Turki, China, Australia, Amerika, Inggris Evakuasi Warganya dari Lebanon
Turki, China, Australia, Amerika, Inggris bersiap mengevakuasi warganya dari Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel-Lebanon.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer mengatakan Selasa (24/9/2024) bahwa 700 tentara sedang dikerahkan ke pangkalan Inggris di Siprus untuk mendukung kemungkinan evakuasi warga negara Inggris dari Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan itu.
Berbicara kepada wartawan di dalam penerbangan menuju New York untuk menghadiri sidang ke-79 Majelis Umum PBB, Starmer menegaskan kembali seruan pemerintah bagi warga negara Inggris untuk segera meninggalkan Lebanon, dan menyatakan keprihatinannya atas situasi yang memburuk.
Starmer menyoroti bahwa pemerintah sedang mempercepat rencana darurat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon.
Ia menekankan perlunya gencatan senjata dan meminta Israel dan Lebanon untuk mundur dari ambang eskalasi lebih lanjut.
Dua kapal perang Inggris saat ini ditempatkan di lepas pantai Siprus selatan dan akan digunakan jika operasi evakuasi diperintahkan. Pesawat dan helikopter milik Angkatan Udara Kerajaan juga bersiaga.
Baca juga: Desakan Presiden Prancis Macron Terkait Konflik Israel-Hizbullah: Tidak Boleh Ada Perang di Lebanon
Inggris memiliki dua pangkalan di Siprus, Akrotiri dan Dhekelia, yang memainkan peran strategis dalam operasi militer Inggris di wilayah tersebut.
Tentara Israel telah melancarkan gelombang serangan udara di Lebanon sejak Senin dini hari terhadap apa yang disebutnya target Hizbullah di tengah meningkatnya peperangan antara kedua belah pihak.
Berbagai negara telah mendesak warganya untuk meninggalkan atau menghindari perjalanan ke Lebanon minggu ini, termasuk Italia, Belgia, Inggris, Rusia, India, Australia, dan Malaysia.
Kemungkinan Serangan Darat
Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi memerintahkan para prajurit untuk mempersiapkan dengan kemungkinan serangan darat untuk melawan Hizbullah di Lebanon, Rabu (25/9/2024).
Seruan itu datang saat angkatan udara melakukan ratusan serangan mematikan di seluruh negeri, lapor Al Arabiya News.
"Kami menyerang sepanjang hari, baik untuk mempersiapkan tanah bagi kemungkinan masuknya Anda, tetapi juga untuk terus menyerang Hizbullah," kata Letnan Jenderal Herzi Halevi kepada sebuah brigade tank, menurut sebuah pernyataan dari militer.
Serangan udara tersebut telah menewaskan hampir 560 orang, termasuk 95 wanita dan 50 anak-anak, dan melukai 1.835 lainnya, menurut Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad.
Konflik antara Israel dan Hizbullah dapat menghancurkan harapan yang sudah menipis untuk kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan Hamas.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)