Ribuan Tentara IDF Digerogoti Penyakit Mental, Media Israel: Angka Bunuh Diri Meningkat
Terjadi peningkatan kasus bunuh diri di kalangan personel tentara Israel di IDF sebagai dampak trauma psikologis perang yang berlangsung.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pun, muncul sejumlah perlawanan dari kebijakan tersebut.
"Satu batalyon infanteri reguler IDF dilaporkan mempertimbangkan untuk memperbolehkan para personelnya untuk mengajukan permohonan gugatan terhadap para panglima dengan alasan tidak memperhitungkan beban mental yang dibebankan kepada para prajurit," kata laporan tersebut dilansir Khaberni.
Digerogoti Post-Trauma Syndrome Perang
Media-media internasional sebelumnya menyoroti gangguan psikologis yang diderita tentara Israel, setelah ulasan surat kabar Israel The Jerusalem Post melaporkan kalau muncul lebih banyak kasus bunuh diri dan komplikasi pasca-trauma tercatat di antara tentara IDF yang kembali dari pertempuran di Gaza.
Surat kabar tersebut melaporkan kisah-kisah yang menggambarkan kengerian yang dialami tentara Israel di Gaza, dan menyatakan bahwa mereka yang selamat dari kematian takut dipanggil untuk berperang lagi ketika perang meluas hingga ke Lebanon.
Menurut Kantor Reintegrasi Kementerian Pertahanan Israel, dan apa yang dilaporkan oleh media elektronik The Times of Israel, sekitar 5.200 tentara Israel, atau 43 persen dari korban luka yang diterima di pusat rehabilitasi, menderita stres pasca-trauma.
Hal itu dibarengi dengan perkiraan bahwa “sekitar 100 ribu orang akan dirawat”, setidaknya setengah dari mereka akan menderita gangguan stres pasca-trauma pada tahun 2030.”
Angka Desersi Militer Naik Tajam
Laporan media Israel berbahasa Ibrani, Haaretz mengulas seputar kekuatan personel militer Israel yang menurun drastis seiring berlanjut dan meluasnya perang di berbagai front.
Sejauh ini, Israel mengandalkan personel dari warga sipil untuk masuk ke pasukan cadangan (reserve division) dalam kerangka wajib militer untuk memenuhi kebutuhan tentara di medan perang.
Pasukan cadangan ini menjadi ujung tombak Tentara Israel (IDF) dalam agresi yang dilakukan di Jalur Gaza maupun di Lebanon Selatan.
Baca juga: Al Qassam Lumpuhkan Komandan Brigde Kfir Israel di Gaza Utara, Pakar: Secara Militer, Ini Keajaiban
Haaretz mengabarkan, awalnya, setelah serangan Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan oleh milisi perlawanan Palestina, Hamas di permukiman sekitar Gaza pada 7 Oktober 2023, banyak warga Israel yang mendaftar menjadi pasukan cadangan di tentara Israel sebagai aksi balas dendam.
"Ketika perang terus berlanjut dan di tengah banyaknya kerugian manusia dan ekonomi, perilaku menolak untuk mengabdi semakin meningkat di kalangan prajurit cadangan," kata laporan media tersebut dikutip Khaberni, Rabu (20/11/2024).
Haaretz mengungkapkan kalau sepertiga dari korban perang di kalangan tentara Israel adalah anggota pasukan cadangan.
Meningkatnya angka desersi pasukan cadangan ini juga merujuk pada naiknya keraguan mengenai motif untuk melanjutkan perang.
"Terutama soal kelelahan ekstrem yang dialami prajurit cadangan setelah bertempur dalam waktu yang lama di perang jangka panjang. Banyak dari mereka yang mengabdi (memenuhi panggilan wajib militer) selama perang berlangsung,. Hal ini menyebabkan mereka harus jauh dari keluarga selama berbulan-bulan, dan beberapa dari mereka kehilangan pekerjaan atau harus berhenti belajar," kata lapora tersebut mengulas faktor-faktor penyebab tingginya angka desersi militer di pasukan cadangan IDF .