Israel Bombardir Warga Gaza yang Antre Bantuan Makanan, 112 Orang Dinyatakan Tewas
Israel melancarkan serangannya di Jalan Al-Rashid, dekat Kota Gaza pada saat warga mengantre bantuan makanan. Akibatnya, 112 orang dinyatakan tewas.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel kembali melancarkan serangan tak pandang bulu di Jalur Gaza.
Dalam serangan terbarunya, pasukan Israel membombardir warga di Jalan Al-Rashid, dekat Kota Gaza pada saat mengantre bantuan makanan, Kamis (29/2/2024).
Akibat serangan tersebut, sebanyak 112 warga dinyatakan tewas dan 760 lainnya mengalami luka-luka.
Sebelumnya, ribuan warga menunggu bantuan makanan sekitar pukul 04.30 waktu setempat di Jalan Al-Rashid, dekat Kota Gaza.
Dikutip dari The New Arab, tak lama kemudian, pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga yang tengah mengantre tersebut.
Kepanikan pun tak terelakkan dan ratusan orang tergeletak di jalanan.
Korban tewas dan luka-luka dilarikan ke Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Kamal Adwan yang hampir tidak berfungsi.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qudra mengatakan pada saat itu, setidaknya 280 orang terluka dan jumlah korban tewas dikawatirkan akan terus bertambah.
Al-Qudra mengatakan kekejaman itu menandai “titik balik baru dalam serangkaian genosida”.
“Pasukan pendudukan Israel melakukan operasi pembunuhan sistematis terhadap 700.000 orang di Gaza utara melalui penargetan dan kelaparan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pada awalnya, pasukan Israel menyangkal bahwa mereka menargetkan warga yang tengah berkerumun untuk mengantre bantuan makanan.
Baca juga: Daftar Kurma Israel yang Diboikot Masyarakat Dunia Menjelang Ramadan Ini
Kemudian pasukan Israel mengatakan bahwa mereka mulai menembaki sekelompok warga sipil yang menunggu bantuan yang “berbahaya” mendekati mereka.
Para dokter di dua rumah sakit tersebut mengatakan mereka kesulitan merawat korban luka di tengah kekurangan pasokan di wilayah utara yang terkepung.
Kepala layanan ambulans di Rumah Sakit Al-Shifa, Faris Afana mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengatasi banyaknya korban.