Korea Utara Bermanuver, Moncong Rudal Rusia Kini Beberapa Mil dari Pangkalan Militer Strategis AS
Manuver Korea Utara itu membuat moncong rudal-rudal Rusia kini berada cuma beberapa mil dari pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Meskipun Korea Utara telah membuat langkah maju dalam mengembangkan sistem pertahanan udaranya sendiri, termasuk KN-06, negara itu masih jauh tertinggal dari negara lain dalam hal teknologi dan kemampuan.
Keterbatasan dalam presisi radar, kendali rudal, dan integrasi sistem membuat Korea Utara rentan terhadap berbagai ancaman udara modern.
Oleh karena itu, negara tersebut terus berupaya mendapatkan sistem pertahanan canggih dari luar negeri, termasuk akuisisi potensial dari Rusia, untuk memodernisasi dan meningkatkan kemampuan pertahanannya. Namun, tantangannya tetap ada: Korea Utara harus mengatasi kesenjangan teknologi yang signifikan agar dapat menyamai sistem pertahanan udara yang digunakan oleh negara-negara tetangga dan musuhnya.
Hingga saat itu, pertahanan udaranya akan terus bergantung pada berbagai sistem yang sudah ketinggalan zaman dan kurang berkemampuan yang sulit mengimbangi pesatnya perkembangan sifat peperangan udara modern.
Manuver Rusia Seimbangkan Kekuatan Barat
Pengiriman sistem pertahanan udara ke Korea Utara merupakan contoh utama bagaimana Rusia menggunakan aset militernya untuk menggeser keseimbangan kekuatan dengan kepentingan sekutu dan musuh di Barat.
Pengalihan ini bukan sekadar isyarat diplomatik—melainkan tindakan konkret yang menunjukkan kesediaan Rusia untuk mempersenjatai negara-negara yang secara langsung menentang kepentingan AS, serta kesiapannya untuk menggunakan dukungan militer sebagai pengaruh dalam kalkulasi geopolitik yang lebih luas.
Keputusan untuk memberi Korea Utara persenjataan canggih tersebut menunjukkan banyak hal tentang prioritas strategis Rusia, yang menandakan bahwa Rusia tidak takut untuk mengganggu status quo dan menantang pengaruh AS melalui komitmen militer yang nyata.
Dalam konteks ini, peringatan nuklir Medvedev tidak bisa dianggap enteng. Singkatnya, Rusia berjanji akan menyediakan teknologi dan senjata nuklir bagi musuh AS jika Ukraina menerimanya dari Barat.
Sejarah Rusia dalam memasok perangkat keras militer yang signifikan ke negara-negara seperti Korea Utara menunjukkan bahwa Rusia tidak membuat ancaman kosong.
Jika Kremlin tidak memiliki keraguan dalam memasok sistem pertahanan udara canggih ke negara nakal, sangat masuk akal jika Kremlin akan menepati janjinya untuk memasok senjata atau teknologi nuklir ke musuh AS jika keadaan mendorong mereka untuk melakukannya.
Pengiriman persenjataan modern ke Korea Utara merupakan indikator yang jelas kalau Rusia siap untuk meningkatkan ketegangan dan bertindak atas ancamannya, menjadikan pernyataan Medvedev sebagai peringatan serius, bukan peringatan kosong.
(oln/BM/*)