Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puluhan Roket Hizbullah Sasar Kawasan Industri Haifa, Israel Bombardir Beirut Semalaman

sirene serangan udara berbunyi di kota Acre, Kfar Masaryk , dan kawasan industri Sha'ar HaNegev, serta di Ein HaMifratz dan Kiryat Bialik, Haifa

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Puluhan Roket Hizbullah Sasar Kawasan Industri Haifa, Israel Bombardir Beirut Semalaman
anews/tangkap layar
Kepulan asap membumbung di pinggiran kota Beirut, Lebanon Sabtu (9/11/2024) setelah Israel melancarkan 14 serangan udara semalaman ke Lebanon. 

Puluhan Roket Hizbullah Sasar Kawasan Industri Haifa, Israel Gelar 14 Serangan Udara Bombardir Beirut

TRIBUNNEWS.COM - Peperangan antara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon dilaporkan kian intensif dengan berhias peluncuran lusinan rudal dan serangan udara oleh kedua pihak.

Militer Israel pada Sabtu (9/11/2024) mengklaim kalau 10 roket diluncurkan dari Lebanon menuju Galilea Atas dan Teluk Haifa di Israel utara.

Baca juga: Proksi Iran Serentak Serang Israel, Rudal Hipersonik Yaman ke Nevatim, Hizbullah Incar Stella Maris

Menurut pernyataan militer pada platform media sosial X, beberapa roket yang ditembakkan pada Sabtu pagi bisa dicegat sementara beberapa jatuh di area terbuka.

Harian Yedioth Ahronoth Israel melaporkan, kalau salah satu roket mendarat di daerah terbuka dekat Kiryat Bialik di Teluk Haifa.

Sebelumnya, sirene serangan udara berbunyi di kota Acre, Kfar Masaryk , dan kawasan industri Sha'ar HaNegev, serta di Ein HaMifratz dan Kiryat Bialik, Haifa.

Channel 12 Israel juga melaporkan kalau lima roket lagi ditembakkan dari Lebanon ke arah kota Safed di Galilea Atas.

Berita Rekomendasi

"Tentara Israel berhasil mencegat beberapa rudal, sementara yang lainnya mendarat di lapangan terbuka tanpa menimbulkan korban luka," kata laporan itu.

Kepulan asap membumbung di pinggiran kota Beirut, Lebanon
Kepulan asap membumbung di pinggiran kota Beirut, Lebanon Sabtu (9/11/2024) setelah Israel melancarkan 14 serangan udara semalaman ke Lebanon.

Israel Gelar 14 Serangan Udara

Serangan roket Hizbullah itu disebutkan menjadi respons dan balasan atas serangan udara Israel yang berlangsung semalaman.

"Daerah pinggiran selatan Beirut menjadi sasaran 14 serangan udara Israel sejak Jumat malam hingga Sabtu dini hari, yang menargetkan kawasan pemukiman," tulis laporan Anews mengutip laporan media Lebanon, Sabtu.

Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan kalau tiga serangan udara Israel baru-baru ini menargetkan kawasan permukiman, termasuk Hay al-American dan daerah sekitarnya, yang menyebabkan kepulan asap mengepul di wilayah tersebut. 

Tidak ada laporan korban jiwa.

Pada Jumat malam, Israel melancarkan 11 serangan udara di pinggiran selatan Beirut, menghantam area seperti Burj al-Barajneh, Haret Hreik, dan sekitar Universitas Lebanon di Hadath.

Serangan itu menyusul perintah evakuasi dari tentara Israel, yang menuntut penduduk Lebanon untuk pergi karena dugaan kehadiran Hizbullah di dekatnya.

Bombardemen udara besar-besaran Israel di Lebanon telah berlangsung sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai fasilitas milik Hizbullah, sebuah peningkatan dalam perang lintas perbatasan selama setahun sejak dimulainya perang Gaza.

Lebih dari 3.100 orang tewas dan lebih dari 13.800 orang terluka dalam serangan Israel sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

Israel Sudah Masuk di Garis Merah

Eskalasi perang Israel-Hizbullah juga ditandai dengan makin dalamnya serangan kedua pihak ke lokasi-lokasi di dalam teritorial kedua negara.

Gerakan Hizbullah Lebanon pada Rabu (6/11/2024) mengatakan kalau mereka menembakkan rudal ke sebuah pangkalan militer di dekat Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, ibu kota wilayah pendudukan Israel

Pernyataan Hizbullah dikonfirmasi media Israel yang melaporkan pada Rabu kalau sebuah roket telah mendarat di dekat airport bandara. 

Baca juga: Rahasia Hamas Masih Bisa Terus Tewaskan Tentara Israel Meski Diberondong IDF dalam Setahun Perang

Media Israel melaporkan bahwa sebuah rudal jatuh di Bandara Internasional Ben Gurion, dan Saluran 12 Israel mengonfirmasi kalau lalu lintas udara telah terhenti di Bandara Ben Gurion setelah rudal tersebut jatuh.

Otoritas bandara mengatakan penerbangan di bandara sempat berhenti namun operasional akhirnya dilanjutkan seperti biasa.

Sementara itu, polisi Israel mengkonfirmasi bahwa pecahan rudal jatuh di wilayah Tel Aviv, tanpa menimbulkan korban jiwa.

Baca juga: Operation True Promise III, Iran Balas Israel Akhir Pekan Ini? AS Kehabisan Rudal Pertahanan Udara

Pakar militer dan ahli strategi asal Lebanon, Brigadir Jenderal Hassan Jouni, menyatakan Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv merupakan gerbang internasional utama Israel

"Jatuhnya sebuah rudal di bandara tersebut merupakan “awal dari penargetan wilayah Israel yang berada dalam garis merah",” katanya menganalisis kejadian tersebut dilansir Khaberni, Kamis (7/11/2024).

Menurut Brigadir Jenderal Johnny, Bandara Ben Gurion selama dianggap berada di luar jangkauan penargetan pihak-pihak yang bermusuhan Israel.

"Dengan Bandara Ben Gurion saat ini juga menjadi sasaran dengan rudal yang tepat mencerminkan “konflik yang memasuki tantangan dan eskalasi besar yang sangat berbahaya”," kata Hassan Jouni.

Baca juga: Israel Ingin Rusia Jadi Mediator Perdamaian dalam Perang Lawan Hizbullah, Ini Respons Moskow

Asap ledakan rudal membumbung di kawasan Bandara Ben Gurion
Asap ledakan rudal membumbung di kawasan Bandara Ben Gurion, pintu gerbang utama Israel di Tel Aviv, Rabu (6/11/2024). Rudal dilaporkan diluncurkan oleh gerakan Hizbullah Lebanon.

40 Hari Kematian Hassan Nasrallah dan Terpilihnya Donald Trump

Dia mengatakan dalam analisis situasi militer di Lebanon, penargetan Bandara Ben Gurion menegaskan kalau pihak yang meluncurkan rudal tersebut (Hizbullah) memiliki rudal strategis yang cerdas.

Cerdas yang dimaksud adalah adanya pemilihan penggunaan rudal berdasarkan jangkauan yang tepat dan akurasi dalam mencapai sasaran.

Dia menghubungkan penargetan Bandara Ben Gurion dengan peringatan 40 hari pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah oleh pesawat Israel dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut.

Brigadir Jenderal Hassan Jouni juga menghubungkan penargetan bandara Israel dengan momen kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, dan kegembiraan para pejabat Israel atas kemenangan tersebut.

Baca juga: Oktober Jadi Bulan Paling Mematikan Bagi Pasukan Israel Sejak Serangan 7 Oktober 

Ia menilai kegagalan sistem pertahanan Israel dalam melindungi Bandara Ben Gurion bukanlah hal baru, sebab sebelumnya mereka gagal melindungi rumah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang menjadi sasaran drone yang diluncurkan Hizbullah.

Mengenai dampak penargetan Bandara Ben Gurion, Brigadir Jenderal Johnny memperkirakan tentara Israel akan melakukan serangkaian serangan terhadap pihak yang meluncurkan rudal tersebut, mengingat dalam konteks yang sama belum ada pihak yang mengumumkan tanggung jawabnya atas operasi tersebut.

Namun Hizbullah kemudian mengumumkan bahwa mereka telah “membom pangkalan Tsarvin di dekat Bandara Ben Gurion, selatan Tel Aviv, dengan rentetan rudal tertentu,”.

Pangkalan tersebut ditujukan untuk pelatihan militer, menurut apa yang dikatakan direktur kantor Al Jazeera di Lebanon , Mazen Ibrahim, mengungkapkan.

Hizbullah sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka “bergerak ke fase baru dan meningkat dalam konfrontasi dengan musuh Israel.”

Hizbullah tidak mengklarifikasi rincian fase ini, namun mengatakan kalau “jalan (strategi) dan kejadian dalam beberapa hari mendatang akan dibahas .”

Baca juga: Profil Israel Katz Menteri Pertahanan Baru Israel, Punya Catatan Kriminal, Borok IDF Terungkap

Seorang tentara Israel terbunuh dalam kontrontasi dengan kelompok Hizbullah Lebanon.
Seorang tentara Israel terbunuh dalam kontrontasi dengan kelompok Hizbullah Lebanon. (khaberni/HO)

Operasi Canggih Hizbullah

Militer Israel disebut mengalami rugi besar seusai bertempur melawan milisi pejuang pembela kemerdekaan Palestina.

Hal itu dikatakan oleh Pakar Keamanan dan Kolonel Cadangan di tentara Israel (IDF), Kobi Marom

Dirinya mengakui mengakui bahwa Tel Aviv, meski bertempur di tujuh garis depan, tidak memiliki strategi militer yang solid.

Mengutip Channel 12, pihaknya juga menyampaikan bahwa militer Israel tidak memiliki mekanisme yang jelas dalam penyelesaian pertempuran.

Dikatakannya, militer Israel memang menghadapi pertempuran menantang di Lebanon.

“Israel menghadapi pertempuran yang menantang di Lebanon, yang ditandai dengan aktivitas pesawat tak berawak dan serangan rudal,” kata Marom.

Keadaan rumit yang tengah dihadapi tentara zionis, diakuinya lantaran adanya operasi canggih dari pihak lawan.

Dalam hal ini Lebanon.

“Tidak diragukan lagi bahwa ada operasi yang terkoordinasi dengan baik dan canggih untuk menantang sistem kami," lanjutnya.

Kolonel cadangan itu mengatakan juga bahwa sistem komando dan kontrol Hizbullah sedang ditingkatkan, bersama dengan formasi tembakannya.

Dirinya juga menekankan bahwa hal ini terjadi di tengah evakuasi unit permukiman dan gangguan terhadap aktivitas komersial.

Baca juga: Iran Bersiap Serang Israel, Ancam Bakal Gunakan Rudal Hulu Ledak dan Senjata Rahasia

Tentara Zionis Berjatuhan Banyak Jadi Korban usai Lawan Hamas dan Hizbullah

Media Israel melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan Kepala Staf Israel, Herzi Halevi, menekan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menyegel kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.

Hal ini mereka lakukan karena banyaknya korban di pihak Israel.

Mengutip The Jerusalem Post, disebutkan bahwa tentara pendudukan Israel ingin bergerak menuju gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, mengingat tingginya jumlah korban di kalangan tentara Israel.

Korban dari pihak Israel berjatuhan lantaran perlawanan Hamas Palestina dan Hizbullah Lebanon yang kuat di kedua front dan prospek suram untuk mencapai keuntungan militer Israel.

Menurut laporan Gallant dan Halevi juga telah mendesak Netanyahu untuk bekerja sama mencapai kesepakatan guna mengamankan pemulangan 101 tawanan Israel, hidup atau mati, dari Jalur Gaza.   

Waktu sangat penting untuk memulangkan para sandera, yang saat ini disetujui oleh sebagian besar pejabat Israel.

"Hanya akan terjadi, jika memang terjadi, melalui kesepakatan dengan Hamas," ujar Gallant dan Halevi dalam upacara wisuda perwira pada tanggal 31 Oktober.

Perkembangan yang terjadi ini bertepatan dengan konfirmasi Radio Angkatan Darat Israel bahwa 87 warga Israel tewas pada bulan Oktober.

64 di antaranya adalah perwira, tentara dan personel keamanan dan sisanya adalah pemukim ilegal.

 

(oln/khbrn/anews/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas