Sandera Israel yang Ditahan di Gaza Justru Minta Tolong Diselamatkan dari Netanyahu
Ironisnya, Turbanov meminta tolong diselematkan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Sandera Israel yang Ditahan di Gaza Justru Minta Tolong Diselamatkan dari Netanyahu
TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), menyiarkan sebuah video baru pada Jumat (15/11/2024) yang menunjukkan sosok seorang sandera Israel, Alexander Turbanov.
Dalam video tersebut Turbanov tampak meminta tolong untuk dibebaskan dan diselamatkan.
Ironisnya, Turbanov meminta tolong diselematkan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Baca juga: Ribuan Tentara Cadangan Israel Menolak Bertugas, Al Qassam Sikat Puluhan IDF dari Jarak Dekat
Permintaan tolong Turbanov dalam video tersebut dia kepada pemimpin partai Shas Israel, Aryeh Deri.
"Turbanov memohon Deri untuk menyelamatkannya dari penahanan karena dia adalah “satu-satunya penyelamat”," kata laporan Khaberni mengutip pernyataan si sandera di video, dikutip Sabtu (16/11/2024).
Kenapa Turbanov meminta diselamatkan dari Netanyahu yang seharusnya menjadi penolongnya?
Rupanya kebijakan perang Israel di bawah kemimpinan Netanyahu dianggap tidak memprioritaskan keselamatan dan pembebasan sandera.
"Turbanov menggambarkan pemerintah Israel yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu sebagai "pemerintahan yang ditinggalkan". Dia melontarkan seruan bantuan kepada Israel dengan judul "Selamatkan kami" dengan permohonan untuk mengintensifkan upaya pembebasan para tahanan," lapora Khaberni.
Dalam pernyataannya, tahanan Israel berusia 28 tahun itu mengirim pesan kepada Deri yang mengatakan, “Saya mohon Anda tidak membiarkan Netanyahu dan pemerintahannya meninggalkan dan melupakan kami.”
Dia menambahkan, kepada Deri, “Tolong jangan biarkan nasib kami menjadi kematian dalam kegelapan terowongan di Gaza tanpa dikuburkan di Israel.”
Tahanan Israel yang ditahan di Gaza tersebut mengingatkan sang pemimpin partai Shas akan fatwa mendiang rabbi Yahudi Ovadia Yosef, yang "memberikan fatwa bahwa melepaskan tahanan tidak sama dengan beribadah, dan hal yang mustahil harus dilakukan demi mereka (para sandera)."
Ovadia Yosef dianggap sebagai pemimpin spiritual dan pendiri Partai Shas Yahudi Timur, dan dia adalah rabi yang dikenal karena sikap rasisnya yang ekstrem terhadap orang Palestina dan Arab.
Turbanov menekankan kalau fatwa ini mengikat Deri, dan di pundaknya ada “tanggung jawab penuh dan bersejarah untuk melakukan hal yang mustahil untuk mengembalikan para tahanan.”
Ia menyinggung kondisi sulit yang dialami para tahanan di Gaza, “setelah setahun disandera, ditelantarkan, dilupakan, dan terjerumus ke dalam lumpur Lebanon.”
Dia menyimpulkan dengan mengatakan, "Kita berada dalam bahaya yang nyata dan nyata setiap hari," dan menekankan bahwa "waktu tidak menguntungkan kita."
Dua hari yang lalu, Brigade Al-Quds juga menyiarkan klip video tahanan Turbanov, di mana ia mendesak Israel untuk melanjutkan demonstrasi guna menekan pemerintah Netanyahu agar membebaskan mereka yang tersisa.
Para Sandera Israel Mencoba Akhiri Hidup
Pada awal Juli lalu, Abu Hamzah, juru bicara militer Brigade Al-Quds, mengungkapkan bahwa sejumlah tahanan Israel di Jalur Gaza benar-benar melakukan percobaan bunuh diri sebagai akibat dari rasa frustrasi yang mereka rasakan akibat kelalaian pemerintah mereka. penyebab mereka, menurut dia.
Pada pertengahan bulan yang sama, Shas, sebuah partai keagamaan yang berpartisipasi dalam pemerintahan Netanyahu, mengatakan kalau "sekarang waktunya" untuk menandatangani perjanjian pertukaran tahanan dengan Gerakan Perlawanan Hamas.
Hal ini disampaikan dalam surat kepada Netanyahu yang dikirim oleh partai keagamaan Haredi, yang memiliki 11 kursi di Knesset (Parlemen) Israel dari 120 kursi.
Brigade Al-Quds sebelumnya pernah menyiarkan klip video tahanan Israel, namun Brigade Izz al-Din al-Qassam – sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas – adalah yang paling aktif dalam konteks ini.
Pada tanggal 7 Oktober 2023, perlawanan Palestina yang dipimpin oleh Al-Qassam melakukan serangan besar-besaran terhadap pangkalan, barak dan permukiman di sekitar Jalur Gaza, menewaskan ratusan tentara dan perwira Israel, dan menangkap sedikitnya 240 warga Israel, lebih dari 100 orang di antaranya dibebaskan selama gencatan senjata kemanusiaan sementara pada bulan November lalu.
(oln/khbrn/*)