Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Iran Minta Sekutu Israel Tak Ikut Campur, Peringatkan AS dengan Respons Keras

Iran meminta sekutu Israel termasuk AS agar tidak ikut campur dalam masalah Israel-Iran. Petinggi militer Iran sebut akan beri respon keras.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
zoom-in Iran Minta Sekutu Israel Tak Ikut Campur, Peringatkan AS dengan Respons Keras
X/Ayatollah Ali Khamenei/@khamenei_ir
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. ---- Iran memperingatkan sekutu Israel agar tidak ikut campur dalam masalah Israel dan Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Panglima Angkatan Darat Iran, Mayor Jenderal Abd Al-Rahim Mousavi, memperingatkan sekutu Israel agar tidak ikut campur dalam masalah Israel dan Iran.

Peringatan ini muncul setelah Iran meluncurkan serangan balasan terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam.

Serangan itu dilakukan untuk membalas Israel atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan sejumlah petinggi militer Garda Revolusi Iran (IRGC).

"Negara-negara yang mendukung Israel agar tidak melakukan campur tangan langsung dan menyerang Iran," kata Abd Al-Rahim Mousavi, Rabu (2/10/2024).

"Kepentingan Israel akan ditargetkan di seluruh kawasan dan menjadi sasaran serangan yang akan membuatnya menyesal," lanjutnya.

"Biarkan entitas pendudukan dan pendukungnya tahu bahwa Iran belum memulai perang apa pun selama 45 tahun terakhir dan tidak akan memulai perang apa pun, namun akan merespons dengan kekuatan dan tekad terhadap serangan apa pun terhadap Iran," tambahnya.

Menurutnya, Iran telah menahan diri sejak pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli lalu, menyusul permintaan berulang kali dari sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), dan janji-janjinya untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.

Berita Rekomendasi

Situasi tersebut tidak lagi dapat ditoleransi setelah kematian Hassan Nasrallah dan Brigadir Jenderal Nilforshan.

"Serangan terhadap fasilitas ekonomi dapat dilakukan karena kemampuan Iran dalam melakukannya," katanya.

"Operasi kali ini hanya sebatas menyerang pangkalan militer," lanjutnya, seperti diberitakan Al Mayadeen.

Serangan balasan Iran pada dini hari menargetkan pangkalan Mossad, pangkalan udara Hatzrim dan Nevatim, radar, dan pusat perakitan tank Israel.

Baca juga: Iran Bombardir Israel, Berikut Rudal-rudal Teheran yang Jadi Momok Tel Aviv

Iran Ancam akan Hancurkan Infrastruktur Israel

Mayor Jenderal Abd Al-Rahim Mousavi memperingatkan Israel jika mereka merespons serangan balasan Iran.

"Jika Zionis melakukan kesalahan lagi, kami akan merespons lebih keras. Dalam hal ini, kami mungkin memutuskan untuk menghancurkan infrastruktur mereka," kata Abd Al-Rahim Mousavi.

Ia juga menyampaikan pesan itu kepada sekutu utama Israel, AS.

"Amerika Serikat harus menerima pesan di hadapan Israel yaitu pesan yang menyatakan: Jika entitas tersebut (Israel) melanjutkan kejahatannya, seluruh entitas akan dihancurkan," lanjutnya.

Mayor Jenderal itu menegaskan Iran menahan diri sementara waktu untuk merespon pembunuhan Ismail Haniyeh.

"Iran menahan diri untuk sementara waktu, namun kami melihat ini bukanlah pilihan yang tepat," tambahnya.

Iran meluncurkan serangan balasan kepada Israel pada Selasa (1/10/2024).

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.595 jiwa dan 96.251 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (1/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas