginginkan perang dengan Iran dan yakin Teheran juga tidak menginginkan perang.
Sullivan menolak untuk menanggapi apakah Amerika Serikat akan menyerang situs-situs di Iran secara langsung.
Berbicara dalam program "Face the Nation" di CBS beberapa saat sebelumnya, Sullivan mengatakan serangan hari Jumat adalah permulaan, bukan akhir.
“Saya tidak akan menggambarkannya sebagai kampanye militer terbuka,” katanya.
Serangan hari Sabtu di Yaman menghantam fasilitas penyimpanan senjata, sistem rudal, peluncur dan kemampuan lain yang terkubur yang digunakan Houthi untuk menyerang kapal-kapal Laut Merah, kata Pentagon, sambil menambahkan bahwa pihaknya menargetkan 13 lokasi.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan serangan itu tidak akan terjadi tanpa tanggapan dan konsekuensi.
Juru bicara Houthi lainnya, Mohammed Abdulsalam, mengindikasikan kelompok mereka tidak akan tergoyahkan karena serangan itu.
Ia mengatakan keputusan Yaman untuk mendukung Gaza tidak akan terpengaruh oleh serangan apa pun.
Sementara itu, warga Yaman menceritakan bagaimana mereka diguncang oleh ledakan dahsyat.
“Bangunan tempat saya tinggal berguncang,” kata Fatimah, seorang warga Sanaa yang dikuasai Houthi.
Ia menyebut sudah bertahun-tahun dia tidak merasakan ledakan seperti itu.
Kelompok Houthi tidak mengumumkan adanya korban jiwa.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Qatar, dan Israel dalam beberapa hari mendatang dalam perjalanan kelimanya ke wilayah tersebut sejak Oktober.
Ia akan berfokus pada memajukan pembicaraan mengenai kembalinya sandera dengan imbalan gencatan senjata sementara.
Blinken juga akan mendorong kesepakatan besar antara Arab Saudi dan Israel yang ditengahi AS untuk menormalisasi hubungan, yang bertujuan untuk mengakhiri konflik Gaza lainnya dan langkah-langkah menuju negara Palestina di masa depan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)