Reaksi Dunia Kala Putin Jadi Presiden 5 Kali, Sekutu Ucap Selamat, Inggris: Pemilih Kurang Pilihan
Berdasarkan perhitungan suara, Vladimir Putin mencatat rekor kemenangan telak pasca-Soviet dalam pemilu, dengan mengumpulkan 87,8 persen suara.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini reaksi para pemimpin dunia atas pemilu presiden yang digelar Rusia.
Berdasarkan perhitungan suara pada Minggu (17/3/2024), Vladimir Putin mencatat rekor kemenangan telak pasca-Soviet dalam pemilu, dengan mengumpulkan 87,8 persen suara.
Dengan hasil tersebut, Putin (71) kini mengamankan masa jabatannya sebagai Presiden Rusia untuk kelima kalinya.
Sekutu-sekutu Rusia dengan cepat mengucapkan selamat kepada Presiden Vladimir Putin atas kemenangannya.
Namun para pemimpin Barat mengecam pemungutan suara yang “ilegal” tersebut.
Berikut reaksi para pemimpin dunia atas kemenangan Putin:
1. Reaksi dari para sekutu Vladimir Putin
- Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev
Salah satu mantan Presiden Rusia yang menjabat pada tahun 2008-2012, Dmitry Medvedev, yang sekarang merupakan Wakil Ketua Dewan Keamanan, memberikan ucapan selamat untuk Putin bahkan jauh sebelum hasil akhir diumumkan.
"Saya mengucapkan selamat kepada Vladimir Putin atas kemenangannya yang luar biasa dalam pemilihan tersebut," katanya, di Telegram, dikutip dari Al Jazeera. - China
Baca juga: Ukraina, AS dan UE Kecam Pilpres Rusia, Sebut Kemenangan Putin Sebagai Pemilu Semu
Beijing mengucapkan selamat kepada Putin.
“Tiongkok dan Rusia adalah tetangga terbesar satu sama lain dan mitra kerja sama strategis yang komprehensif di era baru," kata pernyataan Beijing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian mengatakan Presiden Xi Jinping dan Putin “akan terus menjaga pertukaran yang erat, memimpin kedua negara untuk terus menjunjung persahabatan bertetangga yang baik, dan memperdalam koordinasi strategis yang komprehensif”.
-
India
BERITA REKOMENDASIPerdana Menteri India Narendra Modi mengatakan dia berharap dapat meningkatkan hubungan dengan Moskow untuk mengembangkan hubungan “khusus” mereka.
“Saya berharap dapat bekerja sama untuk lebih memperkuat Kemitraan Strategis Khusus dan Istimewa yang telah teruji antara India dan Rusia di tahun-tahun mendatang,” tulis Modi di X.
2. Reaksi dari anti-Putin
-
Britania Raya
Sementara itu, negara-negara Barat yang anti-Putin bereaksi negatif untuk kemenangan kelima Putin.
Pertama, sebut saja Menteri Luar Negeri David Cameron, yang mengatakan pemilu Rusia ilegal.Menurut Cameron pemilu kali ini menunjukkan “kurangnya pilihan bagi para pemilih dan tidak adanya pemantauan independen dari OSCE".
“Ini bukanlah pemilu yang bebas dan adil," sentilnya.
- Amerika Serikat
Sedangkan AS, melalui Juru Bicara Dewan Keamanan Gedung Putih, Washington menyebut bahwa pemilu Rusia "jelas tidak bebas dan adil mengingat Putin telah memenjarakan lawan politik dan mencegah orang lain mencalonkan diri melawannya". - Uni Eropa
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell menegaskan bahwa pemilu tersebut tidak berlangsung “bebas dan adil” tanpa ada oposisi yang dihancurkan atau tidak ada pengamat internasional yang hadir.
“Pemilu ini didasarkan pada penindasan dan intimidasi,” kata Borrell.
- Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyymenolak hasil tersebut dan menyebutnya tidak sah.
“Setiap orang di dunia memahami bahwa orang ini, seperti banyak orang lainnya sepanjang sejarah, telah muak dengan kekuasaan dan tidak akan berhenti untuk memerintah selamanya,” katanya.
“Tidak ada kejahatan yang tidak akan dia lakukan untuk mempertahankan kekuatan pribadinya. Dan tidak seorang pun di dunia ini yang terlindung dari hal ini," lanjutnya.
- Jerman
Kementerian Luar Negeri Jerman dalam sebuah unggahan di media sosial menyebut pemilu Rusia semu, tidak bebas dan adil.
"Hasilnya tidak akan mengejutkan siapa pun. Pemerintahan Putin bersifat otoriter, ia mengandalkan sensor, penindasan, dan kekerasan," papar Jerman.
“Pemilu di wilayah pendudukan Ukraina adalah batal demi hukum dan merupakan pelanggaran hukum internasional lainnya,” kata Jerman.
- Italia
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani mengatakan “pemilu itu tidak bebas dan tidak adil”.
“Kami terus mengupayakan perdamaian yang adil yang akan membawa Rusia mengakhiri perang agresi terhadap Ukraina, sesuai dengan hukum internasional.”
- Republik Ceko
Menteri Luar Negeri Ceko Jan Lipavsky menyebut pemilu tersebut sebagai “lelucon dan parodi”.
Dia berkata: “Pemilihan presiden Rusia ini menunjukkan bagaimana rezim ini menindas masyarakat sipil, media independen, dan oposisi."
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)