The Fed Kritik Kebijakan Deportasi Imigran Ilegal Donald Trump, Rugikan Perekonomian AS
Kebijakan Presiden baru Donald Trump terhadap imigran ilegal di Amerika Serikat dinilai akan merugikan perekonomian AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Gubernur Federal Reserve (The Fed) Bank of Minneapolis Neel Kashkari mengatakan kebijakan deportasi imigran yang akan diberlakukan presiden baru Donald Trump akan merugikan perekonomian Amerika Serikat (AS).
Neel melontarkan kritik tersebut di program stasiun televisi CBS. "Face the Nation."
Neeel Kashkari menjelaskan janji kampanye Presiden terpilih AS Donald Trump terkait deportasi besar-besaran terhadap pekerja ilegal dari AS akan mengganggu sejumlah sektor bisnis.
Untuk saat ini dampak kebijakan deportasi tersebut belum dapat terlihat secara jelas, namun Neel Kashkari menyebut, pada akhirnya pelaku bisnis harus memikirkan bagaimana mereka akan menyesuaikan kebijakan tersebut.
Masalah tersebut mungkin akan mengganggu beberapa bisnis dan dampaknya membuat perekonomian AS terguncang hingga inflasi kembali mencatatkan peningkatan.
"Jika Anda berasumsi orang-orang hanya bekerja - baik bekerja di pertanian atau bekerja di pabrik - dan bisnis-bisnis tersebut kini kehilangan karyawan, hal itu mungkin akan menyebabkan beberapa gangguan," kata Kashkari mengutip dari Reuters.
"Dampaknya belum sepenuhnya jelas bagi saya. Pada akhirnya, keputusan ada di tangan komunitas bisnis, Kongres, dan cabang eksekutif untuk mencari tahu bagaimana mereka akan menyesuaikan diri," tambah Kashkari.
Selain masalah deportasi imigran, dalam kesempatan itu Kashkari juga menyoroti kebijakan Trump atas pengenaan tarif yang luas serta pemotongan pajak pada barang impor yang dapat meningkatkan defisit federal.
Baca juga: Donald Trump Telepon Vladimir Putin Bicara soal Perang di Ukraina
Ini lantaran tarif biaya atau pajak yang dibebankan ketika barang masuk ke suatu negara dapat memicu kenaikan harga, berdampak pada inflasi jangka panjang.
“Tantangannya adalah jika ada balasan, jika satu negara memberlakukan tarif, lalu menanggapi, dan tarifnya meningkat kita harus menunggu dan melihat apa yang akan diterapkan dan bagaimana negara lain akan menanggapinya. Saat ini, kita semua hanya menebak," jelas Kashkari.
Baca juga: Efek Trump di Dunia Crypto Berlanjut, Harga Bitcoin Kembali Pecahkan Rekor
Hal senada juga diungkapkan beberapa ekonom Wall Street, menurutnya kebijakan itu justru bisa memicu risiko-risiko negatif bagi perekonomian AS.
Diantaranya, ekspansi ekonomi yang lebih lambat di seluruh dunia dan inflasi yang lebih cepat di dalam negeri yang akan membuat Federal Reserve kurang bersedia menurunkan suku bunga.
Dampaknya bisa berupa dolar yang lebih kuat dan berkurangnya ruang bagi negara-negara berkembang untuk melonggarkan kondisi moneter mereka sendiri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.