Pemimpin Sementara Bangladesh Muhammad Yunus: Negara Kacau, tapi Setidaknya Monsternya Sudah Pergi
Muhammad Yunus berkata Bangladesh sekarang memang kacau, tetapi "monsternya" sudah pergi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin sementara Bangladesh, Muhammad Yunus menyatakan bahwa prioritas utamanya saat ini adalah mengamankan hukum dan ketertiban setelah mantan perdana menteri Sheikh Hasina meninggalkan negara dalam keadaan kacau, The Independent melaporkan.
Ekonom peraih Nobel tersebut adalah wajah kepemimpinan baru Bangladesh.
Muhammad Yunus mengambil alih jabatan sebagai penasihat utama pemerintahan sementara.
Yunus menyebut aksi protes yang didorong oleh mahasiswa itu sebagai sebuah "revolusi".
"Hukum dan ketertiban adalah prioritas utama agar orang-orang dapat duduk atau mulai bekerja," kata Yunus dalam sebuah konferensi pers di ibu kota Dhaka.
Ia juga berjanji untuk mengawasi reformasi yang lebih luas seperti memperkuat kebebasan berbicara.
Bertahun-tahun sebelumnya, pemerintahan Bangladesh dicap hampir otoriter yang berujung kekacauan.
"Bahkan pemerintah, apa yang mereka lakukan, apa pun yang mereka lakukan, sama sekali tidak masuk akal bagi saya," katanya.
"Mereka tidak tahu apa itu administrasi."
"Namun sekarang ada harapan."
"Kami adalah wajah baru yang segar bagi mereka, bagi negara."
Baca juga: Dituding Sheikh Hasina Jadi Dalang Kudeta di Bangladesh, Pemerintah AS Buka Suara
"Akhirnya, saat ini, monster itu telah pergi."
Akhir pekan lalu, setelah menuntut Hasina untuk mundur, para pemimpin demo juga menuntut pengunduran diri kepala Mahkamah Agung Obaidul Hassan.
Hassan segera mengundurkan diri bersama lima hakim lainnya di pengadilan tinggi tersebut.
Yunus menguraikan upaya memastikan independensi peradilan sebagai salah satu prioritasnya.
Ia mengatakan sistem sebelumnya tidak demikian dan bertindak atas perintah otoritas yang lebih tinggi.
"Secara teknis, dia adalah kepala hakim agung," kata Yunus, merujuk pada Hassan.
"Namun sebenarnya dia hanya seorang algojo."
500 orang tewas
Hampir 500 orang tewas dalam aksi protes di Bangladesh dalam beberapa minggu terakhir.
Protes bermula saat mahasiswa menuntut agar pemerintah mencabut kuota PNS yang kontroversial.
Tetapi lama kelamaan aksi protes berubah menjadi demo antipemerintah karena banyaknya orang yang tewas.
Hasina kemudian melarikan diri dengan helikopter militer ke India.
Ia pergi meninggalkan kekacauan di seluruh negeri, di mana hukum dan ketertiban tidak ada lagi.
Petugas polisi bahkan melakukan aksi mogok sebagai protes terhadap tewasnya lebih dari belasan rekan mereka selama kekerasan tersebut.
Yunus baru saja dibebaskan
Selama Hasina menjabat sebagai perdana menteri, Yunus menghadapi hukuman penjara dalam sejumlah kasus yang dipandang luas bermotif politik.
Baca juga: Cek Fakta: Sejumlah Klaim Palsu Memicu Ketegangan Etnis di Bangladesh.
Yunus dihukum awal tahun ini karena melanggar undang-undang ketenagakerjaan negara itu dan dijatuhi hukuman enam bulan penjara.
Namun, ia dibebaskan dengan jaminan.
Baru-baru ini sebelum mengambil alih sebagai pemimpin baru, ia dibebaskan dari tuduhan.
Hasina menuduh AS berada di balik kerusuhan di negaranya
Mengutip Global Times, Hasina mengklaim bahwa pengunduran dirinya direkayasa oleh AS.
Hasina merasa AS sangat marah padanya karena ia menolak menyerahkan kendali pulau Saint Martin di Teluk Benggala, lapor Economic Times.
Washington membantah tuduhan tersebut.
"Kami sama sekali tidak terlibat. Setiap laporan atau rumor bahwa pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam peristiwa ini sama sekali tidak benar," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam jumpa pers pada hari Senin.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.