Hasil Survei: Banyak Warga Israel Ingin Netanyahu Mundur, Takut Perjanjian soal Sandera Disabotase
Banyak warga Israel menginginkan Netanyahu mundur dari jabatannya, tak ingin perjanjian gencatan senjata disabotase lagi.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
Israel memperkirakan sekitar 120 warga Israel ditahan oleh Hamas di Gaza.
Hamas: Tidak Ada Kemajuan soal Gencatan Senjata
Sementara itu, pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, tidak ada kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Israel.
Hamas masih siap untuk "menanggapi secara positif" setiap proposal gencatan senjata, kata Hamdan, pada konferensi pers di Beirut, Lebanon, Sabtu, dikutip dari Al Arabiya.
Upaya mediator Arab, yang didukung oleh AS, sejauh ini gagal mencapai gencatan senjata.
Hamas mengatakan kesepakatan apapun harus mengakhiri perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Sementara, Israel mengatakan pihaknya hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas dilenyapkan.
Baca juga: Perintah Mencurigakan Israel pada Warga Palestina, GMO: Hati-hati karena Tak Bisa Dipercaya
Hamdan juga menyalahkan AS yang memberikan tekanan pada Hamas agar menerima persyaratan Israel.
"Sekali lagi, Hamas siap untuk menanggapi secara positif setiap proposal yang menjamin gencatan senjata permanen, penarikan komprehensif dari Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran yang serius,” tegas Hamdan.
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.
Lebih dari 37.834 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan hampir 86.858 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari delapan bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Saat ini, Israel menghadapi dakwaan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelumnya. diserang pada 6 Mei 2024.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)