Israel Klaim Perjanjian Suriah Bubar Saat Assad Tumbang, IDF Ogah Pergi dari Puncak Gunung Sheikh
Perjanjian pasca-perang 1973 mengharuskan Israel melepaskan kendali atas sejumlah wilayah Suriah, termasuk Gunung Hermon.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel Klaim Bebas Langgar Perjanjian Saat Rezim Assad Tumbang, IDF Ogah Pergi dari Puncak Gunung Sheikh
Ia menegaskan bahwa pasukan pendudukan Israel (IDF) akan tetap berada di puncak Gunung Sheikh.
"Israel Katz menekankan bahwa puncak Gunung Sheikh sudah berada di bawah "kendali Israel" untuk pertama kalinya dalam 51 tahun," kata laporan RNTV, Jumat (13/12/2024).
Baca juga: Hanya Dalam Beberapa Jam, Israel Luncurkan 500 Serangan Udara dan Jatuhkan 1.800 Bom di Suriah
Adapun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan kalau runtuhnya rezim Assad di Suriah berarti tidak ada kewajiban bagi Israel tetap melaksanakan perjanjian pelepasan sejumlah wilayah Suriah yang diduduki Israel setelah perang 1973.
Pernyataan Netanyahu ini mengarah pada pembentukan zona penyangga oleh Israel di wilayah Suriah dengan dalih keamanan nasional negara pendudukan tersebut.
Netanyahu menambahkan bahwa Pendudukan Israel akan tetap berada di wilayah tersebut sampai pengaturan yang tepat dibuat.
Pada 8 Desember 2024, Surat kabar berbahasa Ibrani Yedioth Ahronoth melaporkan kalau penguasaan Gunung Sheikh di Suriah oleh IDF berlangsung tanpa menghadapi perlawanan.
Selain itu, laporan dari Radio Angkatan Darat Israel menyebutkan bahwa Kabinet Israel telah memutuskan untuk menduduki wilayah Gunung Sheikh dan membangun zona penyangga.
Militer IDF mengklaim akan menjadi pasukan penegak di zona penyangga ini di sepanjang perbatasan Suriah.
Sementara itu, Otoritas Penyiaran Israel (KAN) mengumumkan pada Minggu malam bahwa Israel telah melakukan serangan udara terhadap Pusat Penelitian Ilmiah di Damaskus, Suriah.
Pusat tersebut dilaporkan terlibat dalam pengembangan senjata kimia dan rudal balistik.
Aspek Strategis Penguasaan Gunung Hermon
Israel merampas Gunung Hermon yang menjadi gunung tertinggi di Suriah.
Seorang eks pilot tempur F-16 Israel, Naftali Hazony, menjelaskan pentingnya Gunung Hermon bagi Israel.
Menurut Hazony, didudukinya Hermon telah mengubah perimbangan keamanan regional dan memberi Israel keunggulan atas musuh-musuhnya.
“Israel sudah menguasai Gunung Hermon, gunung tertinggi di Suriah, tinggi puncaknya mencapai 2.814 meter,” kata dia dikutip dari Eurasian Times, (12/12/2024).
Dia berujar ibu kota Suriah, Damaskus, hanya berjarak 40 km dari gunung itu sehingga kini berada dalam jangkauan peluru meriam Israel.
Kata dia, Hermon adalah benteng alami. Suriah mendapatkan medan lebih tinggi berkat gunung itu.
“Selama puluhan tahun, pertahanan Israel utara dibayangi oleh Gunung Hermon di Suriah. Kini tak lagi. Benteng alami terpenting di kawasan ini kini jatuh ke tangan Israel,” ucap Hazony.
“Israel melakukannya dengan senyap, maju ke posisi yang ditinggalkan Suriah dan mengambilnya tanpa pertarungan.”
Hermon selain memiliki nilai taktis, posisinya yang strategis telah lama menjadi blind spot atau titik buta bagi radar Israel.
Kini setelah Hermon dikuasai, radar Israel bisa menjangkau jauh lebih banyak area, termasuk wilayah-wilayah Suriah dan Lebanon.
“Segera setelah ditempatkan di Gunung Hermon, radar Israel akan bisa melihat lebih jauh di Suriah dan Lebanon, memberikan peringatan awal datangnya jet dan drone yang terbang rendah. Intelijen Israel juga bisa memanfaatkan puncaknya, menempatkan sensor untuk melaukan pengintaian dan menyadap komunikasi musuh,” katanya menjelaskan.
Baca juga: Tentara Israel Duduki Sisi Gunung Hermon di Suriah Tanpa Ada Perlawanan
Selain itu, Hermon juga menjadi pelindung yang sempurna bagi pasukan khusus Israel dan mata-mata yang kini bisa masuk ke Suriah dengan lebih bebas.
Dia menyampaikan beberapa rute penyelundupan yang digunakan Hizbullah di utara Hermon kini telah diputus sehingga fleksibilitas kelompok asal Lebanon itu terbatas.
“Ketika matahari terbit, Gunung Hermon memunculkan bayangan di atas markas Hizbullah di Lebanon selatan, mendominasi jalan utama ke benteng utara mereka di Lembah Beqaa. Beberapa rute penyelundupan Hizbullah di utara Hermon telah diputus,” ujarnya.
Dia berkata musuh-musush Israel yang bergerak ke arah Israel kini akan kelihatan.
“Warga di Israel utara bisa tidur lebih nyenyak setelah tahu bahwa Israel sudah menguasai gunung ini.”
Israel kuasai Hermon
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan telah menduduki Gunung Hermon di sisi Suriah, Minggu, (8/12/2024).
IDF memperluas zona penyangga demiliterisasi atau demilitarized buffer zone di sepanjang perbatasan dengan Suriah.
Dikutip dari The Cradle, Menteri Urusan Diaspora Israel Amichai Chikli mendukung perampasan Gunung Hermon. Dia mengklaim hal itu penting untuk mencegah kelompok militan mendekati wilayah Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyebut aksi IDF itu sebagai “langkah terbatas dan temporer demi alasan keamanan”. Namun, sumber dari pihak keamanan Suriah pada hari Selasa berkata Israel sudah bergerak maju hingga 10 km ke wilayah Suriah.
Serangan besar Israel ke Suriah
Baca juga: Antek Assad yang Ditakuti Warga Suriah Dibunuh Sadis Militan Lokal, Jadikan Tawanan Makanan Singa
Israel melancarkan serangan besar ke Suriah dalam operasi yang disebut “Operasi Anak Panah Bashan”.
Selama tujuh hari belakangan Israel terus membombardir Suriah dengan serangan-serangan udaranya.
Pada hari Selasa, (10/12/2024), IDF mengklaim sudah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah di bawah rezim Presiden Bashar al-Assad yang kini tumbang.
“Dalam 48 jam terakhir, IDF menyerang sebagian besar gudang senjata strategis di Suriah,” kata IDF hari Selasa, (10/12/2024), dikutip dari All Israel News.
Israel berdalih serangan itu dilakukan agar mencegah senjata jatuh ke tangan “unsur teroris”.
Menurut Israel, Operasi Anak Panah Bashan sudah rampung hari Selasa.
Adapun Bashan adalah nama Dataran Tinggi Golan dalam Perjanjian Lama. Golan diduduki Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967 dan dicaplok tahun 1981 meski tindakan itu tidak diakui dunia.
Menurut Army Radio, operasi militer besar itu melenyapkan hampir semua peralatan militer Suriah yang disebut mengancam Israel.
Operasi itu mendapat lampu hijau dari Kepala Staf IDF, Letjen Herzi Halevi hari Sabu lalu atau tepat sebelum rezim Assad resmi digulingkan.
Dilaporkan total ada 350 pesawat yang diikutsertakan Israel dalam serangan ke Suriah. Jumlah itu bahkan lebih dari setengah jumlah pesawat Angkatan Udara Israel.
IDF menyebut pesawat-pesawat itu terbang ratusan jam di atas langit Suriah.
Baca juga: Ironis, Drone MQ-9 Reaper Milik AS Seharga Setengah Triliun Jatuh di Suriah, Ditembak Kawan Sendiri
Israel mengklaim target yang dihancurkan termasuk senjata strategis seperti rudal Scud, rudal penjelajah, rudal darat ke laut, rudal darat ke udara, dan rudal udara ke udara, pesawat nirawak, jet tempur.
Di samping itu, perlengkapan reguler tentara seperti helikopter serang, radar, tank, hanggar pesawat, dan infastruktur intelijen turut hancur.
Israel juga mengerahkan angkatan lautnya untuk menyerang Pelabuhan Al-Beida dan Latakia. Serangan itu diklaim menghancurkan belasan kapal rudal milik Angkatan Laut Suriah.