Lagi Lidah Api Drone Naga Ukraina Bakar Jajahan Pasukan Rusia: Bau Infanteri Terpanggang
Sebuah video terbaru merilis detik-detik drone naga tentara Ukraina membakar wilayah ladang yang diduga menjadi tempat persembunyian tentara Rusia.
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah video terbaru merilis detik-detik drone naga tentara Ukraina membakar wilayah ladang yang diduga menjadi tempat persembunyian tentara Rusia.
Hal itu telah dilakukan beberapa waktu lalu saat pertama kalinya Ukraina menggunakan pesawat nirawak yang menghasilkan teknologi baru campuran bahan bakar menimbulkan semprotan seperti lidah api.
Media Defence Express mengabarkan, video diunggah oleh channel Oksana Barsukova memperlihatkan aksi drone naga.
Diberitakan, Brigade Penyerang ke-3 Angkatan Darat Ukraina menunjukkan cara kerja pesawat tak berawak naga yang mematikan melawan tentara Rusia.
Teknologi baru ini menyemprotkan campuran pengapian dan mampu menghancurkan posisi musuh, depot amunisi, dan parit yang diduduki.
Hal ini dilaporkan oleh Brigade Penyerang ke-3 di Telegram.
Prajurit dari batalyon mekanik ke-1, batalyon penyerang ke-2 dan sistem tak berawak telah berlatih melawan musuh.
"Baunya seperti serangan yang berhasil, seperti balas dendam yang membara, dan seperti infanteri musuh yang terpanggang," bunyi pernyataan itu.
Sebelumnya Defense Express melaporkan bahwa Pasukan Khusus Ukraina telah menghancurkan pesawat tempur Su-30SM Rusia di Laut Hitam menggunakan MANPADS.
Hilang karena MANPADS
Misteri hilangnya pesawat jet tempur Su-30SM Rusia dalam agresi militer kontra Ukraina akhirnya terkuak.
Baca juga: Putin Rugi Besar Kehilangan Jet Tempur Su-30SM Rusia, Hancur Lebur di Atas Laut Hitam
Di atas Laut Hitam, jet tempur milik Rusia itu dihancurleburkan.
Hal ini menepis kabar yang beredar sebelumnya menuliskan Su-30SM Rusia musnah karena menabrakan diri ke Laut Hitam.
Defence Express baru-baru ini mengabarkan, pasukan Ukraina dari Intelijen Pertahanan Kementerian Pertahanan Ukraina berhasil menghancurkan jet tempur Su-30SM Rusia menggunakan sistem pertahanan udara portabel atau Man-portable air-defense system, yang adalah senjata dipandu dan merupakan ancaman bagi pesawat terbang rendah, terutama helikopter.
Jet tempur itu milik Resimen Penerbangan Angkatan Laut Terpisah ke-43 dari Angkatan Udara Rusia, yang ditempatkan di lapangan udara di Saky, Krimea, wilayah yang saat ini diduduki Rusia.
Serangan itu terjadi pada 11 September 2024, sekitar pukul 5 pagi waktu setempat.
Yakni saat pasukan Rusia kehilangan kontak dengan pesawat itu.
Sekitar tiga jam kemudian, operasi pencarian dan penyelamatan diluncurkan oleh pasukan Rusia, mengerahkan pesawat An-26, bersama dengan helikopter Mi-8 dan Ka-27.
Menjelang tengah hari, tim penyelamat Rusia menemukan tumpahan minyak dari bahan bakar penerbangan dan puing-puing dari Su-30SM yang jatuh, sekitar 70 kilometer barat laut Tanjung Tarkhankut.
Su-30SM, jet tempur multiperan canggih, diperkirakan bernilai sekitar $50 juta atau senilai Rp 771 miliar.
Kehancurannya merupakan kerugian besar bagi militer Rusia dalam perang yang sedang berlangsung.
Baca juga: Rusia Bombardir 134 Wilayah, Enam Fasilitas Energi Ukraina Hancur, Listrik Tak Jadi Nyala
Perang Hari ke-933 Rusia-Ukraina
Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-933 pada Jumat (13/9/2024).
Pada dini hari, laporan malam Staf Umum mencatat intensitas permusuhan di arah Pokrovsky tetap tinggi selama 24 jam terakhir.
Jumlah bentrokan meningkat menjadi 32, seperti diberitakan Telegraf, mengutip laporan tersebut.
Rusia melancarkan serangan rudal di wilayah Ukraina dengan satu rudal Iskander-M, 59 serangan udara (menjatuhkan 81 KAB) dan mengerahkan 751 drone kamikaze pada Kamis (12/9/2024).
Pada saat yang sama, Rusia melancarkan 3.391 serangan terhadap posisi pasukan Ukraina dan wilayah berpenduduk.
Ukraina: Rusia Serang Kapal Kargo Sipil Pakai Pembom Strategis di Laut Hitam
Ukraina menuduh Rusia menggunakan pembom strategis untuk menyerang kapal gandum sipil di perairan Laut Hitam pada Kamis.
Itu adalah pertama kalinya sebuah rudal menyerang kapal sipil yang mengangkut biji-bijian di laut sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022.
Beberapa kapal telah rusak selama serangan Rusia di pelabuhan Ukraina tempat mereka ditambatkan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kapal yang membawa biji-bijian Ukraina ke Mesir itu dihantam semalam oleh rudal Rusia tepat setelah meninggalkan perairan teritorial Ukraina.
"Serangan itu adalah serangan yang kurang ajar terhadap kebebasan navigasi dan keamanan pangan global," kata Menteri luar negeri Ukraina, Andrii Sybiha.
Baca juga: Putin Rugi Besar Kehilangan Jet Tempur Su-30SM Rusia, Hancur Lebur di Atas Laut Hitam
Angkatan Laut Ukraina mengatakan pembom Tupolev Tu-22 Rusia telah menembakkan sejumlah rudal jelajah ke kapal itu pada pukul 11.02 malam waktu setempat pada Rabu (11/9/2024).
Dubes AS untuk Ukraina Kutuk Serangan Rusia di Laut Hitam
Duta Besar AS untuk Ukraina mengutuk keras serangan itu dan mengatakan Rusia bertanggung jawab.
Seorang juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan insiden itu merupakan pengingat nyata akan ancaman yang masih dihadapi di Laut Hitam oleh kapal-kapal sipil.
Belum ada komentar langsung dari Rusia setelah serangan tersebut.
Inggris akan Restui Ukraina Pakai Senjatanya di Wilayah Rusia
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, akan menuju Washington untuk diskusi strategis dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, tentang Ukraina dan Timur Tengah pada Jumat hari ini.
Diskusi tersebut diharapkan mencakup keputusan untuk mengizinkan Ukraina meluncurkan serangan jarak jauh di dalam wilayah Rusia dengan rudal Storm Shadow yang sebagian dibuat Inggris.
Keir Starmer mengatakan hal itu bukan untuk memaksakan perjanjian damai di Ukraina.
"Pada akhirnya, itu adalah diskusi yang harus dipimpin oleh Presiden Zelensky," kata Keir Starmer.
"Sangat penting bagi dua sekutu utama untuk membahas pertanyaan kebijakan luar negeri di antara mereka sendiri dan memiliki ruang untuk melakukan itu," tambahnya, seperti diberitakan The Guardian.
Ukraina telah melobi untuk menggunakan rudal Storm Shadow dan Atacms buatan AS selama berbulan-bulan.
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan penggunaan rudal jarak jauh Inggris ke wilayah Rusia akan membuat NATO berperang dengan negaranya.
Rusia Rebut Kembali 10 Permukiman di Kursk
Rusia mengatakan pasukannya telah merebut kembali 10 permukiman setelah melancarkan serangan balasan di wilayah Kursk untuk mengusir pasukan Ukraina yang menyerbu perbatasan lima minggu lalu.
Dengan pertempuran sengit yang terus berlanjut, Kementerian Pertahanan Rusia mencantumkan nama 10 permukiman yang dikatakan telah direbut kembali, yang merupakan pukulan telak bagi Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui serangan balasan Rusia telah dimulai.
AS Ejek Rusia: Serangan Balik di Kursk Sia-sia
Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menilai tindakan serangan balasan pasukan Rusia di wilayah Kursk dan menyebutnya tidak signifikan.
"Kami melihat bahwa pada tahap saat ini, unit-unit Rusia mulai mencoba melakukan tindakan serangan balasan tertentu di wilayah Kursk," kata Sekretaris Pers Pentagon Jenderal Patrick Ryder, dikutip oleh Ukrinform.
Menurutnya, tindakan tersebut hanya memberi efek kecil, namun Pentagon terus memantau perkembangannya.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membenarkan pasukan Rusia memulai operasi serangan balasan di wilayah Kursk.
3 Orang Tewas Akibat Penembakan Rusia di Kharkiv
Penembakan Rusia kemarin menewaskan tiga orang dan melukai sembilan orang termasuk tiga tim penyelamat di sebuah desa di wilayah Kharkiv, Ukraina timur laut.
"Satu orang meninggal karena luka-lukanya di rumah sakit setelah serangan di desa Borova, tenggara Kharkiv," kata pernyataan jaksa penuntut daerah, dikutip dari Pravda.
Kharkiv adalah kota terbesar kedua di Ukraina dan sering menjadi sasaran serangan Rusia.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina sebelumnya melaporkan layanan darurat sedang bekerja di lokasi serangan awal ketika pasukan Rusia menembakinya lagi.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Yunita Rahmayanti)