Dokter Palestina yang Bekerja di Gaza Terpilih Menjadi Rektor Universitas Glasgow
Dokter Inggris-Palestina Ghassan Abu Sitta terpilih sebagai rektor Universitas Glasglow di Inggris.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Dokter Inggris-Palestina Ghassan Abu Sitta terpilih sebagai rektor Universitas Glasgow di Inggris.
Ghassan Abu Sitta diketahui telah berjuang menyelamatkan nyawa di Gaza yang terkena serangan Israel selama 40 hari, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Melalui laman X, Universitas Glasgow mengumumkan Abu Sitta memperoleh suara 4.172 atau sekitar 80 persen dalam pemilihan rektor.
Dengan perolehan suara yang tinggi ini, Abu Sitta terpilih sebagai rektor baru universitas tersebut dan berhasil mengalahkan pesaingnya.
Lawan Abu Sitta dalam pemilihan rektor ini adalah anggota Partai Buruh di Parlemen Skotlandia, Paul Sweeney.
The New Arab melaporkan, Sweeney hanya memperoleh 430 surat suara pilihan pertama.
Sementera pesaing Abu Sitta lainnya adalah rektor lama Universitas Glasgow yaitu Rita Rae.
Rita Rae berada di posisi terakhir dengan perolehan suara 234.
Setelah terpilih, Abu Sittah akan bertugas selama tiga tahun sebagai rektor di Universitas Glasgow.
Ia akan bertugas mulai Senin depan dan mewakili mahasiswa di tingkat tertinggi universitas tersebut.
Ia juga digambarkan sebagai salah satu ahli bedah plastik dan rekonstruktif terkemuka di dunia.
Dalam pidatonya, Abu Sitta mengatakan tujuannya mencalonkan diri sebagai rektor.
Baca juga: Muncul Sinyal Israel Bakal Serang Rafah di Gaza setelah Lebaran, AS-Israel Kembali Berembuk
Ia mengatakan selama jadi rektor ia berjanji akan menyuarakan penghentian agresi Israel di Gaza.
“Dalam mencalonkan diri sebagai rektor, saya bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa Universitas Glasgow untuk menyatakan penolakan mereka terhadap perang genosida Israel di Gaza, untuk menentang keterlibatan pemerintah kami dalam solidaritas dengan Palestina,” kata Abu Sitta.
Ia juga yakin mahasiswa di universitas tersebut sangat menyuarakan keadilan.
“Sebagai alumni Glasgow, saya tahu betapa semangatnya mahasiswa universitas ini dalam melawan ketidakadilan," jelasnya.
Selama pidatonya, ia juga menjelaskan perjuangannya di Gaza.
“Saya juga mengetahu pernah bekerja sebagai ahli bedah perang selama 4 perang di Jalur Gaza, termasuk selama 43 hari sejak Oktober 2023, parahnya krisis kemanusiaan yang dihadapi masyarakat Gaza," katanya.
Abu Sittah membuat empat janji dalam manifestonya, berjanji untuk menekan universitas agar mengutuk genosida Israel di Gaza.
Selain janji di atas, Abu Sittah juga enyerukan dalam manifestonya agar Universitas Glasgow melakukan divestasi dari perdagangan senjata.
Kemudian ia juga akann erdedikasi untuk membangun hubungan baru dan memperkuat kemitraan yang sudah ada dengan universitas-universitas terkemuka Palestina.
Terakhir, ahli bedah terkenal ini menyerukan penggantian definisi kerja antisemitisme International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA) yang kontroversial, yang telah diadopsi oleh Universitas Glasgow.
“Meskipun saya benar-benar berkomitmen untuk mengatasi segala bentuk antisemitisme, saya yakin bahwa, dengan menghubungkan kritik terhadap Israel dengan antisemitisme, definisi ini mengancam kritik akademis terhadap acara solidaritas Israel dan Palestina,” kata Abu Sittah.
Pemungutan suara berlangsung mulai pukul 09.00 waktu setempat pada hari Senin hingga pukul 16.00 pada hari Selasa.
Ia menekankan pemungutan suara ini ia dedikasikan sebagai bentuk solidaritas dirinya terhadap warga Palestina.
“Pemungutan suara bagi saya adalah suara solidaritas terhadap rakyat Palestina,” kata manifesto Abu Sittah.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.