Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

2 Sosok yang Bantu Israel Bunuh Haniyeh Ternyata Anggota IRGC, Langsung Dievakuasi Mossad dari Iran

Sosok yang membantu Israel membunuh Ismail Haniyeh merupakan anggota IRGC. Mereka mendapat tawaran uang enam digit dan dievakuasi ke Eropa.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in 2 Sosok yang Bantu Israel Bunuh Haniyeh Ternyata Anggota IRGC, Langsung Dievakuasi Mossad dari Iran
Anadolu Ajansi/IRNA
Penampakan lokasi Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, diserang pada Rabu (31/7/2024), di dekat Kompleks Saadabad, Teheran utara, Iran - Sosok yang membantu Israel membunuh Ismail Haniyeh merupakan anggota IRGC. Mereka mendapat tawaran uang enam digit dan dievakuasi ke Eropa. 

TRIBUNNEWS.com - Terungkap sosok yang membantu Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Sosok itu adalah dua anggota unit keamanan Ansar al-Mahdi dari Korps Garda Revolusi Islam (IRCG), menurut laporan terkini.

Keduanya merupakan warga negara Iran dan direkrut oleh badan mata-mata Israel, Mossad.

Jewish Chronicle, dikutip Anadolu Ajansi, melaporkan dua orang tersebut memperlihatkan gelagat aneh saat mendatangi wisma tamu tempat Haniyeh menginap di Kompleks Saadabad, Teheran, beberapa jam sebelum Pemimpin Hamas itu dibunuh.

Diduga, saat itulah mereka memasang bom di kamar tempat Haniyeh biasanya menginap.

"Para penjaga (anggota IRGC yang direkrut Mossad) terlihat dalam rekaman CCTV, bergerak diam-diam di lorong, menuju kamar yang rencananya diperuntukkan bagi Haniyeh."

"Mereka membuka pintu menggunakan kunci dan memasuki ruangan," ungkap laporan itu.

Berita Rekomendasi

"Tiga menit kemudian, penjaga itu terekam kamera dengan tenang meninggalkan ruangan, menuruni tangga, menuju pintu masuk utama gedung, pergi meninggalkan gedung, lalu masuk ke dalam sebuah mobil hitam," imbuh laporan Jewish Chronicle.

Lebih lanjut, laporan itu menyebut dua anggota IRGC itu ditawari sejumlah uang sebanyak enam digit dan evakuasi langsung ke negara Eropa utara.

Satu jam setelah memasang bom, keduanya langsung dievakuasi dari Iran oleh Mossad.

Setelahnya, Mossad mencari waktu yang tepat untuk mengeksekusi rencana pembunuhan Haniyeh.

Baca juga: 2 Kemungkinan Skenario Iran Serang Israel, Teheran Diprediksi akan Bombardir Pertahanan Tel Aviv

Hingga akhirnya, Haniyeh menerima undangan ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

"Mossad, dengan bantuan unit intelijen 8200 (unit IDF yang bertanggung jawab atas operasi rahasia), menyadap panggilan telepon antara penyelenggara pelantikan dan tamu undangan."

"Ketika Haniyeh mengonfirmasi kedatangannya, Mossad mulai melaksanakan rencananya; melenyapkan Haniyeh di wisma tamu tempat ia biasa menginap selama kunjungannya ke Teheran," pungkas laporan Jewish Chronicle.

Sebagai informasi, Haniyeh tewas diserang di Teheran, 31 Juli 2024 dini hari.

Selain Haniyeh, pengawal pribadinya yang juga Wakil Komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam serangan itu.

Insiden itu terjadi sehari setelah pelantikan Pezeshkian, yang juga menjadi kemunculan terakhir Haniyeh sebelum tewas.

Iran dan Hamas menuduh Israel membunuh Haniyeh, tetapi Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah hal tersebut.

Hubungan AS dan Israel Semakin Tegang

Usai tewasnya Haniyeh, ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Israel dilaporkan meningkat.

Kepada Washington Post, tiga pejabat Gedung Putih mengklaim Israel langsung memberi kabar pada pejabat AS, mereka lah yang bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh.

Baca juga: Aktivis Pro-Palestina di Jepang Balas Turis Israel yang Ngamuk-ngamuk: Negaramu Palsu!

"Meskipun Israel menolak berkomentar mengenai pembunuhan Haniyeh, Israel segera memberi tahu pejabat AS bahwa mereka bertanggung jawab," demikian laporan Washington Post yang mengutip pernyataan tiga pejabat Gedung Putih itu, Rabu (6/8/2024).

Menurut keterangan tiga orang itu, pejabat di Gedung Putih kaget dan marah saat mendengar Israel telah membunuh Haniyeh.

Sebab, menurut pejabat AS, langkah sepihak yang diambil Israel justru memicu kemunduran atas upaya gencatan senjata di Gaza.

"Pejabat Gedung Putih terkejut dan marah atas pembunuhan Haniyeh pada 31 Juli, yang mereka lihat sebagai kemunduran dalam upaya mereka selama berbulan-bulan untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza," lanjut surat kabar itu.

Washington Post melaporkan, "di balik layar" sangat terasa adanya ketegangan yang meningkat antara pemerintah AS dan Israel.

Lantaran, Israel dianggap terus mengambil langkah sepihak dalam serangan di Jalur Gaza.

"Pejabat AS juga marah karena Israel gagal memberi tahu mereka sebelum meluncurkan operasi untuk membunuh komandan Hizbullah atau Iran," lapor Washington Post.

Blinken Klaim Peringatkan Iran dan Israel agar Tak Berperang

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kanan) dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjabat tangan sebelum pertemuan di Tel Aviv pada 30 November 2023. Blinken mengatakan kepada para pemimpin Israel pada 30 November bahwa gencatan senjata sementara dalam perang mereka dengan Hamas
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kanan) dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjabat tangan sebelum pertemuan di Tel Aviv pada 30 November 2023. Blinken mengatakan kepada para pemimpin Israel pada 30 November bahwa gencatan senjata sementara dalam perang mereka dengan Hamas " membuahkan hasil. " dan harus dilanjutkan. (SAUL LOEB / POOL / AFP)

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan "tidak boleh ada seorang pun yang meningkatkan" konflik di Timur Tengah, Selasa (5/8/2024).

Ia juga mengklaim Washington telah mengomunikasikan pesan itu secara langsung pada Iran dan Israel.

"Kami telah terlibat dalam diplomasi yang intens dengan sekutu dan mitra, mengomunikasikan pesan itu langsung ke Iran."

"Kami (juga) menyampaikan pesan itu secara langsung ke Israel," ujar Blinken dalam konferensi pers bersama Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin; Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong; dan Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles; di Annapolis, Maryland.

Blinken juga menegaskan kembali komitmen "kuat" AS terhadap keamanan Israel.

Ia juga memastikan AS akan terus membela Israel dan militernya dari serangan apapun.

Meski demikian, Blinken menekankan negara-negara di Timur Tengah dianggap harus paham, serangan lanjutan hanya akan memperburuk situasi.

Baca juga: Iran Sebut Persiapan Israel Hadapi Teheran Sia-sia: Serangan Kami akan Cepat dan Berat

"Namun, setiap orang di kawasan ini (Timur Tengah) harus memahami bahwa serangan lanjutan hanya akan memperparah konflik," ucap dia.

"Serangan lanjutan bisa menimbulkan dampak berbahaya yang tidak dapat diprediksi dan dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun," tegasnya.

Diplomat tinggi AS mendesak semua pihak untuk membuat keputusan guna meredakan ketegangan, mengingat "momen menentukan yang sedang kita hadapi dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza."

Dalam serangkaian panggilan telepon dengan mitranya di kawasan Timur Tengah, Blinken juga berbicara dengan Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, pada Selasa, mengenai upaya untuk "meredakan ketegangan regional" dan perlunya mencapai gencatan senjata Gaza "segera".

"Ia menekankan pentingnya semua pihak mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan dan menghindari eskalasi lebih lanjut."

"Menteri Blinken menggarisbawahi dukungan AS yang tak tergoyahkan kepada Yordania dan berterima kasih kepada Kerajaan tersebut atas kepemimpinannya dalam menyediakan bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa bagi warga sipil Palestina dan dalam mempromosikan perdamaian dan keamanan regional," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, dalam sebuah pernyataan.

Sebagai informasi, ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah Haniyeh tewas di Teheran, sehari setelah pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Tewasnya Haniyeh itu menuai reaksi keras dari Iran, terutama Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Di hari tewasnya Haniyeh, Khamenei menjanjikan "hukuman keras" bagi Israel sebagai balasan.

"Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu kami yang terkasih di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan, Rabu (31/7/2024), dilansir Al Jazeera.

Ia menambahkan, "rezim Zionis juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri."

Khamenei juga menegaskan, adalah tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.

"Kami menganggap bahwa adalah tugas kami untuk membalas darahnya (tewasnya Haniyeh) dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," kata Khamenei, seraya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh dan kelompok Palestina.

Tak hanya Haniyeh, tewasnya Fuad Shukr juga dianggap sebagai salah satu meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas