VW Hengkang dari Xinjiang, Pabrik dan Lintasan Uji Dijual
Produsen otomotif Jerman VW mengatakan akan menjual pabrik dan lintasan uji di Xinjiang, Cina, karena alasan ekonomi. Cina dituduh…
Pabrikan mobil Jerman Volkswagen (VW) pada hari Rabu (27/11) mengumumkan akan menjual pabrik mobil di kota Urumqi, di Provinsi Xinjiang, Cina. Pabrik ini dioperasikan bersama dengan perusahaan milik negara Cina SAIC Motor Corporation sebagai mitra,
Pembelinya adalah perusahaan milik Cina, SMVIC, yang aktif dalam bisnis mobil bekas. VW juga menjual lintasan uji di Turpan dan Anting di provinsi yang sama.
Cina telah dituduh melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut, termasuk kamp pendidikan ulang dan kerja paksa yang menargetkan warga Uighur dan kelompok minoritas lainnya.
VW kalah saing dan tumbuh lebih lambat
VW mengatakan akan menjual pabriknya di ibu kota regional Urumqi dan jalur pengujian di Turpan. Seorang juru bicara perusahaan mengutip "alasan ekonomi" di balik keputusan tersebut.
Pertumbuhan VW pada tahun 2023 jauh lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan itu juga kalah saing dengan pesaingnya dari Cina.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Perusahaan itu mengatakan akan memperpanjang kemitraannya dengan perusahaan SAIC selama satu dekade hingga 2040. Kedua perusahaan itu mengatakan bahwa mereka akan menjual pabrik mereka di Xinjiang kepada unit SMVIC dari grup Shanghai Lingang Development, yang juga akan mengambil alih pekerja pabrik tersebut.
Langkah itu dilakukan seiring upaya VW untuk juga menutup pabrik di negara asalnya, Jerman, serta memberhentikan karyawan untuk memangkas biaya produksi.
Perusahaan mobil Eropa ini juga mengukur dampak dari potensi perang dagang antara Beijing dan Brussels setelah UE mengenakan tarif yang besar pada kendaraan listrik yang diimpor dari Cina.
Tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang
Etnis Uighur adalah kelompok etnis yang berbahasa Turki dan sebagian besar beragama Islam yang mendiami Xinjiang. Wilayah ini juga adalah tempat asal minoritas etnis Kazakh dan Kirgistan yang lebih kecil.
Organisasi hak asasi manusia menuduh Cina menahan lebih dari satu juta orang, sebagian besar Uighur, di "kamp pendidikan ulang," dan menuduh telah memanfaatkan para tahanan untuk melakukan kerja paksa.
Tahun lalu di Paris, Prancis, beberapa kelompok aktivis mengajukan pengaduan yang menargetkan perusahaan-perusahaan Prancis dan AS, menuduh mereka terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan di Xinjiang akibat menggunakan subkontraktor di Cina.
ae/hp (AFP, Reuters)