Apakah Israel Siap Berperang di Gaza dan Lebanon? Ini Kata Analis
Apakah Israel siap berperang di dua front, yakni di Gaza dan Lebanon? Simak penjelasan analis berikut ini.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Ini kata analis soal apakah Israel siap berperang di dua front, yakni di Gaza dan Lebanon?
Dikutip dari The Conversation, mungkin saja Israel tidak hanya menghadapi perang di dua front, mengingat kekerasan juga meningkat di Tepi Barat.
Meski demikian, keraguan serius mencuat mengenai apakah Israel bisa terlibat dalam konflik di dua front?
Infrastruktur keamanannya mendapat kecaman karena “luput” dari serangan brutal Hamas.
Sementara militernya juga menghadapi tekanan yang meningkat karena tindakannya di Gaza di mana hampir 40.000 orang terbunuh, jutaan orang mengungsi, dan banyak nyawa melayang.
Ditambah, meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, juga menimbulkan tantangan tambahan bagi aparat keamanan Israel.
Tepi Barat yang diduduki adalah rumah bagi sekitar 3 juta warga Palestina.
Meskipun Otoritas Palestina menerapkan kontrol tertentu, Israel adalah penengah terakhir dari semua masalah yang berkaitan dengan keamanan.
Situasi ini menjadi lebih menantang dengan kehadiran hampir 700.000 pemukim Israel, yang keberadaraannya dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Para pemukim ini secara rutin melakukan tindakan kekerasan terhadap penduduk Palestina.
Mereka sangat bergantung pada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk menjaga keamanan dan menjaga arsitektur keamanan yang memisahkan kedua komunitas tersebut dan mengatur akses ke Israel.
Baca juga: Seperti Apa Perang antara Israel dan Hizbullah? Ini Penjelasan Analis
Setiap perubahan dalam lanskap keamanan akan menimbulkan tantangan serius bagi IDF, bagi Otoritas Palestina dan memperburuk perpecahan dalam politik dalam negeri Israel.
Dukungan internasional
Lalu, seberapa besar dukungan internasional yang dapat diandalkan Israel, jika mereka melancarkan serangan besar-besaran terhadap Hizbullah?
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sudah lama menganggap Iran sebagai ancaman nyata terhadap negaranya.
Bahkan pemerintah Amerika Serikat (AS) sepakat dengan Netanyahu.
Meskipun pada awalnya Gedung Putih menunjukkan dukungan kuat di masa pemerintahan Joe Biden saat ini, tampaknya akhir-akhir ini mulai meredup.
Badan-badan internasional juga semakin kritis terhadap bencana perang di Gaza.
Ditambah jumlah korban tewas yang sangat besar, negara-negara sekutu mulai ragu-ragu dalam memberikan dukungannya.
Hasil pemungutan suara di PBB banyak yang mengecam tindakan Israel dan tak sedikit yang mencari jalan hukum untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.
Situasinya suram dan tidak dapat disangkal bahwa ini adalah momen yang genting.
Namun jelas tidak ada keinginan untuk terjadinya konflik lain di Timur Tengah, terutama konflik yang berpotensi menimbulkan korban jiwa yang lebih besar dan eskalasi yang lebih luas.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)