Sosok Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas yang Dijuluki Mayat Berjalan oleh Israel
Hamas baru saja menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas menggantikan Ismail Haniyeh.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin politbiro baru, menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Iran pada 31 Juli lalu.
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan terpilihnya Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan Komandan Ismail Haniyeh yang telah wafat, semoga Allah mengasihaninya,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan singkat, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Dengan memilih Yahya Sinwar sebagai pemimpin kelompok, Hamas mengirim pesan yang kuat kepada pendudukan Isael bahwa Hamas melanjutkan jalur perlawanannya, ujar seorang pejabat senior Hamas kepada AFP.
Sinwar dituduh mendalangi serangan 7 Oktober, serangan terburuk dalam sejarah Israel, yang menewaskan 1.198 orang dan menyandera 251 orang menurut penghitungan AFP dan angka resmi Israel.
Setelah serangan itu, juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht menjuluki Yahya Sinwar sebagai "mayat berjalan", meskipun Sinwar tidak terlihat lagi sejak saat itu.
Serangan pada 7 Oktober itu mungkin direncanakan selama satu atau dua tahun, mengejutkan semua orang danmengubah keseimbangan kekuatan di lapangan, kata Leila Seurat dari Pusat Penelitian dan Studi Politik Arab (CAREP) di Paris.
Menurut Abu Abdallah, seorang anggota Hamas yang menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama Sinwar di penjara Israel, pemimpin berusia 61 tahun itu adalah seorang operator keamanan yang sangat hebat.
"Dia membuat keputusan dengan sangat tenang, tetapi keras kepala ketika harus membela kepentingan Hamas," kata Abu Abdallah kepada AFP pada tahun 2017 lalu.
Saat itu, Yahya Sinwar dipilih sebagai komandan Hamas untuk wilayah Gaza.
Latar Belakang Yahya Sinwar
Yahya Sinwar lahir pada 29 Oktober 1962 di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan.
Ia bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu intifada Palestina pertama dimulai pada tahun 1987.
Baca juga: Hamas Tunjuk Yahya Sinwar Gantikan Ismail Haniyeh, Dijuluki Si Penjagal dari Gaza oleh Israel
Sinwar membentuk aparat keamanan internal Hamas pada tahun berikutnya.
Ia selanjutnya memimpin unit intelijen yang didedikasikan untuk menangkap dan menghukum tanpa ampun warga yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.
Lulusan Universitas Islam di Gaza ini mempelajari bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel.
Sinwar dikatakan memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.
Ia sebelumnya dipenjara atas pembunuhan dua tentara Israel.
Pada tahun 2011, Sinwar dibebaskan dalam pertukaran tahanan bersama 1.027 warga Palestina lainnya sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit.
Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil alih kepemimpinan keseluruhan gerakan di Gaza.
Pendahulunya, Ismail Haniyeh, dikenal lebih moderat kepada dunia.
Namun Sinwar lebih suka memaksakan masalah Palestina ke depan dengan cara yang lebih keras, menurut AFP.
Cita-cita mendirikan negara Palestina
Sinwar memiliki mendirikan negara Palestina di mana Jalur Gaza, Tepi Barat yang dikendalikan oleh partai Fatah pimpinan Mahmud Abbas, dan Yerusalem timur, bersatu.
Menurut lembaga pemikir AS, Council on Foreign Relations, Sinwar telah berjanji untuk menghukum siapa pun yang menghalangi rekonsiliasi dengan Fatah.
Fatah adalah gerakan politik saingan yang terlibat dalam pertikaian faksional dengan Hamas setelah pemilihan umum tahun 2006.
Kesepakatan itu masih sulit dicapai, tetapi pembebasan tahanan yang dihasilkan dari perjanjian gencatan senjata singkat November lalu, telah membuat popularitas Hamas melambung di Tepi Barat.
Menurut Seurat, Sinwar telah menempuh jalan radikal dalam perencanaan militer dan pragmatis dalam politik.
Baca juga: Hamas Tunjuk Yahya Sinwar sebagai Pemimpin Baru Gantikan Ismail Haniyeh
"Dia tidak menganjurkan kekerasan demi kekerasan, tetapi untuk mewujudkan negosiasi dengan Israel," katanya.
Yahya Sinwar masuk dalam daftar "teroris internasional" paling dicari AS pada tahun 2015.
Sumber keamanan di luar Gaza mengatakan bahwa Sinwar berlindung di jaringan terowongan Hamas yang dibangun di bawah wilayah tersebut untuk menahan bom Israel.
Pada bulan November lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji untuk menemukan dan melenyapkan Sinwar.
Ia mendesak warga Gaza untuk menyerahkan Sinwar.
"Jika Anda berhasil menangkapnya sebelum kami, itu akan memperpendek perang," kata Gallant.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)