Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Invasi Ukraina di Rusia Libatkan Legiun Tentara Bayaran Asing dan Mantan Narapidana

Ukraina dikabarkan melibatkan ratusan tentara bayaran asing dan mantan narapidana saat menginvasi wilayah Kursk, Rusia.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Invasi Ukraina di Rusia Libatkan Legiun Tentara Bayaran Asing dan Mantan Narapidana
© X / @TheDeadDistrict/Russia Today
Pria yang diduga sebagai tentara bayaran asing asal Georgia yang ikut Ukraina menginvasi Kursk, Rusia 

TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina dikabarkan melibatkan ratusan tentara bayaran asing dan mantan narapidana saat menginvasi wilayah Kursk, Rusia.

Seorang tentara Ukraina yang tertangkap oleh Rusia mengungkapkan bahwa pasukan yang dikerahkan untuk menguasai sejumlah desa di Kursk menggunakan bahasa asing.

Ruslan Poltoratsky, tentara Kiev tersebut ditangkap oleh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) kemudian diinterogasi dan mengakui tidak mengenal tentara yang sama-sama berjuang untuk Kiev.

Baca juga: Tiba di Rusia, Presiden Abbas akan Temui Putin Besok Selasa, Bahas Situasi Gaza

Pria 26 tahun yang mengaku anggota Brigade Serangan Udara ke-80 Ukraina tersebut mengatakan, ia pertama kali mendengar obrolan radio asing saat melintasi perbatasan Rusia dan awalnya mengira itu semacam gangguan.

"Mereka berbicara dalam bahasa Inggris, Polandia, mungkin Prancis. Saya tidak mengerti mereka, menelepon radio untuk mengulang, dan hanya mendengar omong kosong sebagai tanggapan," katanya dikutip dari Russia Today, Selasa (13/8/2024).

Poltoratsky kemudian menyimpulkan bahwa komunikasi tersebut bersifat lokal, karena pejabat militer Ukraina sedang menanggapi.

"Ada sesuatu tentang rumah-rumah dan suara tembakan di latar belakang," katanya.

Berita Rekomendasi

Poltoratsky juga menyebutkan bahwa ada brigade tersendiri dari mantan narapidana yang dikerahkan ke wilayah Kursk.

Sebelumnya Ukraina dikabarkan telah merekrut para napi yang mengajukan diri menjadi tentara dan berjuang untuk Kiev dan sebagai imbalannya akan diberi kebebasan.

Ukraina telah menggunakan pejuang asing untuk memperkuat militernya sejak awal konflik dengan Rusia, dengan menciptakan 'Legiun Internasional' untuk para sukarelawan.

Moskow telah menggambarkan mereka sebagai tentara bayaran dan menuduh negara-negara Barat memfasilitasi perekrutan warga negara mereka yang memiliki pengalaman tempur.

Baca juga: Invasi Ukraina di Kursk Bikin Putin Murka: Tutup Pintu Negosiasi, Tingkatkan Serangan ke Donbass

Praktik memasukkan pejuang asing ke dalam militer Ukraina sudah ada sebelum permusuhan yang sedang berlangsung, sebagaimana dibuktikan oleh sebuah kelompok yang dikenal sebagai Legiun Georgia.

Pasukan ini terdiri dari warga negara Georgia dan dibentuk pada tahun 2014. Unit ini juga berada di Wilayah Kursk, menurut sumber yang dikutip minggu lalu oleh kantor berita militer The War Zone.

Legiun ini dikenal karena video-video yang memperlihatkan anggotanya menyiksa dan mengeksekusi tahanan Rusia pada bulan Maret 2022. Rusia menganggap Legiun Georgia sebagai organisasi teroris dan alat intelijen militer Ukraina.

Salah satu legiun asing yang dilibatkan dalam invasi Kursk adalah pasukan bayaran dari Georgia. War Zone melaporkan, pasukan paramiliter Georgia tersebut terlihat dalam sebuah video yang diunggah di X.

Media perang tersebut memperlihatkan tentara bayaran di Wilayah Kursk, memperlihatkan sekelompok pejuang yang sedang beristirahat, dengan bendera Ukraina dan Georgia di seragam mereka.

Selain itu ada video lain yang menggambarkan pasukan menembakkan senjata mortir ke arah lawan. Mereka bicara dengan bahasa campuran Georgia dan Rusia.

Mereka terlihat mengenakan perlengkapan militer dan pita lengan biru yang digunakan oleh pasukan Ukraina untuk saling mengidentifikasi di tengah panasnya pertempuran.

Video lain yang diunggah oleh saluran yang sama, yang juga mengklaim memperlihatkan tentara bayaran di Wilayah Kursk, memperlihatkan sekelompok pejuang yang sedang beristirahat, dengan bendera Ukraina dan Georgia di seragam mereka.

Legiun Georgia dilaporkan beranggotakan sekitar 120 orang dan berasal dari pasukan yang dibentuk oleh pejuang gerilya veteran Mamuka Mamulashvili pada tahun 2014.

Selama konflik Ukraina-Rusia, para anggotanya mendapat perhatian negatif dari media, mereka menyiksa dan mengeksekusi tawanan perang Rusia menjadi publik pada Maret 2022.

Juru bicara parlemen Georgia Shalva Papuashvili mengklaim bahwa pejabat Barat telah menekan pemerintah di Tbilisi untuk membantu Kiev merekrut tentara bayaran di negara tersebut.

"Pejabat asing dan anggota oposisi Georgia mengatakan kepada kami bahwa kami seharusnya memberlakukan sanksi [terhadap Rusia], mengirim tentara bayaran [ke Ukraina], dan sebagainya,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas