Kementerian Diaspora Israel Danai Kampanye Disinformasi Jutaan Dolar untuk Sebar Konten Islamofobia
Kementerian Israel mendanai kampanye disinformasi bernilai jutaan dolar yang menyebarkan Islamofobia.
Editor: Muhammad Barir
Kementerian Israel Mendanai Kampanye Disinformasi, Jutaan Dolar untuk Menyebarkan Islamofobia
TRIBUNNEWS.COM- Kementerian Israel mendanai kampanye disinformasi bernilai jutaan dolar yang menyebarkan Islamofobia.
Kementerian Urusan Diaspora Israel mendanai kampanye disinformasi senilai jutaan pound yang menyebarkan kebencian terhadap Muslim, ungkap Al Jazeera.
Kampanye tersebut, yang menargetkan anggota parlemen Amerika Serikat dan menyebarkan konten Islamofobia, dimulai tidak lama setelah tanggal 7 Oktober dan telah menimbulkan kekhawatiran serius mengenai operasi pengaruh asing dan penggunaan kecerdasan buatan dalam menyebarkan informasi yang salah.
Inti dari operasi ini adalah Stoic, sebuah perusahaan pemasaran yang berbasis di Tel Aviv, yang dilaporkan menerima 2 juta dolar dari kementerian Israel untuk menjalankan kampanye tersebut.
Operasi ini memanfaatkan AI (artificial Intelligence) untuk menghasilkan konten online yang menipu dalam jumlah besar, menandai era baru dalam kemudahan dan skala kampanye pengaruh.
Keberadaan kampanye ini terungkap pada awal tahun 2024 ketika para peneliti mulai memperhatikan pola mencurigakan di seluruh platform media sosial.
Sejumlah akun palsu diidentifikasi menyebarkan konten pro-Israel, terutama berfokus pada penggalangan dukungan terhadap tindakan Israel di Gaza.
Akun-akun ini sebagian besar terkait dengan tiga situs web: “Aliansi Moral”, “Majalah Unfold”, dan “Non-Agenda”. Secara kolektif, situs-situs ini mengumpulkan lebih dari 40.000 pengikut di Facebook, Instagram, dan X.
Kampanye tersebut melibatkan penerbitan artikel-artikel pro-Israel, yang seringkali diambil dari outlet berita resmi, dan kemudian membagikannya melalui ratusan akun media sosial palsu.
Salah satu contohnya adalah artikel yang melaporkan dugaan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan 7 Oktober.
Para peneliti mencatat bahwa konten tersebut sering diulang kata demi kata di beberapa akun, menargetkan individu yang sama dengan postingan dan balasan yang identik.
Mungkin yang paling mengkhawatirkan adalah kampanye ini tidak hanya sekedar mempromosikan narasi pro-Israel.
Mereka dikatakan secara aktif menghasilkan dan menyebarkan konten Islamofobia, berupaya memobilisasi sentimen anti-Muslim sayap kanan.
Salah satu situs web yang terkait dengan kampanye tersebut, “United Citizens for Canada”, bahkan menyebut imigran Muslim sebagai ancaman bagi Kanada.
Strategi kampanye tersebut tampaknya memiliki banyak aspek, tidak hanya mengecilkan dukungan terhadap warga Palestina tetapi juga berupaya membuat perpecahan antara komunitas minoritas di AS dan pendukung pro-Palestina.
Para ahli yang mengikuti kampanye tersebut berpendapat bahwa dengan secara aktif mempromosikan Islamofobia, operasi tersebut telah melampaui batas dari misinformasi menjadi ujaran kebencian, sehingga menimbulkan pertanyaan etika dan hukum yang serius.
Skala dan kecanggihan operasi ini dimungkinkan berkat penggunaan ChatGPT, alat kecerdasan buatan yang dibuat oleh OpenAI.
AI digunakan untuk menghasilkan sebagian besar postingan, memungkinkan konten dalam jumlah besar diproduksi dan didistribusikan dengan cepat.
Baik OpenAI dan Meta (sebelumnya Facebook) telah mengkonfirmasi keberadaan kampanye pengaruh yang terkait dengan Stoic dalam laporannya masing-masing.
Menanggapi temuan ini, OpenAI dan Meta telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah Stoic menggunakan platform mereka.
Namun, para ahli mempertanyakan apakah langkah-langkah ini cukup untuk memerangi kampanye disinformasi yang canggih tersebut.
Kritikus berpendapat bahwa klaim perusahaan media sosial untuk mengawasi platform mereka secara efektif harus ditanggapi dengan remeh, terutama karena mereka semakin bergantung pada solusi otomatis sekaligus mengurangi pengawasan manusia.
Kampanye disinformasi diyakini sebagai kasus pertama yang terdokumentasi mengenai keterlibatan pemerintah Israel dalam inisiatif online yang menargetkan politisi Amerika dan Kanada, meskipun Kementerian Urusan Diaspora Israel membantah tuduhan tersebut.
Pada pemilu Perancis baru-baru ini, Amichai Chikli, Menteri Urusan Diaspora Israel, mendukung kelompok sayap kanan anti-Sematik Marine Le Pen, yang menurut para analis merupakan bukti lebih lanjut dari tumbuhnya aliansi antara Zionisme global dan kelompok sayap kanan global.
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR