Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Deutsche Welle

After Hitler: Pameran di Bonn tentang Perubahan Pandangan Orang Jerman Terhadap Nazi

Dari kekaguman diam-diam hingga kecaman keras, selama 80 tahun warga Jerman telah menghadapi masa lalu Nazi dengan berbagai cara.…

zoom-in After Hitler: Pameran di Bonn tentang Perubahan Pandangan Orang Jerman Terhadap Nazi
Deutsche Welle
After Hitler: Pameran di Bonn tentang Perubahan Pandangan Orang Jerman Terhadap Nazi 

Di sana, Partai Persatuan Sosialis Jerman SED menyebarkan mitos bahwa mantan Nazi hanya ada di Barat. Di Jerman Timur yang sosialis, seakan-akan tidak ada dosa masa lalu itu dan warganya dibebaskan dari rasa bersalah.

Perspektif terhadap para pelaku

Pameran "Setelah Hitler” di Bonn ini juga mengeksplorasi konteks politik dan sosial dari empat generasi di Jerman yang masih mencoba untuk mengelola masa lalu Nazi dengan cara yang berbeda.

Di antara bahan arsip yang dipamerkan, ada rekaman seorang reporter televisi pada 1962 yang bertanya kepada orang-orang di jalan tentang pendapat mereka terhadap orang Yahudi.

Beberapa orang secara terbuka mengatakan kepada reporter itu bahwa orang Yahudi seharusnya tidak diizinkan bekerja di pemerintahan federal, atau menyebut "jumlah mereka (orang Yahudi) terlalu banyak,” dan bahkan ada yang mengatakan bahwa "orang Yahudi memang pantas dianiaya.”

Pernyataan-pernyataan rasis ini muncul dari generasi pelaku kekuasaan dan kejahatan Nazi.

Pada 1965, beberapa kuburan di pemakaman Yahudi di kota Bamberg, negara bagian Bayern, mengalami perusakan. Lima tahun kemudian, sebuah serangan mengakibatkan sebuah rumah jompo milik komunitas Yahudi di München terbakar dan menewaskan tujuh orang penyintas Holocaust yang tinggal di sana. Ini adalah salah satu dari ratusan serangan antisemitisme pada masa itu.

Salah satu bagian dari pameran di Bonn ini menggambarkan kehidupan sosial para generasi anak-anak di tahun 1960-an dan secara kritis mempertanyakan perang orang tua mereka pada masa kekuasaan Hitler dan Nazi.

BERITA REKOMENDASI

Pencarian kebenaran tentang era Nazi kemudian menjadi bagian dari budaya populer. Pada 1979, dua puluh juta orang Jerman berusia empat belas tahun ke atas menonton film miniseri buatan Amerika Serikat (AS) "Holocaust”. Setelah film yang memenangkan beberapa penghargaan itu disiarkan, puluhan ribu orang menghubungi stasiun siaran dan mengatakan bahwa film itu telah membuka mata dan mengubah pandangan mereka.

Banyak di antara para penonton film tersebut adalah bagian dari generasi berikutnya, cucu-cucu dari generasi "Nationalsozialismus" yang tumbuh pada era 1980-an dan 1990-an.

Menceritakan kisah para korban

Pameran "Setelah Hitler” ini juga memberikan ruang signifikan bagi kisah-kisah pascaperang dari mereka yang menderita di bawah Nazisme.

Di antara sekitar 500 benda yang dipamerkan, terdapat sebuah tiket transportasi umum berwarna cokelat yang terlihat biasa saja. Tiket itu adalah milik Erna Meintrup, penyintas ghetto Theresienstadt, kamp transit sebelum berakhir di kamp konsentrasi Nazi. Tiket itu adalah bukti kepulangan Meintrup ke kampung halamannya di Münster.

Namun, seperti kebanyakan korban yang menyimpoan trauma, Erna Meintrup tidak berbicara banyak tentang masa penahanannya.

Sebuah sepeda milik seorang anak laki-laki Yahudi yang diberikan kepada seorang teman untuk disimpan, juga turut dipamerkan. Tahun 2007, teman yang sudah lanjut usia itu memberikan sepeda itersebut ke sebuah toko buku antik, setelah ia menghabiskan beberapa dekade dengan sia-sia menunggu teman Yahudinya kembali untuk mengambil sepeda itu.

Di samping sepeda itersebut, ada sebuah koper yang penuh dengan dokumen dan barang-barang yang penuh kenangan. Hanya itu yang tersisa dari sebuah keluarga Yahudi yang dikirim ke kamp konsentrasi Regensburg di negara bagian Bayern. Seorang karyawan dari keluarga itu menyimpan koper tersebut dan di dalamnya terdapat surat-surat yang ditulis oleh di kamp Nazi sebelum mereka dibunuh.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas