Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desakan Presiden Prancis Macron Terkait Konflik Israel-Hizbullah: Tidak Boleh Ada Perang di Lebanon

Pihak Israel dan Hizbullah diminta untuk segera menghentikan melancarkan serangan.

Penulis: Nuryanti
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Desakan Presiden Prancis Macron Terkait Konflik Israel-Hizbullah: Tidak Boleh Ada Perang di Lebanon
Ludovic MARIN / AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Pihak Israel dan Hizbullah diminta untuk segera menghentikan melancarkan serangan. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi desakan terkait perang antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

Desakan ini disampaikan Emmanuel Macron kepada Majelis Umum PBB, Rabu (25/9/2024).

“Hizbullah telah terlalu lama menanggung risiko yang tidak dapat dipertahankan dengan menyeret Lebanon ke dalam perang,” katanya, dilansir AP News.

“Israel tidak dapat, tanpa konsekuensi, memperluas operasinya ke Lebanon," sambung dia.

Macron lantas menegaskan tidak boleh ada perang yang terjadi di Lebanon.

Pihak Israel dan Hizbullah diminta untuk segera menghentikan melancarkan serangan.

“Prancis menuntut agar semua pihak menghormati kewajiban mereka di sepanjang Garis Biru,” katanya.

BERITA REKOMENDASI

“Karena itu, kami akan bertindak untuk memastikan suara diplomatik dapat didengar.”

"Tidak boleh ada perang di Lebanon. Itulah sebabnya kami mendesak Israel untuk menghentikan eskalasi ini di Lebanon, dan kepada Hizbullah untuk menghentikan peluncuran rudal ke Israel," papar Macron.

"Kami mendesak semua pihak yang memberi mereka sarana untuk melakukannya, untuk berhenti melakukannya," tegas Presiden Prancis.

Menteri Israel Tolak Gencatan Senjata

Sementara itu, Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, menolak usulan gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon.

Baca juga: Milisi Irak Hujani Langit Israel dengan Serangan Rudal, Porak Porandakan Situs Vital Zionis

Selain itu, Bezalel Smotrich menyerukan "penghancuran" kelompok Hizbullah.

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu lainnya, termasuk beberapa negara Arab, telah mengeluarkan seruan bersama untuk gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon.

Seruan tersebut setelah serangan udara Israel terhadap Hizbullah menewaskan ratusan orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi di Lebanon minggu ini.

Kemudian, seruan untuk gencatan senjata selama tiga minggu itu muncul beberapa jam setelah kepala militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, memerintahkan para prajurit untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan darat terhadap Hizbullah, Rabu.

Adapun Smotrich merupakan anggota kunci dari pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sebelumnya, Netanyahu telah menentang usulan itu, dan bersikeras bahwa melanjutkan perang melawan Hizbullah adalah satu-satunya jalan ke depan.

“Kampanye di wilayah utara harus diakhiri dengan satu hasil: menghancurkan Hizbullah dan menghilangkan kemampuannya untuk menyakiti penduduk di wilayah utara,” kata Smotrich, Kamis (26/9/2024), dikutip dari Arab News.

“Musuh tidak boleh diberi waktu untuk pulih dari pukulan berat yang dideritanya dan mengatur ulang dirinya untuk melanjutkan perang setelah 21 hari."

“Penyerahan diri atau perang Hizbullah — ini adalah satu-satunya cara untuk membawa kembali penduduk dan keamanan ke wilayah utara dan negara ini," jelasnya.

Dalam pernyataan terpisah, pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan, pemerintah Israel seharusnya hanya menyetujui gencatan senjata selama tujuh hari.

"Ini akan mencegah Hizbullah memulihkan sistem komando dan kendalinya," kata Lapid.

"Kami tidak akan menerima usulan apa pun yang tidak mencakup penarikan Hizbullah dari perbatasan utara kami," lanjutnya.

Baca juga: Turki Dukung Lebanon Lawan Agresi Israel, Menlu Hakan Fidan: Beirut Diseret dalam Perang Regional

Konflik Israel dan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah memuncak dan mengarah ke perang skala besar sebagai imbas Perang Gaza.
Konflik Israel dan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah memuncak dan mengarah ke perang skala besar sebagai imbas Perang Gaza. (khaberni/HO)

Diketahui, perang Gaza meletus ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

Lalu, Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel dari Lebanon sehari kemudian dalam apa yang disebutnya sebagai solidaritas dengan sekutunya Hamas.

Sejak itu Israel dan Hizbullah telah terlibat dalam bentrokan lintas perbatasan yang sengit.

Konflik Israel dan Hizbullah semakin memburuk minggu ini ketika Israel melancarkan kampanye pengeboman yang mematikan di Lebanon selatan, yang menargetkan lokasi-lokasi Hizbullah dalam kekerasan paling mematikan sejak perang saudara Lebanon tahun 1975-1990.

Update Perang Israel-Hamas

Diberitakan Al Jazeera, serangan Israel menewaskan 72 orang di seluruh Lebanon pada hari Rabu, kata Kementerian Kesehatan Lebanon, sementara jumlah korban tewas akibat pemboman Israel melampaui 620.

Sekitar 500.000 orang mungkin kini telah mengungsi akibat kampanye pengeboman besar-besaran Israel di seluruh Lebanon, kata menteri luar negeri Lebanon.

Baca juga: AS-Prancis Minta Gencatan Senjata 21 Hari Buntut Konflik Israel-Hizbullah, Netanyahu Minta 7 Hari

Menteri luar negeri Prancis mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah.

Beberapa negara termasuk Prancis, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan AS mengeluarkan seruan bersama untuk “gencatan senjata sementara” selama 21 hari di Lebanon.

Setidaknya lima orang tewas dalam pemboman Israel semalam di Khan Younis di Gaza selatan dan Jabalia di utara.

Senator AS Bernie Sanders mengatakan dia secara resmi memperkenalkan rancangan undang-undang untuk memblokir penjualan senjata AS senilai lebih dari $20 miliar ke Israel.

Jurnalis Palestina Bisan Owda dan AJ+ Al Jazeera telah memenangkan Emmy untuk laporan mereka, It's Bisan From Gaza – and I'm Still Alive.

Setidaknya 41.495 orang tewas dan 96.006 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.

Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang, sementara lebih dari 200 orang ditawan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas