Populer Internasional: Lokasi Yahya Sinwar Ditemukan Israel, Netanyahu Marah
Kabar populer di kanal internasional dalam sehari terakhir telah terangkum, mulai dari lokasi Yahya Sinwar ditemukan hingga Netanyahu marah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Kabar populer di kanal internasional dalam sehari terakhir telah terangkum dalam berita ini.
Konflik di Timur Tengah khususnya antara Israel dengan Palestina yang didukung oleh Hizbullah hingga Iran menjadi topik banyak dibaca belakangan.
Mulai dari pertama sejak bulan Mei roket Hamas dari Gaza hantam Tel Aviv.
Beberapa warga Tel Aviv sebelumnya melaporkan di media sosial bahwa mereka mendengar ledakan keras tanpa sirene alarm yang diaktifkan.
Kemudian berita Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku hampir menangkap Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar di sebuah terowongan di Jalur Gaza.
Mereka menemukan minuman kopi yang masih panas dan senjata yang berserakan.
Populer selanjutnya adalah tokoh garis keras Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan pada hari Selasa bahwa orang Yahudi harus diizinkan untuk berdoa di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan cepat membantah.
Hingga berita menganalisis cara Yahya Sinwar memimpin Hamas dari bawah tanah.
Berikut rangkuman berita populer di kanal internasional dalam sehari terakhir:
1. Roket Hamas Hantam Tel Aviv
Baca juga: Media Iran: Israel dan AS Gunakan Diplomasi Kucing Mati
Pasukan Israel (IDF) Selasa (13/8/2024) sore mengonfirmasi kalau sebuah roket yang ditembakkan gerakan Hamas di Jalur Gaza jatuh di Tel Aviv.
"Dalam serangan pertama di wilayah metropolitan Tel Aviv dari Gaza sejak akhir Mei itu, roket tersebut jatuh ke laut di lepas pantai Tel Aviv," tulis media All Israel, mengutip pernyataan IDF, Selasa.
Beberapa warga Tel Aviv sebelumnya melaporkan di media sosial bahwa mereka mendengar ledakan keras tanpa sirene alarm yang diaktifkan.
"Beberapa waktu lalu, satu peluncuran terdeteksi melintasi wilayah Jalur Gaza dan jatuh ke ruang maritim di pusat negara," pasukan Israel mengonfirmasi tak lama setelah itu.
"Menurut kebijakan, tidak ada peringatan yang diaktifkan," kata tentara.
Susunan pertahanan udara, klaim IDF, memicu sirene alarm hanya di daerah berpenduduk yang berada di bawah ancaman langsung dampak roket.
"Pada saat yang sama, peluncuran lain terdeteksi yang tidak melintasi Israel," tambah IDF.
2. Israel Hampir Tangkap Yahya Sinwar
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku hampir menangkap Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar di sebuah terowongan di Jalur Gaza.
Menurut IDF, andai saja mereka tidak terlambat “beberapa menit”, Yahya Sinwar bisa ditangkap.
“Kami sudah dekat. Kami berada di kompleksnya. Kami memasuki kompleks bawah tanah. Kompleksnya ‘panas,’” ujar Komandan Divisi Ke-98 IDF Brigjen Goldfus pada hari Minggu, (11/8/2024), dikutip dari The Times of Israel.
Goldfus mengklaim pihaknya menemukan banyak uang di dalam kompleks tersebut.
“Kopinya masih panas. Senjata berserakan di sekeliling.”
Menurut dia, Sinwar baru saja pergi beberapa menit sebelum IDF tiba di terowongan.
3. Menteri Ben-Gvir Jadi Sasaran Kemarahan
Tokoh garis keras Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan pada hari Selasa bahwa orang Yahudi harus diizinkan untuk berdoa di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, yang memicu tantangan baru terhadap peraturan yang mencakup salah satu situs paling sensitif di Timur Tengah.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan cepat membantah akan ada perubahan pada peraturan yang melarang orang Yahudi untuk berdoa di situs tersebut, yang merupakan tempat suci bagi umat Muslim dan Yahudi, dan menegur Ben-Gvir, menteri keamanan nasional.
"Tidak ada kebijakan pribadi dari menteri mana pun di Temple Mount - baik Menteri Keamanan Nasional maupun menteri lainnya," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, yang dikeluarkan sehari setelah perdana menteri mengeluarkan teguran terpisah kepada Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas perbedaan kebijakan.
Pernyataan tersebut, selama kunjungan ke kompleks tersebut untuk menandai hari berkabung bagi orang Yahudi atas penghancuran kuil-kuil kuno, muncul pada saat yang sangat sensitif, dengan perang di Gaza yang berisiko meningkat menjadi konflik yang lebih luas, yang berpotensi melibatkan Iran dan proksi regionalnya.
Kompleks Al-Aqsa, yang dihormati oleh orang Yahudi sebagai peninggalan dari dua kuil kuno mereka, dikelola oleh yayasan keagamaan Yordania dan berdasarkan peraturan yang berlaku selama beberapa dekade, orang Yahudi diizinkan untuk berkunjung, tetapi tidak boleh berdoa di sana.
“Kebijakan kami adalah mengizinkan doa,” kata Ben-Gvir saat ia melewati barisan pengunjung Yahudi yang bersujud di tanah, sementara yang lain bernyanyi dan bertepuk tangan untuk merayakannya. Waqf, yayasan yang mengelola situs tersebut, mengatakan sekitar 2.250 orang Yahudi memasuki situs tersebut pada hari Selasa.
Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam kunjungan Ben-Gvir sebagai “provokasi” dan meminta Amerika Serikat untuk campur tangan “jika ingin mencegah wilayah tersebut meledak dengan cara yang tidak terkendali.”
Ben-Gvir, kepala salah satu partai nasionalis-religius dalam koalisi sayap kanan Netanyahu, telah berulang kali berselisih dengan menteri lain atas seruannya untuk mengizinkan doa di kompleks tersebut, yang telah menjadi pemicu konflik berulang dengan Palestina selama bertahun-tahun.
4. Cara Yahya Sinwar Memimpin Hamas dari Bawah Tanah
Pilihan Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas, terhadap Yahya Sinwar sebagai ketua umum gerakan tersebut menimbulkan banyak pertanyaan tentang apakah dia benar-benar memimpin gerakan tersebut dari bawah tanah, pada saat Israel mengejarnya ke mana-mana?
Menjadi insinyur operasi penyerangan “Banjir Al-Aqsa” ke wilayah pendudukan Israel pada 7 Oktober 2023, Yahya Sinwar menjadi buruan nomor satu tentara Israel (IDF).
Berbagai cara dilakukan IDF untuk menangkap Sinwar baik hidup ataupun mati, mulai dari mengadakan sayembara hingga melakukan pemboman besar-besar ke sebuah wilayah yang diduga ada Sinwar berada meski info intelijen belum pasti dan mengakibatkan banyak korban warga sipil Palestina di Gaza.
Sumber dari dalam Hamas mengatakan kalau hanya orang-orang terpercaya yang mengetahui lokasinya.
Orang-orang khususnya ini menjadi perantara jalinan hubungan antara Sinwar dan seluruh pemimpin simpul organisasi tersebut bila diperlukan.
5. Operasi Lembah Yordan Tewaskan Tentara Israel
Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas mengaku bertanggung jawab atas operasi penembakan yang menyebabkan kematian seorang tentara Israel (IDF) di dekat pemukiman Mahula di Lembah Yordan bagian utara di Tepi Barat, Khaberni melaporkan, Senin (12/8/2024).
Pernyataan Al-Qassam menunjukkan kalau operasi Lembah Yordan itu terjadi sebagai respons (pembalasan) terhadap “pembantaian subuh” oleh Israel di Al -Sekolah Tabaeen di Kota Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Al-Qassam menyatakan kalau para petempurnya di Tepi Barat mampu melakukan operasi penembakan dari jarak nol (jarak sangat dekat) ke tentara IDF.
"(Serangan) menargetkan kendaraan tentara Zionis Yonatan Deutsch (23 tahun)... dan langsung membunuhnya," tulis pernyataan Al-Qassam.
Pernyataan milisi pembebasan Palestina itu menambahkan kalau operasi tersebut dilakukan “sebagai pembalasan atas darah para syuhada dan sebagai respons terhadap pembantaian dini hari di Sekolah Al-Tabaeen dan pembantaian pendudukan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.”
Al Qassam menyatakan, Tepi Barat kini berstatus area peperangan seperti Gaza di mana tentara Israel (IDF) akan diburu di setiap persimpangan dan gang.
Mereka menegaskan bahwa pejuang mereka di Tepi Barat, “yang memperbarui janji setia mereka kepada pemimpin gerakan Hamas, Saudara Yahya Al-Sinwar Abu Ibrahim, akan terus menarik pelatuk dan akan mengejar penjajah di setiap persimpangan dan gang".
(Tribunnews.com)