Fatah dan Hamas Bahas Usulan Mesir soal Gencatan Senjata dengan Israel
Fatah dan Hamas bertemu di Kairo untuk membahas proposal gencatan senjata Israel-Hamas yang diajukan Mesir.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Dewan Revolusi Fatah, Abdullah Abdullah, mengatakan sedang berdiskusi dengan Hamas di Kairo mengenai proposal Mesir untuk gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza.
Proposal itu juga mendorong dibukanya kembali penyeberangan di Rafah untuk mengirim bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina.
“Fatah ingin segera mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza, dan memberikan bantuan secepatnya serta memulai rekonstruksi," kata Abdullah, Minggu (1/12/2024).
“Delegasi dari Fatah berada di Kairo berdiskusi dengan delegasi gerakan Hamas mengenai usulan Mesir terkait pembukaan penyeberangan darat Rafah (antara Gaza dan Mesir) dan agar Otoritas Palestina mengelolanya dari pihak Palestina," lanjutnya.
Pemerintah Mesir telah menutup penyeberangan di sisi Mesir sejak Israel menduduki Rafah, wilayah Palestina yang berbatasan dengan Sinai, Mesir, pada bulan Mei lalu.
Mesir bersikeras untuk mengakhiri pendudukan Israel di penyeberangan tersebut agar dapat dibuka kembali.
Sebelumnya, surat kabar Amerika Serikat (AS), The Wall Street Journal, mengabarkan Mesir baru-baru ini mengajukan proposal yang mencakup gencatan senjata untuk jangka waktu 60 hari.
Kemudian, pertukaran tahanan antara Hamas dan pendudukan Israel, akan dilakukan tujuh hari setelah gencatan senjata mulai berlaku.
Hal ini juga mencakup pembukaan kembali penyeberangan Rafah pada bulan Desember ini.
Selain itu, Otoritas Palestina akan mengawasi penyeberangan di sisi Palestina dengan tindak lanjut dari Eropa.
Belum ada komentar dari pihak terkait mengenai apa yang diberitakan surat kabar tersebut.
Baca juga: 2 Syarat Hamas Mau Bahas Gencatan Senjata, Israel Harus Mundur dan Bantuan Wajib Mengalir
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 44.249 jiwa dan 105.250 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (2/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel