Siapa pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan Israel di Beirut?
Hassan Nasrallah, pemimpin kelompok milisi Hizbullah di Lebanon adalah salah satu tokoh paling terkenal dan paling berpengaruh di…
Sempat menetap sebentar di kota suci Najaf, Irak, ia bergabung kembali dengan Amal di Lebanon sebelum ia dan yang lainnya memisahkan diri dari kelompok tersebut pada tahun 1982—tak lama setelah Israel menginvasi Lebanon sebagai respons terhadap serangan milisi Palestina.
Dia membuat kelompok baru bernama Islamic Amal, yang mendapat dukungan militer dan organisasi yang cukup besar dari Garda Revolusi Iran yang berpusat di Lembah Bekaa.
Islamic Amal kemudian muncul sebagai milisi Syiah yang paling menonjol dan efektif yang kemudian menjadi awal mula Hizbullah.
Pada 1985, Hizbullah secara resmi mengumumkan pembentukannya dengan menerbitkan sebuah "surat terbuka" yang mengidentifikasi AS dan Uni Soviet sebagai musuh utama Islam dan menyerukan "penghancuran" Israel, yang menurutnya menduduki wilayah Muslim.
Nasrallah naik pangkat di jajaran Hezbollah seiring pertumbuhan organisasi tersebut. Ia mengatakan bahwa setelah bertugas sebagai pejuang, ia menjadi direktur di Baalbek, kemudian seluruh wilayah Bekaa dan Beirut.
Dia menjadi pemimpin Hizbullah pada 1992 kala berusia 32 tahun, setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi tewas terbunuh dalam serangan helikopter Israel.
Salah satu aksi pertamanya ketika menduduki kursi pemimpin Hizbullah adalah membalas dendam pembunuhan Musawi.
Dia memerintahkan serangan roket ke Israel utara yang menewaskan seorang perempuan muda. Seorang petugas keamanan Israel di kedutaan Israel di Turki akibat bom mobil,
Selain itu, pembom bunuh diri menyerang kedutaan Israel di Buenos Aires, Argentina, menewaskan 29 orang
Nasrallah juga memimpin perang intensitas rendah dengan pasukan Israel yang berakhir dengan penarikan pasukan mereka dari Lebanon selatan pada tahun 2000. Kala itu, putra sulungnya tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel.
Setelah penarikan pasukan, Nasrallah mengumumkan bahwa Hizbullah telah mencapai kemenangan pertama melawan Israel.
Ia juga bersumpah bahwa Hizbullah tidak akan melucuti senjatanya, dengan mengatakan bahwa Hizbullah menganggap bahwa "seluruh wilayah Lebanon harus dikembalikan", termasuk wilayah Shebaa Farms.
Sesudahnya, situasi relatif tenang hingga 2006, ketika milisi Hizbullah meluncurkan serangan lintas batas ke Israel yang menyebabkan delapan tentara Israel tewas dan dua lainnya diculik yang memicu respons besar-besaran di Israel.