Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

4 Dugaan Penyebab Jatuhnya Helikopter yang Tewaskan Presiden Iran, Ada Faktor Internal

Ada 4 dugaan penyebab jatuhnya helikopter yang tewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan rombongan.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in 4 Dugaan Penyebab Jatuhnya Helikopter yang Tewaskan Presiden Iran, Ada Faktor Internal
Foto: Presidensi Iran/AFP
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi peralatan militer Angkatan Laut IRGC di Bandar Abbas, Iran, 2 Februari 2024. 

Muncul empat dugaan penyebab jatuhnya helikopter yang tewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan rombongan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Warga Iran dan dunia membanjiri platform media sosial dengan lelucon dan spekulasi tentang penyebab jatuhnya helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi.

“Kita tidak bisa mengesampingkan sabotase Zionis. Penyelidikan menyeluruh akan mengungkap kebenarannya,” tulis ilmuwan Yahudi Benjamin Rubinstein di X (twitter) yang menyebut dirinya anti-Zionis dan anti-imperialis.

Pejabat Iran juga menduga faktor pesawat tua penyebab kecelakaan terjadi pada Minggu (19/5/2024).

Termasuk kemungkinan pihak Israel terutama agen intelijen Mossad ikut andil di belakang kecelakaan tragis itu.

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri  telah memerintahkan penyelidikan penyebab jatuhnya helikopter.

Jenderal Mohammad Bagheri telah menunjuk Jenderal Ali Abdollahi, Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata, untuk memimpin tim khusus tingkat tinggi dalam menyelidiki secara menyeluruh keadaan dan penyebab insiden tragis tersebut.

Baca juga: Panglima Militer Iran Perintahkan Penyelidikan Atas Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi

Berita Rekomendasi

Tim khusus  ini, menurut TehranTimes, bertugas mengeksplorasi semua dimensi kecelakaan untuk mengungkap alasan di balik bencana tersebut.

Kendati demikian diduga ada 4 penyebab jatuhnya helikopter tersebut:

1. Israel

"Bukan kami yang melakukannya,” kata seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters, beberapa jam setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi dipastikan tewas dalam kecelakaan helikopter.

Jika melihat ke belakang terjadi pembunuhan di Iran diantaranya imuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh, yang bekerja pada program nuklir negara itu, dibunuh di dekat Teheran pada tahun 2020.

Fakhrizadeh terbunuh dalam serangan canggih yang melibatkan senjata yang dikendalikan dari jarak jauh. Iran menuduh Israel mendalangi pembunuhan tersebut.

Israel tidak membenarkan atau menyangkal keterlibatan mereka dalam serangan tahun 2020 itu.

Serangan siber, yang dilaporkan terjadi di Israel, melumpuhkan sebagian besar pompa bensin di seluruh Iran pada tahun 2023 .

The Economist berpendapat keterlibatan Israel tidak dapat dikesampingkan dalam kasus jatuhnya helikopter karena Israel dan Iran sudah lama musuhan.

Namun media Israel Jerusalem Post mengatakan tidak mungkin agen Mossad melakukan tindakan keji itu.

Mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel Mayjen Yaakov Amidror juga mengabaikan kemungkinan bahwa Israel berada di balik kecelakaan itu.

“Itu sama saja buang-buang energi (mengatakan hal itu)," ujarnya.

“Jika Anda ingin melakukan sesuatu yang akan mempunyai pengaruh baik secara domestik maupun [eksternal]  maka seseorang tidak akan menargetkan presiden," ujarnya.

2. Faktor Internal

Faktor internal pengalihan kekuasaan di Iran juga disebut-sebut ada di balik kecelakaan tragis itu.

Mojtaba Khamenei, putra Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, disebut-sebut akan menjadi Presiden Iran dalam Pemilu yang akan digelar 50 hari mendatang.

Sudah lama terdengar spekulasi bahwa Raisi atau Mojtaba adalah dua sosok utama pengganti Khamenei.

Sehingga kematian Raisi membuka jalan bagi Mojtaba untuk menjadi penerus Khamenei.

“Jika Raisi benar-benar mati, kuncinya bukanlah siapa yang menggantikannya. Fakta bahwa Pemimpin Tertinggi berikutnya kemungkinan besar adalah putra Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei,” tulis Gabriel Noronha, mantan penasihat Iran di Departemen Luar Negeri AS. , pada X (twitter).

“Para pakar internal percaya bahwa persaingan untuk menggantikan Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi bergantung pada Mojtaba dan Raisi. Jika Raisi meninggal, Mojtaba akan menjadi pewarisnya,” tambah Gabriel Noronha.

3. Helikopter Tua

Helikopter jenis Bell 212 yang digunakan Presiden Iran dalam kecelakaan itu.

Dikutip dari The Guardian, Bell 212 adalah helikopter tua versi sipil dari UH-1N "Twin Huey" era Perang Vietnam.

Iran mengoperasikan sejumlah helikopter namun sebagian besar sudah ada sejak sebelum revolusi Islam di negara itu pada tahun 1979.

Karena sanksi dan kendala keuangan, Iran mengalami kesulitan dalam membeli suku cadang sehingga pemeliharaan menjadi tantangan tersendiri.

Mantan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyalahkan sanksi Amerika pada suku cadang penerbangan atas jatuhnya helikopter yang membawa Raisi.

Iran masih bergantung pada helikopter Amerika yang sudah ketinggalan zaman.

“Salah satu penyebab tragedi kemarin adalah Amerika Serikat, karena sanksinya yang melarang Iran membeli suku cadang penting untuk penerbangan,” kata Zarif kepada televisi pemerintah Iran.

4. Faktor Cuaca

Selain itu cuaca saat itu sangat tidak bagus diduga kendala penerbangan helikopter.

Menurut laporan CNN, saat helikopter yang membawa Presiden Ebrahm Raisi dan delapan orang lainnya jatuh, wilayah tersebut sedang mengalami cuaca buruk.

Awan menggantung rendah dan suhu lebih dingin dari rata-rata di wilayah tersebut.

Kondisi yang buruk ini juga dikonfirmasi oleh pemerintah Iran.

"Sebuah helikopter yang membawa presiden Iran jatuh saat cuaca buruk," kata pemerintah Iran dikutip dari Sky News.

Kyle Bailey, seorang analis penerbangan, mengatakan pilot yang menerbangkan pesawat kepresidenan biasanya terampil dan berpengalaman.

Meski demikian helikopter adalah pesawat yang bermesin  sangat rumit.

“Masalahnya adalah ketika Anda lepas landas dan cuaca cerah dan kemudian Anda berada di daerah pegunungan, terjal, seperti hutan, kabut mungkin muncul di area yang tidak Anda perkirakan akan muncul kabut,” kata Bailey kepada Al Jazeera.

“Dan hal ini tidak tergantung pada prakiraan cuaca. Itu tidak akan ada di peta, itu tidak akan masuk radar. Kabut bisa muncul dimana saja dengan sangat cepat dan menyelinap ke arah pilot.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas