2 Jenderal IRGC Tewas dalam Serangan Udara Israel di Damaskus, Iran Bertekad Balas Dendam
Mohammad Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haji Rahimi termasuk di antara 11 orang yang tewas, para pejabat Iran bersumpah akan membalas dendam.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Dua komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran atau IRGC tewas dalam serangan udara di kompleks kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, Senin (1/4/2024).
Brigjen Mohammad Reza Zahedi dan Brigjen Mohammad Hadi Haji Rahimi, tewas dalam serangan itu, bersama lima petugas lainnya, yakni Hossein Amanollahi, Mehdi Jalalati, Mohsen Sadaqat, Ali Agha Babaei dan Ali Salehi Rozbahani, dilansir The Nastional.
Brigjen Zahedi adalah komandan Pasukan Quds IRGC di Lebanon dan Brigjen Rahimi adalah komandan senior di cabang operasi luar negeri IRGC.
Total sedikitnya 11 orang tewas dalam serangan itu, kata seorang pemantau perang yang berbasis di Inggris.
“Korban tewas akibat serangan Israel di gedung kedutaan Iran telah meningkat menjadi 11: delapan warga Iran, dua warga Suriah, dan satu warga Lebanon – semuanya pejuang, tidak satu pun warga sipil,” kata Rami Abdulrahman, kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kepada AFP.
Serangan tersebut merupakan serangan paling signifikan terhadap sasaran Iran sejak perang meletus antara Israel dan Hamas.
“Dengan membunuh komandan Zahedi di jantung kota Damaskus, Israel ingin memancing Iran melakukan konfrontasi langsung,” kata sumber yang dekat dengan sekutu Iran di wilayah tersebut kepada The National.
Serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan lebih lanjut di pihak lain yang melawan Israel, termasuk dari kelompok yang didukung Iran di Yaman dan Lebanon, ujar sumber itu menambahkan.
Iran mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk serangan tersebut
Dalam suratnya kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kuasa Usaha Iran di PBB, Zahra Ershadi, menuduh Israel dengan sengaja menargetkan lokasi diplomatiknya di Damaskus.
Ershadi meminta Dewan Keamanan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan termasuk melalui pertemuan mendesak untuk mengatasi pelanggaran berat dan mencegah tindakan agresi di masa depan yang membahayakan keamanan dan keselamatan misi diplomatik.
Sumber militer Suriah mengatakan kepada The National bahwa Israel melancarkan serangan dari arah Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada pukul 5 sore pada hari Senin.
Baca juga: PROFIL Brigjen Reza Zahedi, Jenderal Senior Iran yang Tewas dalam Serangan Udara Israel di Damaskus
Dia mengatakan bahwa beberapa rudal ditembak jatuh oleh pertahanan udara Suriah.
Serangan itu meratakan kediaman lima lantai duta besar di Damaskus.
Gedung itu merupakan bagian dari kompleks kedutaan Iran di kota tersebut dan merupakan lokasi konsulat.
“Gedungnya bersebelahan dengan kedutaan Iran,” kata sumber keamanan Suriah kepada The National.
Iman, warga kawasan Mezzeh tempat kedutaan Iran berada, mengatakan kepada The National bahwa ledakan yang menghancurkan konsulat itu begitu kuat hingga rumahnya, yang berjarak sekitar dua kilometer, berguncang akibat dampaknya.
Bertekad balas dendam
Duta Besar Iran untuk Suriah, Hossein Akbari, mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan atas serangan tersebut.
“Serangan Israel terhadap konsulat Iran mencerminkan realitas entitas Zionis, yang tidak mengakui hukum internasional dan melakukan segala sesuatu yang tidak manusiawi untuk mencapai apa yang diinginkannya,” kata Akbari dalam sebuah pernyataan setelah serangan tersebut.
“Kami akan membalas pada waktu yang kami tentukan, dengan tindakan yang tepat terhadap agresi pengecut ini” tulisnya di X.
Berbicara kepada wartawan di depan kedutaan, menurut kantor berita Iran Isna, Akbari mengatakan pesawat tempur F-35 dengan enam rudal telah menyerang kompleks kedutaan.
“Saya sedang berada di tempat kerja saya di kedutaan, dan saya melihat dari kamar saya ada bangunan yang rusak,” ujarnya.
Akbari mengatakan dua penjaga keamanan tewas dalam serangan itu.
Ia menambahkan bahwa jumlah final korban tewas akan diumumkan setelah mayat-mayat itu ditemukan dari reruntuhan.
Zahedi memegang peranan penting
Sumber keamanan Suriah menyebut Mohammad Reza Zahedi sudah menjadi target serangan.
AS telah menjatuhkan sanksi terhadap Zahedi, dan Washington menuduhnya melakukan terorisme.
Zahedi memegang beberapa posisi senior di Pasukan Quds, termasuk sebelumnya memimpin pasukan darat kelompok tersebut.
Dia bertindak sebagai penghubung antara Teheran dan sekutunya, kelompok militan Lebanon Hizbullah dan badan intelijen Suriah.
Zahedi dilaporkan bertugas menjamin pasokan senjata Iran ke Hizbullah.
“Keahlian dan nilai strategisnya yang sebenarnya adalah perannya yang sudah lama ia jalani sebagai penghubung utama Pasukan Quds dengan Hizbullah di Lebanon, yang merupakan tanggung jawabnya selama bertahun-tahun,” ujar Charles Lister, pengamat terorisme dan ekstremisme di Middle East Institute.
“Selain itu, sejak tahun 2021, Zahedi juga bertanggung jawab penuh atas semua yang dilakukan IRGC dan Pasukan Quds di Suriah."
"Jadi, bisa dibilang dia adalah agen nomor satu di Pasukan Quds, yang mengkoordinasikan garis depan strategis Iran yang paling sensitif untuk Lebanon dan Suriah.”
Serangan Israel terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran
Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Al Mekdad, mengatakan dari kedutaan Iran di Damaskus bahwa entitas pendudukan Israel tidak akan dapat mempengaruhi hubungan antara Iran dan Suriah.
Israel telah berulang kali melakukan pemboman terhadap sasaran Iran dan Suriah di Suriah.
Serangan tersebut meningkat sejak dimulainya perang di Gaza antara Israel dan Hamas dan konflik lintas batas antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Serangan hari Senin ini terjadi hanya beberapa hari setelah puluhan tentara Suriah dan anggota Hizbullah tewas dalam serangan udara Israel di provinsi barat laut Aleppo pada hari Jumat (29/3/2024), dalam salah satu serangan terbesar terhadap Suriah dan kelompok yang didukung Iran sejak 7 Oktober.
Israel juga mengintensifkan serangan terhadap Hizbullah di Lebanon, sehingga memicu kekhawatiran bahwa konflik di perbatasan Israel-Lebanon dapat meningkat menjadi perang habis-habisan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)