Hizbullah Bantah Klaim Israel soal Invasi Lebanon: Belum Ada Bentrokan dengan IDF
Hizbullah membantah klaim Israel yang mengatakan mereka memulai invasi ke Lebanon. Hizbullah sebut belum ada bentrokan dengan IDF.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat hubungan media Hizbullah, Muhammad Afifi, membantah masuknya pasukan Israel ke Lebanon, beberapa jam setelah tentara Israel mengumumkan dimulainya invasi darat ke Lebanon selatan, Selasa (1/10/2024).
“Semua klaim Zionis bahwa pasukan pendudukan (Israel) memasuki Lebanon adalah salah,” katanya hari ini.
Ia menekankan belum ada bentrokan langsung antara anggota Hizbullah dan pasukan pendudukan Israel.
Namun, ia menegaskan Hizbullah siap untuk menghadapi kemungkinan tersebut.
“Mujahidin kami siap berkonfrontasi dengan kekuatan musuh yang berani atau berusaha memasuki wilayah Lebanon," tegasnya.
Selain itu, Hizbullah mengatakan mereka menembakkan rudal Fadi 4 baru ke markas besar dinas intelijen Israel (Mossad) dan pangkalan intelijen militer Glilot di pinggiran Tel Aviv pada hari ini.
"Serangan terhadap Mossad dan Unit 8200 di dekat Tel Aviv hanyalah permulaan," kata Muhammad Afifi kepada Reuters.
Sementara itu, seorang pejabat keamanan Israel mengatakan ukuran dan kualitas pasukan Israel lebih tepat untuk melancarkan operasi terbatas di Lebanon, tidak seperti pengerahan pasukan yang besar di Jalur Gaza, menurut laporan CNN.
UNIFIL Tidak Deteksi Serangan Israel
Sementara itu, juru bicara Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), Andrea Tenenti, mengonfirmasi tidak ada serangan Israel melintasi perbatasan dengan Lebanon yang terdeteksi pada hari ini.
Pernyataan ini mengingat pengumuman Israel tentang masuknya negara tersebut ke dalam wilayah Lebanon selatan sebagai bagian dari operasi darat terbatas dan keterlibatannya dalam pertempuran dengan kekerasan.
Baca juga: IDF Masuk Lebanon, Salvo Roket Fadi-4 Hizbullah Kembali Serang Markas Mossad Israel di Tel Aviv
“Tidak ada serangan darat saat ini,” kata Andrea Tenenti mengatakan kepada Agence France-Presse.
Israel Umumkan Invasi ke Lebanon Selatan
Tentara pendudukan Israel mengumumkan dimulainya agresi darat di Lebanon selatan pada Senin tengah malam, setelah mendapat persetujuan di tingkat politik.
“Berdasarkan keputusan tingkat politik, tentara memulai operasi darat yang ditargetkan dan tepat di wilayah selatan Lebanon, terhadap sasaran dan infrastruktur organisasi Hizbullah, di sejumlah desa dekat wilayah tersebut. berbatasan," kata juru bicara militer Israel (IDF), Daniel Hagari, Selasa (1/10/2024) dini hari.
Israel menginvasi Lebanon selatan setelah membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan komandan front selatan Hizbullah, Ali Karaki, melalui serangan udara di distrik Dahiya, pinggiran kota Beirut, Lebanon, Jumat (27/9/2024).
Pada Senin (23/9/2024), Israel memulai serangan skala besar di Lebanon selatan dengan dalih menargetkan basis militer Hizbullah.
Dalam serangan itu, lebih dari 923 orang tewas dan lebih dari 2.715 lainnya terluka.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.595 jiwa dan 96.251 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (1/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel