Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Timur Tengah Membara, Ukraina Makin Merana

Partai Republik akhirnya mempertimbangkan untuk memberikan bantuan perang untuk Israel. Tapi bukan untuk Ukraina.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Timur Tengah Membara, Ukraina Makin Merana
Kementerian Pertahanan Rusia/TASS
Bom FAB-500 Rusia siap dikerahkan untuk menghancurkan wilayah yang dikuasai oleh pasukan Ukraina 

TRIBUNNEWS.COM -- Partai Republik akhirnya mempertimbangkan untuk memberikan bantuan perang untuk Israel. Tapi bukan untuk Ukraina.

Partai yang ngotot memblokir RUU bantuan untuk Israel, Taiwan dan Ukraina akhirnya menyerukan sidang khusus parlemen Amerika Serikat (AS) itu setelah Timur Tengah membara.

Iran akhirnya membuktikan janjinya untuk menyerang Israel pada Minggu (14/4/2024) pagi dengan meluncurkan ratusan rudal dan drone ke arah Israel.

Baca juga: Ini Dia Rencana Rusia di Ukraina pada Musim Panas 2024

Ketua parlemen AS Mike Johnson (dari Partai Republik) menyerukan keputusan penuh untuk mendukung sekutu terpenting mereka.

“Saya akan terus bekerja sama dengan Gedung Putih untuk mendorong respons yang tepat. Pemerintahan Biden yang melemahkan Israel dan menenangkan Iran berkontribusi terhadap peristiwa mengerikan ini,” kata Johnson dalam akun X beberapa jam setelah serangan Iran dimulai.

Serangan tersebut diperkirakan membawa dampak buruk bagi Ukraina. Pasalnya AS kemungkinan hanya memfokuskan bantuan ke Israel saja.

RUU bantuan untuk Israel, Ukraina dan Taiwan diperkirakan bakalan tenggelam. Saat ini Mike Johnson dengan Partai Demokratnya tetap menolak memberi bantuan ke Ukraina, jika diberikan secara cuma-cuma.

BERITA REKOMENDASI

Adanya hanya bantuan darurat untuk Israel saja, yang AS memiliki kepentingan besar di Timur Tengah.

"Pada saat yang sama, jika bantuan Israel pada akhirnya dipisahkan dari dukungan untuk Ukraina (yang awalnya ditegaskan oleh Partai Republik), maka kemungkinan besar paket bantuan Ukraina akan semakin tertahan di Kongres," tulis media asal Ukraina, Strana.

Baca juga: Intel Ukraina Sebut Rusia Pindahkan 2.400 Tentaranya dari Suriah ke Ukraina

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden yang sudah tidak berdaya dengan perlawanan parlemen yang dikuasai oleh Partai Republik soal bantuan Ukraina, kini memfokuskan pada perang Iran-Israel.

Dikutip dari CNN, Biden menyerukan para sekutunya negara-negara Barat untuk bergerak membantu Israel.

Sebelumnya Ukraina meminta agar Barat segera mengirimkan bantuan senjata mereka ke negeri itu.

Kondisi di Ukraina saat ini sudah sangat genting di mana hampir semua fasilitas energi di negeri itu hancur dibombardir pasukan Vladimir Putin.

Tentara Rusia sedang meledakkaan artileri menyerang pasukan Ukraina
Tentara Rusia sedang menembakkan artileri menyerang pasukan Ukraina (© Alexander Polegenko/TASS)

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan, pemadaman listrik terjadi di mana-mana karena hampir semua pembangkit listrik di seluruh Ukraina telah rusak.

Kuleba meminta agar para sekutunya segera mengirimkan bantuan yang paling dibutuhkan yaitu sistem pertahanan udara buatan AS, Patriot.

Setidaknya Ukraina membutuhkan sebanyak 25 sistem peluncur Patriot untuk ditempatkan di kota-kota di negara itu untuk melindungi fasilitas energi mereka.

Disamping fasilitas energi yang makin merana, Ukraina juga semakin kehabisan senjata dan pasukan, mereka sangat membutuhkan pasokan senjata dari para pendukungnya di Barat.

Sementara itu, eks penasihat Kantor Kepresidenan Alexei Arestovich percaya bahwa AS telah menghentikan bantuan militer ke Ukraina untuk memaksa Kiev berdamai.

AS dianggap sudah enggan memberi bantuan dan menginginkan perdamaian berdasarkan rencana perdamaian di Turki pada Mei 2022 lalu.

“Apa yang dilakukan AS berkaitan langsung dengan rencana perdamaian Turki. Ini bukan perjanjian Turki, tapi perjanjian Rusia-Amerika. Mereka hanya meminta Turki untuk menyuarakannya sebagai pihak ketiga,” kata Arestovich.

Kondisi Kharkiv pasca-serangan rudal Rusia pada Jumat (6/10/2023).
Kondisi Kharkiv pasca-serangan rudal Rusia (State Emergency Service of Ukraine)

“Ada tanda-tanda yang sangat jelas yang memaksa Ukraina untuk menerima rencana perdamaian ini atau rencana perdamaian serupa,” kata dia menjelaskan mengenai berhentinya pasokan AS selain karena masalah politik di AS yang segera menggelar pemilihan presiden.

Sementara itu Vladimir Putin terus melancarkan serangannya ke Ukraina. Pasukan Rusia melakukan 48 serangan presisi terhadap lokasi energi dan industri militer Ukraina, serta area penempatan tentara dan tentara bayaran selama seminggu terakhir dalam operasi militer khusus di Ukraina.

“Pada tanggal 6-12 April, Angkatan Bersenjata Rusia melancarkan satu serangan besar-besaran dan 47 serangan gabungan dengan senjata presisi yang diluncurkan dari udara, lintas laut, dan darat serta kendaraan udara tak berawak terhadap bahan bakar dan energi Ukraina serta lokasi industri militer sebagai pembalasan terhadap tindakan rezim Kiev. Upaya untuk menimbulkan kerusakan pada industri minyak dan gas serta instalasi energi Rusia. Selain itu, serangan tersebut menargetkan pangkalan pemeliharaan dan lokasi penempatan sementara pasukan operasi khusus Ukraina dan tentara bayaran asing,” kata kementerian pertahanan Rusia itu dalam sebuah pernyataan dilansir dari TASS.

“Semua target yang ditetapkan telah dihancurkan,” demikian informasi tersebut.

Pasukan Rusia meningkatkan posisi garis depan mereka dan memukul mundur empat serangan balik tentara Ukraina di wilayah Kupyansk di mana musuh kehilangan lebih dari 380 tentara dan 66 peralatan selama seminggu terakhir, kementerian melaporkan.

“Di arah Kupyansk sepanjang minggu, unit-unit Kelompok Pertempuran Barat meningkatkan posisi terdepan mereka dan menimbulkan korban jiwa pada tenaga kerja dan peralatan dari lima brigade mekanik Ukraina, dua brigade pertahanan teritorial dan dua brigade Garda Nasional di dekat pemukiman Serebryanka di Republik Rakyat Donetsk, Berestovoye dan Sinkovka di Wilayah Kharkov.

Selain itu, mereka berhasil menghalau empat serangan balik oleh kelompok penyerang dari brigade serangan udara ke-95 dan brigade Garda Nasional Ukraina ke-31 di dekat pemukiman Grigorovka dan Terny di Republik Rakyat Donetsk,” kata kementerian tersebut.

Rusia mengklaim, Kiev kehilangan lebih dari 3.000 tentara di wilayah Donetsk selama seminggu terakhir Pasukan Rusia memperoleh posisi yang menguntungkan dan berhasil menghalau 23 serangan balik tentara Ukraina di wilayah Donetsk di mana musuh kehilangan lebih dari 3.000 tentara dan tiga tank dalam seminggu terakhir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas