Beredar Video Hamas Akan Serang Olimpiade Paris tapi Bahasa Arabnya Berantakan, 'False Flag' Israel?
Dalam video tersebut, diperlihatkan sesosok bertopeng yang mengancam bahwa “sungai darah akan mengalir” di Olimpiade Paris.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah video dibuat oleh sumber yang tidak diketahui beredar luas di media sosial. Video itu mengancam Presiden Prancis Macron dan rakyatnya jika menerima Israel dalam pelaksanaan Olimpiade Paris.
Dalam video tersebut, diperlihatkan sesosok bertopeng yang mengancam bahwa “sungai darah akan mengalir” di Olimpiade Paris, yang akan diikuti oleh Israel.
Video itu dirilis pada Selasa atau Rabu dini hari WIB, di mana seorang pria berbahasa Arab yang wajahnya ditutupi keffiyeh berbicara kepada rakyat Prancis dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sang pria memperingatkan Prancis bahwa mereka akan dihukum karena mendukung Zionis yang melakukan tindakan kriminal terhadap rakyat Palestina.
“Anda memberikan senjata kepada Zionis, Anda membantu membunuh saudara-saudari kami, anak-anak kami. Anda mengundang Zionis ke pertandingan Olimpiade. Anda akan membayar atas apa yang telah Anda lakukan," ucapnya.
Mengenakan pakaian berwarna gelap dan bendera Palestina di dadanya, pria tersebut melanjutkan: “Sungai darah akan mengalir melalui jalan-jalan Paris. Hari ini semakin dekat, Insya Allah. Allahu Akbar."
Video tersebut, awalnya diposting di situs berita Mesir, diakhiri dengan pria bertopeng yang memegang kepala palsu.
Para pendukung Israel di media sosial langsung meyakini bahwa video tersebut sebagai ancaman nyata Hamas dan teroris di Olimpiade Paris.
Namun, banyak yang meragukan keabsahan video itu, dengan menyebut sejumlah kejanggalan.
Satu di antaranya adalah pengucapan bahasa Arab yang janggal. Bahkan disebut artikulasinya lebih menyerupai aksen orang Israel.
"Dia (pria dalam video) bukan orang Arab Perancis, karena sebagian besar generasi kedua dan generasi pertama, serta masyarakat Maroko, Tunisia, dan Aljazair, tidak dapat berbicara bahasa Arab tanpa setidaknya satu kata Perancis," tulis pemilik akun Warfare Analysis.
"Ini bertentangan dengan apa yang disiratkan oleh sebagian orang Israel. Tanyakan saja kepada orang Arab Prancis atau Arab, dan mereka akan memberi tahu Anda. Dan aksen Arabnya bukanlah aksen Afrika Utara. Dia orang Israel."
Bahkan ada pegiat sosial yang mencurigai Israel-lah yang akan menyerang Paris, untuk membenarkan tudingannya kepada Hamas.
Hamas bantah bikin video ancaman ke Paris
Anggota biro politik Hamas Izzat al-Rishq mengatakan dalam sebuah pernyataan menepis tudingan mereka membuat video ancaman akan menyerang Paris.
Izzat meyakini, video itu adalah bagian dari operasi "False Flag" yang dilakukan dinas intelijen Israel, Mossad.
Secara umum, False Flag atau Bendera Palsu bisa diartikan sebagai tindakan yang dirancang agar terlihat seperti dilakukan pihak lain. Tujuannya untuk meyakinkan publik, bahwa tindakan yang dimaksud dilakukan oleh pihak yang disebut
Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, menyamarkan pihak yang sebenarnya bertanggung jawab dan menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam.
“Video palsu ini adalah bagian dari propaganda Israel yang bertujuan untuk menghasut perlawanan Palestina,” tambah Izzat.
Ia mencatat bahwa “upaya-upaya semacam itu dirancang untuk menodai citra perlawanan dan mempengaruhi opini publik internasional terhadapnya.”
Anggota DPR Prancis Tolak Atlet Israel
Baru-baru ini, seorang anggota parlemen Prancis Thomas, Portes, mengecam partisipasi Israel di Olimpiade Paris.
Menurutnya, Prancis harus memberikan tekanan pada Komite Olimpiade Internasional agar bendera dan lagu kebangsaan Israel tidak diizinkan di Olimpiade, seperti yang dilakukan terhadap Rusia.
Seorang anggota parlemen Prancis sayap kiri telah menimbulkan kontroversi setelah mengatakan delegasi Israel tidak diterima di Olimpiade di Paris.
“Saya di sini untuk mengatakan bahwa tidak, delegasi Israel tidak diterima di Paris. Atlet Israel tidak diterima di Olimpiade Paris," ujar politisi dari Partai France Unbowed (LFI).
Ia kemudian mengatakan kepada harian Le Parisien: “Diplomasi Prancis harus memberikan tekanan pada Komite Olimpiade Internasional agar bendera dan lagu kebangsaan Israel tidak diizinkan di Olimpiade, seperti yang dilakukan terhadap Rusia. Kita harus mengakhiri standar ganda ini.”
Pernyataan Portes mendapat dukungan dari koleganya.
“Genosida masih berlangsung di Gaza. Hampir 40.000 orang tewas,” kata anggota parlemen Aurelien Le Coq di X. “Sedikit orang yang mengecamnya dan menuntut sanksi adalah target dari kelompok sayap kanan. Dukung @Portes_Thomas.”
Ia menambahkan: “Atlet Rusia berparade di bawah bendera netral. Mengapa hal yang sama tidak diberlakukan kepada Israel?”
Anggota parlemen Aymeric Caron mengatakan, “Akan logis jika IOC menerapkan perlakuan yang sama kepada delegasi Israel di Paris seperti yang diterapkan kepada atlet Rusia dan Belarusia: bendera netral.”
Anggota parlemen lainnya, Manuel Bompard menegaskan dukungannya terhadap Thomas Portes dalam menghadapi gelombang kebencian yang dialaminya.
"Menghadapi pelanggaran hukum internasional yang berulang-ulang oleh pemerintah Israel, sah-sah saja untuk meminta agar atletnya berkompetisi di bawah bendera netral di Olimpiade."
Anggota LFI telah menyatakan dukungannya terhadap Gaza dan perjuangan Palestina sejak serangan militer Israel di Jalur Gaza dimulai Oktober lalu.
Desakan ke IOC
Bulan lalu, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor pusat IOC di Lausanne, Swiss untuk menuntut agar Israel dilarang berkompetisi di Olimpiade 2024 di tengah serangan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Para pengunjuk rasa menunjukkan bahwa komite “hanya butuh beberapa hari” untuk mengecualikan Rusia dan Belarus dari Olimpiade 2022 karena perang di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022.
Menurut panitia, atlet dari Rusia dan Belarus akan diizinkan untuk berkompetisi di Olimpiade tahun ini sebagai atlet netral. Namun, mereka tidak akan diizinkan untuk berpartisipasi dalam upacara pembukaan dan tidak akan menggunakan bendera, lambang, atau lagu kebangsaan.
Presiden Prancis Pasang Badan untuk Israel
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan pihaknya menyambut baik kontingen Israel selama Olimpiade Paris 2024.
Sang Presiden menolak seruan boikot terhadap tim Israel sehubungan operasi militer di Palestina.
Sebelumnya, Komite Olimpiade Palestina dan sejumlah anggota dewan di Prancis menyerukan agar pemerintah memboikot Israel.
Namun, Macron mengaku tidak bisa melakukannya karena Komite Olimpiade Internasional (IOC) tidak memutuskan untuk melarang Israel.
"Atlet-atlet Israel disambut di negara kita. Mereka harus diizinkan bertanding di bawah warna mereka karena gerakan Olimpiade telah memutuskannya," kata Macron dalam siaran televisi France 2 dikutip Al Jazeera, Rabu (24/7/2024).