Pertama Kali dalam Sejarah Israel, Seorang Wanita Diterima di Unit Pasukan Khusus Sayeret Matkal
Sayeret Matkal adalah unit komando paling elite di IDF. Masuknya wanita ke dalam satuan ini diframing jadi sejarah dan prestasi ketimbang krisis
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pertama Kali dalam Sejarah Israel, Seorang Wanita Diterima di Unit Pasukan Khusus, Krisis Kian Parah?
TRIBUNNEWS.COM - Untuk pertama kalinya dalam sejarah Israel, seorang wanita telah diterima masuk dalam unit Sayeret Matkal militer Israel (IDF).
Sayeret Matkal adalah unit komando paling elite di IDF. Personel pasukan komando ini sering dibandingkan dengan Pasukan Khusus Amerika Serikat (AS), Delta Force.
Menurut lembaga penyiaran publik Israel, KAN, wanita tentara itu berhasil melewati proses seleksi ketat yang melelahkan.
Baca juga: Israel Buntu Soal Solusi Krisis Personel Militer IDF, Gallant Dicopot Gegara Usik Haredi
"Seleksi berat ini termasuk proses skrining lima hari yang ketat yang menguji ketahanan fisik dan mental," tulis laporan KAN dari The Jerussalem Post, dikutip Kamis (28/11/2024).
KAN melaporkan pada Rabu kalau hal ini merupakan pencapaian bersejarah di tubuh pasukan elite Israel.
Di sisi lain, kabar ini dinilai sejumlah analis sebagai tanda meningkatnya krisis personel IDF hingga harus melibatkan kelompok-kelompok yang sebelumnya tak tersentuh panggilan tugas militer.
"Kesuksesan wanita tentara ini melewati proses skrining berat mengikuti kesuksesannya sebelumnya di hari seleksi awal unit. Sementara dia telah menyelesaikan fase yang paling menuntut, tentara sekarang harus menjalani proses akhir yang singkat dan sebagian besar teknis sebelum memulai pelatihannya di Sayeret Matkal, sebuah unit yang terkenal dengan misi pengumpulan intelijen dan operasi berisiko tinggi di belakang garis musuh," kata laporan itu.
Menurut laporan, diterimanya seorang wanita ke dalam unit komando elite terjadi lebih dari setahun setelah IDF mengumumkan program percontohan yang bertujuan untuk memasukkan perempuan ke unit angkatan laut, Navy SEAL secara uji coba.
Menurut KAN, inisiatif ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh IDF untuk mengeksplorasi inklusivitas gender di unit elitenya, sebuah dalil yang dianggap pengalihan isu dari krisis personel yang terjadi di tubuh IDF.
Baca juga: Awalnya Semangat Mau Balas Dendam ke Hamas, Pasukan Cadangan Israel Kini Makin Ogah Berperang
Pada Maret lalu, KAN melaporkan kalau 17 wanita berhasil melewati hari seleksi unit, menandai awal program di saat perang Gaza berkecamuk makin hebat dan perlawanan Hizbullah di front Utara makin gencar.
Libatkan Perempuan dalam Pertempuran Aktif
KAN menyoroti kalau diterimanya tentara wanita ini dalam unit elite IDF mencerminkan tren yang lebih besar dalam IDF dalam upanyanya untuk melibatkan perempuan dalam pertempuran aktif dalam satuan elite IDF.
Pada November 2023, satu bulan setelah serangan Banjir Al-Aqsa Hamas, KAN melaporkan bahwa dua wanita bergabung dengan Unit 669, unit pencarian dan penyelamatan tempur elite IDF, yang bertanggung jawab untuk menyelamatkan tentara dan warga sipil dari zona tempur berisiko tinggi.
KAN juga merinci program percontohan lainnya yang sedang berlangsung, termasuk satu untuk membentuk tim spesialis infanteri wanita dalam mobilitas pasukan di dalam brigade infanteri mekanis IDF.
Para prajurit ini akan dilatih dalam mengangkut pasukan dan peralatan dalam kondisi pertempuran – kemampuan penting untuk operasi manuver.
Program lain, juga dilaporkan oleh KAN, melibatkan mengintegrasikan perempuan ke dalam peran tempur lapis baja.
Rekrutan perempuan sedang dilatih untuk mengoperasikan tank untuk misi pertahanan perbatasan, dengan kurikulum khusus yang disesuaikan dengan tuntutan operasional perang tank.
Ubah Personel AL Jadi Infanteri
Pada September lalu, kekurangan parah prajurit dalam pasukan pendudukan Israel (IDF) dilaporkan telah mendorong Divisi Infanteri Cadangan (Divisi ke-96) untuk membentuk batalion baru personel angkatan laut guna mempersiapkan mereka untuk operasi darat, menurut laporan dari Perusahaan Penyiaran Publik Israel Kan 11.
Inisiatif tersebut berarti bahwa personel angkatan laut yang sebelumnya dikecualikan dari tugas cadangan harus menjalani pelatihan infanteri intensif untuk membawa mereka ke tingkat yang membekali mereka untuk operasi darat, karena perang melawan Palestina di Gaza terus berlanjut dan ancaman meluasnya perang di Lebanon saat itu semakin tinggi.
Perang di Lebanon akhirnya benar-benar pecah per 1 Oktober 2024 saat pasukan infanteri Israel masuk menerobos perbatasan Lebanon.
Dua bulan kemudian, tepatnya 27 November 2024, gencatan senjata sementara disepakati oleh Hizbullah Lebanon dan Israel.
Baca juga: Israel Buntu Soal Solusi Krisis Personel Militer IDF, Gallant Segera Dicopot Gegara Usik Haredi
"Meskipun banyak prajurit Angkatan Laut telah menjalani pelatihan tempur khusus, mereka akan menerima pelatihan baru yang mencakup pertempuran perkotaan dan penggunaan senjata infanteri," kata laporan tersebut saat itu.
Wakil Kepala Staf IDF, Amir Baram, menyetujui tindakan "luar biasa" ini, yang akan dilaksanakan di bawah pengawasan Komando Angkatan Darat.
Laporan tersebut menyatakan bahwa tentara pendudukan Israel baru-baru ini mulai menyusun daftar orang-orang yang akan bergabung dengan batalion baru tersebut.
"Pelatihan mereka dijadwalkan akan dimulai sekitar dua bulan lagi," kata laporan itu.
Tentara Israel telah menderita kekurangan tentara selama berbulan-bulan, karena perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, operasi intensif di Tepi Barat yang diduduki, dan konfrontasinya dengan Hizbullah di seberang perbatasan dengan Lebanon.
Baca juga: Media AS: Tentara Israel Frustasi dan Kelelahan di Gaza Saat Harus Menyerbu Hizbullah di Lebanon
Pada bulan Juli, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengungkapkan bahwa tentara sangat membutuhkan 10.000 tentara tambahan, di tengah laporan tentang "peningkatan signifikan" dalam jumlah perwira yang meminta pensiun dini dari dinas militer.
Gallant mengatakan kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset kalau 4.800 tentara dapat direkrut dari anggota komunitas Haredim ultra-Ortodoks, yang biasanya dibebaskan dari dinas militer.
Sebagai akibat dari kekurangan prajurit tersebut, pemerintah Israel menyetujui undang-undang pada bulan Juni untuk memperpanjang masa dinas cadangan dengan menaikkan usia pengecualian.
Menurut proposal tersebut, prajurit cadangan non-perwira akan bertugas hingga usia 41 tahun, bukan 40 tahun, sementara perwira akan bertugas hingga usia 46 tahun, bukan 45 tahun.
(oln/tjp/*)