Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mesir Jadi Mediator Israel-Hamas, AS Beri Hadiah: Loloskan Bantuan Militer secara Penuh

Atas peran Mesir sebagai mediator Israel-Hamas dan pembebasan 950 tapol, AS beri penghargaan dengan meloloskan bantuan militer secara penuh.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Mesir Jadi Mediator Israel-Hamas, AS Beri Hadiah: Loloskan Bantuan Militer secara Penuh
Giuseppe CACACE / AFP
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi berbicara pada sesi Segmen Tingkat Tinggi untuk Kepala Negara dan Pemerintahan pada KTT iklim PBB di Dubai pada 1 Desember 2023. --- AS meloloskan bantuan militer secara penuh untuk Mesir sebagai penghargaan atas perannya menengahi Israel-Hamas dan pembebasan ratusan tahanan politik. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk tidak memotong sebagian bantuan militer ke Mesir tahun ini.

Keputusan ini berdasarkan kepentingan keamanan nasional AS di kawasan tersebut dan penghargaan atas upaya Mesir dalam menengahi perundingan gencatan senjata yang masih berlangsung antara gerakan Hamas dan Israel di Jalur Gaza.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, memberi tahu Kongres AS pada Rabu (11/9/2024), mereka akan memberikan bantuan militer kepada Mesir senilai $1,3 miliar (Rp 20 triliun).

Ini adalah pertama kalinya Mesir menerima bantuan dalam jumlah penuh sejak 2020.

"Kami tidak akan membatasi bantuan militer apa pun ke Mesir, dan ini penting untuk mendorong perdamaian regional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Rabu.

"Keputusan ini penting untuk memperkuat perdamaian regional dan kontribusi Mesir yang spesifik dan berkelanjutan terhadap prioritas keamanan nasional AS," tambahnya.

"Terutama untuk menyelesaikan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, memulangkan para sandera ke rumah mereka, meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina, dan membantu mencapai penghentian permanen pertempuran antara Hamas dan Israel," lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Mesir mengambil peran sebagai mediator bersama Qatar dan AS untuk menengahi perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza.

Israel masih melancarkan serangannya di Jalur Gaza setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.988 jiwa dan 94.826 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (10/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, menurut laporan Xinhua.

Israel memperkirakan, kurang lebih ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

Baca juga: Uni Eropa Berupaya Tengahi Masalah Israel dan Mesir di Koridor Philadelphia

AS: Mesir Perbaiki Sikap soal Krisis Hak Asasi Manusia

Mesir menghadapi protes antipemerintah pada 2020, yang melawan kekuasaan Presiden Mesir, Abdul Fattah as-Sisi, seorang jenderal yang berkuasa setelah melakukan kudeta pada tahun 2014.

Otoritas Mesir menangkap lebih dari 4.400 orang dalam kampanye penangkapan massal, termasuk para aktivis politik atau orang yang dianggap pembangkang.

AS sebagai negara yang menjalin kerja sama militer dengan Mesir, menahan sekitar $320 juta bantuan militer sejak 2020, sebagai protes atas krisis hak asasi manusia di Mesir.

Untuk melepaskan pembatasan itu, Menteri Luar Negeri AS harus menyatakan Mesir telah mematuhi berbagai persyaratan hak asasi manusia.

Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan, tahun ini Mesir melakukan upaya yang cukup untuk membebaskan tahanan politik, sehingga Mesir berhasil meloloskan seluruh dana militer $95 juta dan $225 juta yang ditahan AS sejak 2020.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan tahun ini AS akan mengesampingkan persyaratan terkait jumlah $225 juta, yang dikaitkan dengan catatan hak asasi manusia Mesir.

Antony Blinken telah mengeluarkan pengecualian serupa mengenai kondisi hak asasi manusia tahun lalu, tapi menahan sebagian dari bantuan militer karena kegagalan Mesir untuk mencapai kemajuan yang jelas dan konsisten dalam pembebasan tahanan politik.

"Mesir telah memenuhi persyaratan hak asasi manusia dan konsisten dalam membebaskan tahanan politik, memberikan tahanan proses hukum yang wajar, mencegah pelecehan dan intimidasi terhadap warga negara AS," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, seperti diberitakan Al Jazeera.

"Mesir juga mengajukan rancangan undang-undang untuk mereformasi penahanan praperadilan dan hukum pidana yang luas, membebaskan lebih dari 950 tahanan politik sejak September 2023, mengakhiri larangan perjalanan dan pembekuan aset terkait pendanaan asing untuk LSM (di Mesir)," lanjutnya.

AS berharap Mesir dapat melakukan lebih banyak tindakan untuk memperkuat hubungan kedua negara dan menjamin hak asasi manusia di Mesir.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas