IDF Bawa Pasukan Buldozer ke Khan Yunis, Qassam Bertahan Mati-matian di Rafah, Hamas: Kuburan Israel
Pengerahan buldozer ke Khan Yunis adalah strategi perang untuk menjadikan wilayah itu jadi wilayah perlindungan pasukannya saat menggempur total Rafah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
![IDF Bawa Pasukan Buldozer ke Khan Yunis, Qassam Bertahan Mati-matian di Rafah, Hamas: Kuburan Israel](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/brigade-al-qassam-sayap-militer-hamas-menyiapkan-rudal.jpg)
IDF Bawa Pasukan Buldozer ke Khan Yunis, Hamas Bertahan Mati-matian di Rafah, Qassam: Kuburan Tentara Israel
TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan sudah memulai operasi perluasan invasi militer ke Rafah, Gaza Selatan pada Sabtu (11/5/2024).
Selain Gaza Selatan, Pasukan Israel (IDF) menyatakan akan melakukan operasi kembali ke Gaza Utara, khususnya ke Kamp Jabalia untuk memblok Hamas me-rebulid pasukan di wilayah tersebut.
Baca juga: AS Sebut Israel Tak Terbukti Langgar Hukum Internasional, IDF Bersiap Gempur Total Rafah dan Jabalia
Dalam pengumuman perintah evakuasi ke warga sipil Palestina di dua wilayah Gaza tersebut, IDF menyatakan akan mengerahkan 'kekuatan besar' pasukan dalam operasi militernya.
Satu di antara kekuatan besar itu rupanya menyertakan pasukan buldozer saat tentara IDF mulai menyerbu daerah Al-Farahin, sebelah timur Abasan Al-Kabira, di Khan Yunis, Gaza Selatan, pada Sabtu pagi.
"Sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa pasukan pendudukan melakukan operasi buldoser besar-besaran di daerah tersebut," tulis laporan Khaberni.
Khan Yunis merupakan area penting bagi IDF untuk dikuasai.
Pengerahan buldozer dalam sebuah operasi pembongkaran besar-besaran menyiratkan strategi perang untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah perlindungan pasukannya saat menggempur total Rafah.
Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
![Jarak antara Khan Yunis dan Rafah di Gaza Selatan yang berkisar 8 mil atau 7 Kilometer.](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/jarak-antara-khan-yunis-dan-rafah-yang-berkisar-8-mil-atau-7-kilometer.jpg)
Sebagai catatan, Rafah dan Khan Yunis hanya berjarak sekitar 8 mil atau 7 Kilometer, perimeter ideal bagi basis pasukan untuk maju dan mundur dari dan ke lokasi pertempuran.
"Mereka untuk mengubahnya menjadi daerah perlindungan potensial sehubungan dengan pembicaraan tentang Pertempuran Rafah, serta keinginan untuk beristirahat dan memulihkan kesiapan pasukan Israel," papar Pakar militer dan strategis, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi.
Meski membombardir Khan Yunis, Israel tidak sepenuhnya menguasai wilayah tersebut. Tercatat, serangan-serangan sergapan milisi perlawanan Palestina membuat banyak prajurit IDF roboh.
Baca juga: Mundur Tanpa Hasil, Ini yang Bikin Tentara Israel Gagal di Khan Yunis, Mati Kutu di Perang Kota
![Petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas di Gaza. Israel dilaporkan banyak mengalah dalam tawaran final ke Hamas terkait proposal pertukaran tahanan dan sandera untuk gencatan senjata di Gaza.](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/petempur-brigade-al-qassam-sayap-militer-gerakan-hamas-di-gaza.jpg)
Hamas Akan Mati-matian Bertahan di Rafah
Seiring rencana IDF melancarkan operasi militer skala besar di Rafah, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan, mengutip sumber-sumber di tentara Israel, kalau gerakan Hamas akan mempertahankan garis perlawanannya di kota tersebut.
"Hamas akan tetap berada di Rafah bahkan jika operasi militer terus berlanjut di seluruh kota, dan tidak ada solusi ajaib," tulis laporan tersebut.
Ini artinya, Rafah akan menjadi medan perang yang sangat berbahaya bagi jutaan pengungsi yang masih terperangkap di kota tersebut.
Terlebih, negosiasi pertukaran sandera antara Hamas dan Israel, berstatus mati suri -kalau tidak mau dibilang terhenti- karena aksi invasi Israel yang duluan menyerang Rafah Timur dan menembus titik penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir.
Baca juga: Rebut Kendali Penyeberangan Rafah, Israel: Kami Tak Langgar Perjanjian Damai dengan Mesir
![Asap membumbung ke udara pasca pemboman Israel atas Kota Rafah di Gaza Selatan pada 11 Februari 2024.](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pengeboman-kota-rafah-ok.jpg)
Hamas: Israel Memang Mau Perang Diperpanjang
Adapun gerakan Perlawanan Hamas terkait kelanjutan negosiasi pertukaran tahanan itu menegaskan, mereka merespons upaya para mediator secara bertanggung jawab dan positif.
Hamas mengklaim, juga sudah menunjukkan fleksibilitas yang diperlukan untuk tercapainya kesepakatan.
Hamas menuntut agar gencatan senjata dilakukan secara permanen, penarikan komprehensif pasukan musuh dari seluruh Jalur Gaza, kembalinya para pengungsi dalam kebebasan penuh, dan pertukaran tahanan melalui kesepakatan serius dan nyata yang mengakhiri penderitaan semua tahanan Palestina di penjara-penjara pendudukan.
Semua tuntutan itu dengan imbalan pembebasan tahanan Israel seperti yang tertuang dalam proposal terbaru yang diajukan mediator, termasuk AS.
"Gerakan ini menunjukkan dalam sebuah pernyataan bahwa penolakan pendudukan terhadap usulan para mediator, melalui amandemen yang dibuat, membawa permasalahan kembali ke titik awal," tulis Khaberni dalam laporannya.
Hamas menekankan bahwa serangan tentara pendudukan Israel terhadap Rafah dan pengambilaliihan kendali di titik penyeberangan Rafah-Mesir tersebut terjadi segera setelah Hamas mengumumkan persetujuannya terhadap proposal mediator.
"Ini menegaskan bahwa pendudukan (memang) menghindari mencapai kesepakatan," kata Hamas.
Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
![Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyiapkan rudal](http://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/brigade-al-qassam-sayap-militer-hamas-menyiapkan-rudal.jpg)
Rafah Bakal Jadi Kuburan Penjajah
Hamas juga menekankan kalau invasi terhadap Rafah tidak akan menjadi sebuah piknik bagi tentara Israel.
"Gaza akan selalu menjadi kuburan bagi penjajah," kata pernyataan Hamas.
Hamas menyebut, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya menggunakan negosiasi tersebut sebagai kedok untuk menyerang Rafah dan menduduki titik penyeberangan tersebut.
"Mereka mau melanjutkan perang pemusnahan terhadap rakyat Palestina, dan mereka memikul tanggung jawab penuh karena menghalangi tercapainya kesepakatan," kata Hamas.
Gerakan ini juga menegaskan kalau mereka akan menyiapkan strategi canggih menghadapi aksi-aksi Israel.
"Mengingat perilaku Netanyahu, penolakannya terhadap proposal mediator, serangan terhadap Rafah, dan pendudukan perbatasan (Rafh-Mesir), pimpinan gerakan akan mengadakan konsultasi dengan para pemimpin faksi perlawanan Palestina untuk mempertimbangkan kembali strategi negosiasi kami," kata Hamas.
(oln/khbrn/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.