Pemimpin Oposisi Israel Sambut Baik Pengunduran Diri Haliva, Minta Netanyahu juga Mundur dari PM
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menyambut baik pengunduran diri Aharon Haliva.
Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Diberitakan Al Jazeera, Badan Intelijen Israel berada di bawah pengawasan ketat karena gagal melihat apa yang akan terjadi pada tanggal 7 Oktober.
Warga Israel ingin tahu mengapa militernya tidak siap meskipun ada laporan peringatan setahun sebelumnya mengenai potensi serangan dan mengapa mereka mengalihkan sumber daya untuk memantau Gaza.
Para pemimpin militer dan intelijen Israel telah menolak dokumen setebal 40 halaman yang ditulis oleh seorang analis senior yang menguraikan serangan yang ternyata sangat mirip dengan yang terjadi pada 7 Oktober, menurut New York Times.
Pada saat itu, para pejabat memutuskan bahwa serangan semacam itu berada di luar kemampuan kelompok bersenjata tersebut.
“Ada sesuatu yang buruk dalam dunia intelijen Israel,” kata Yossi Mekelberg, seorang rekan di lembaga pemikir Inggris Chatham House.
Beberapa pemimpin senior militer, termasuk Haliva, mengaku bertanggung jawab atas kegagalan pada 7 Oktober tersebut.
Namun, diasumsikan bahwa mereka yang terlibat dalam perang di Gaza akan dimintai pertanggungjawaban setelah perang selesai.
Baca juga: Israel Klaim Siap Evakuasi Warga Palestina dari Rafah ke Khan Younis, Berencana Lancarkan Serangan
Sebagai informasi, pengunduran diri Aharon Haliva disampaikan pada awal perayaan Paskah, hari libur besar Yahudi, dan ketika operasi militer di Gaza melambat dalam beberapa pekan terakhir menjelang kemungkinan serangan terhadap kota Rafah di selatan.
Penentuan waktu pengunduran diri para pejabat keamanan dan militer diperumit oleh perang yang sedang berlangsung di Gaza dan pertempuran dengan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, di sepanjang perbatasan utara Israel.
Ketegangan dengan Iran juga meningkat menyusul serangan antara kedua musuh tersebut.
Beberapa pakar militer mengatakan pengunduran diri pada saat Israel terlibat dalam berbagai bidang adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan dapat ditafsirkan sebagai tanda kelemahan.
Di sisi lain, Haliva dan rekan-rekannya secara terbuka mengatakan bahwa merekalah yang harus disalahkan karena tidak mencegah serangan tanggal 7 Oktober.
Saat itu, Hamas menyerang pertahanan perbatasan Israel pada 7 Oktober, mengamuk di komunitas tanpa tantangan selama berjam-jam dan menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang di Gaza.
Serangan itu memicu perang melawan Hamas di Gaza, yang kini memasuki bulan ketujuh.
(Tribunnews.com/Nuryanti)