Perempuan Palestina Alami Hari-hari Tergelap Saat Dunia Memperingati Hari Perempuan Internasional
Dunia sedang merayakan hari Perempuan Internasional. Ironisnya, di saat yang sama, Perempuan Palestina sedang mengalami hari-hari tergelap.
Penulis: Muhammad Barir
Perempuan Palestina Alami Hari-hari Tergelap Saat Dunia Memperingati Hari Perempuan Internasional
TRIBUNNEWS.COM- Dunia sedang merayakan hari Perempuan Internasional.
Ironisnya, di saat yang sama, Perempuan Palestina sedang mengalami hari-hari tergelap saat dunia memperingati Hari Perempuan Internasional.
Perempuan Palestina mengalami ‘hari-hari tergelap’ bangsa ketika dunia memperingati Hari Perempuan Internasional.
"Perempuan di Palestina berduka atas orang yang mereka cintai, terbunuh, terlantar, dirampas hak asasi manusianya yang paling dasar, itu terjadi di hadapan dunia,’ kata Mohammad Shtayyeh
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan pada hari Kamis bahwa Hari Perempuan Internasional akan diperingati ketika perempuan Palestina hidup melalui hari-hari paling kelam dalam sejarah bangsanya.
Dia mengatakan perempuan Palestina berduka atas orang yang mereka cintai, terbunuh, terlantar, dirampas hak asasi manusianya yang paling dasar, di depan mata dan pendengaran dunia,” dalam sebuah pernyataan untuk Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret.
“Kami mengingatkan para perayaan peringatan ini di seluruh dunia dan mereka yang memuji hak-hak perempuan bahwa di Palestina, terdapat 9.000 perempuan yang menjadi martir, selain puluhan ribu orang yang terluka, yatim piatu, dan hampir satu juta orang yang kehilangan tempat tinggal, serta ratusan tahanan,” kata Shtayyeh. .
“Biarkan perempuan Palestina hidup pada tanggal 8 Maret setiap hari, dengan kebebasan, martabat, kemandirian nasional, keamanan, dan keselamatan, dan biarkan standar ganda dan penerapan tindakan yang berbeda-beda,” tambahnya.
Kantor Media Jalur Gaza melaporkan Senin lalu jatuhnya 8.900 perempuan sebagai martir akibat serangan yang berlangsung selama lima bulan terakhir.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.
Lebih dari 30.700 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 72.000 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
(Sumber: Anadolu Ajansı)