Intelijen AS Laporkan Posisi Netanyahu Dalam Bahaya
Netanyahu belakangan ini menghadapi kritik keras di Israel atas kegagalan pemerintahannya dalam mencegah serangan Hamas dan pembebasan sandera.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Posisi Benyamin Netanyahu sebagai pemimpin pemerintahan Israel berada dalam bahaya.
Hal itu menjadi salah satu yang dilaporkan oleh komunitas intelijen Amerika Serikat di hadapan Kongres.
“Ketidakpercayaan terhadap kemampuan Netanyahu untuk memerintah semakin dalam dan meluas di kalangan masyarakat," demikian laporan tersebut seperti dikutip CNN.
Mereka memperkirakan akan terjadi protes besar-besaran yang menuntut pengunduran diri Netanyahu dan pemilihan umum dipercepat, serta mengharapkan pemerintaan yang berbeda dan lebih moderat.
Netanyahu belakangan ini menghadapi kritik keras di Israel atas kegagalan pemerintahannya dalam memprediksi atau mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Baca juga: Retorika Harris Indikasikan Netanyahu Kehilangan Dukungan AS, Ini Ketakutan Pejabat Israel
Serangan tersebut menewaskan 1.200 warga Israel dan lebih dari 240 orang disandera oleh Hamas.
Jajak pendapat publik juga menunjukkan, banyak warga Israel mempertanyakan apakah serangan militer Netanyahu sebagai respons serangan Hamas 7 Oktober, jadi cara terbaik mengembalikan sandera dalam keadaan hidup.
Perang sudah memasuki bulan kelima. Hingga kini masih ada lebih dari 130 sandera di tangan Hamas. Tak ada satu pun bisa memastikan mereka masih hidup.
Kritik terhadap sikap keras Netanyahu, bukan hanya datang dari rakyat biasa dan keluarga sandera, tapi juga datang dari oposisi. Termasuk sejumlah mantan petinggi militer
Mereka sepakat Netanyahu tak memiliki visi dalam menyelamatkan sandera dan menyelesaikan perang dengan Hamas.
Bahkan Netanyahu dituduh memiliki motivasi politik dan pribadi yang mengaburkan pengambilan keputusannya.
Laporan intelijen juga mencatat bahwa penduduk Israel secara luas mendukung penghancuran Hamas.
Namun penilaian mereka terhadap nasib politik Netanyahu memberikan laporan yang jelas tentang seorang pemimpin yang pernah diklaim “dicintai” oleh Presiden Joe Biden.
Kini Netanyahu dan Biden berseberangan mengenai jumlah korban dan nasib warga sipil Gaza.
Kementerin Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas melaporkan 30 ribu orang tewas. Sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sementara korban luka jumlahnya jauh lebih banyak. Termasuk ancaman kelaparan juga di depan mata.
Ketika laporan mengenai korban sipil dan kelaparan serta penyakit meningkat, pemerintahan Biden telah mendorong Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke daerah kantong Palestina.
Akhir pekan lalu, Biden dalam sebuah wawancara menyebut keputusan Netanyahu lebih merugikan Israel daripada membantu Israel.
Dalam wawancara terpisah, Netanyahu mengatakan, "jika Biden mengira saya menjalankan kebijakan pribadi yang bertentangan dengan keinginan mayoritas warga Israel, dan ini merugikan kepentingan Israel, maka dia salah dalam kedua hal tersebut.”
Laporan intelijen AS juga memperingatkan bahwa Israel butuh waktu bertahun-tahun untuk mengalahkan Hamas secara militer. Termasuk berupaya menetralisir infrastruktur terowongan bawah tanah Hamas.
Sebab, terowongan itu merupakan kunci pertahanan sekaligus serangan yang dilancarkan Hamas terhadap Israel.
"Terowongan itu memungkinkan militer Hamas bersembunyi, mendapatkan kembali kekuatan, dan mengejutkan pasukan Israel di masa mendatang.
Para ahli dan analis militer telah mengeluarkan penilaian serupa, memperingatkan bahwa kampanye pengeboman agresif Israel mungkin hanya akan menginspirasi generasi baru di masa depan.
Yang tak kalah mengejutkan, Hamas ternyata memberi inspirasi dua organisasi teror Al-Qaeda dan ISISuntuk melakukan serangan terhadap kepentingan Israel dan AS.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.