Olok-olok Menghinakan, Lambaian Sepatu Iringi Pasukan Rusia Berkemas Angkat Kaki dari Suriah
Pasukan Rusia yang berkemas pergi dari pangkalan militer mereka di Suriah mendapat lambaian sepatu, sebuah olok-olok menghinakan dalam budaya Arab.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Olok-olok Menghinakan, Lambaian Sepatu Iringi Pasukan Rusia Berkemas Angkat Kaki dari Suriah
TRIBUNNEWS.COM - Kejatuhan Bashar al-Assad di Suriah sepertinya memang menohok kehormatan Rusia, negara yang menyokong rezim sebelum terguling oleh gerakan kilat oposisi bersenjata di negara tersebut.
Laiknya pecundang kalah, Rusia yang selalu punya tempat istimewa di rezim Assad, kini dilaporkan harus berkemas, bahkan dengan olok-olok yang menghinakan.
Baca juga: Pukulan Bagi Prestise Vladimir Putin, Arti Kejatuhan Rezim Assad di Suriah Bagi Rusia
Hal itu ditunjukkan oleh sebuah video yang dilacak lokasinya oleh CNN, menunjukkan peralatan militer Rusia bergerak di Suriah barat, Sabtu (14/12/2024).
Dalam video yang direkam di pinggiran Homs, truk militer, pengangkut personel lapis baja, dan SUV berbendera Rusia terlihat bergerak ke arah barat di jalan raya M1 yang mengarah ke pangkalan Rusia di dekat pantai Suriah.
"Tidak jelas apakah peralatan itu menuju ke pangkalan, tetapi kami sebelumnya melaporkan kalau Rusia tampaknya sedang memuat dan mempersiapkan pesawat untuk meninggalkan instalasi militernya di Suriah," tulis laporan CNN.
Hal yang menjadi perhatian, video tersebut juga memperlihatkan seorang pria berpakaian seragam militer melambaikan sepatu ke arah kendaraan militer Rusia saat mereka melewatinya.
Sebagai informasi, menyambut atau mengucapkan selamat tinggal kepada seseorang dengan sepatu dianggap sebagai penghinaan terbesar dalam budaya Arab.
Lebih dari 2.000 Tentara Suriah Kini Berlindung di Tenda-Tenda di Irak
Nasib terhinakan juga dirasakan lebih dari 2.000 tentara Suriah.
Mereka yang melarikan diri ke Irak selama akhir pekan kemarin setelah runtuhnya pemerintah Suriah pimpinan Assad, saat ini tinggal di kota tenda yang dibuat oleh pemerintah Irak untuk melindungi mereka.
Kementerian Pertahanan Irak memerintahkan unit militer di provinsi Anbar barat untuk mendirikan kamp dengan ratusan tenda untuk 2.150 tentara Suriah, menurut Imad al-Dulaimi, wali kota kota terdekat Rutba.
"Tentara Suriah "menyerahkan diri kepada otoritas Irak setelah jatuhnya rezim di Suriah" karena takut akan pembalasan di negara asal mereka setelah mengabdi pada rezim Assad," kata al-Dulaimi dilansir CNN Jumat.
Kantor berita pemerintah Irak, INA, melaporkan minggu lalu bahwa sedikitnya 2.000 tentara Suriah telah menyeberang ke Irak saat pemberontak maju.
Rusia Angkut Sistem Rudal S-400 hingga KA-52 Alligator
Pasukan Rusia yang ditempatkan di pangkalan militer Suriah mulai mengemasi sejumlah alat tempurnya setelah pemerintahan Bashar al-Assad runtuh di sabotase kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Laporan ini mencuat lantaran citra satelit yang dirilis oleh Maxar menunjukkan pergerakan pasukan Rusia yang sedang mengemasi peralatan tempur mereka di pangkalan udaranya di Suriah.
Salah satu aset yang dipersiapkan untuk diangkut dengan pesawat kargo besar adalah sistem pertahanan rudal S-400.
Tak hanya itu pasukan Rusia juga terlihat tengah membongkar helikopter serang darat KA-52 Alligator yang kemungkinan dipersiapkan untuk diangkut balik ke Moskow.
“Gambar dari citra satelit yang diambil pada hari Jumat menunjukkan dua Antonov AN-124, pesawat kargo terbesar milik Rusia sedang berada di pangkalan udara Hmeimim di provinsi pesisir Latakia, Suriah,”ujar laporan Maxar, dikutip dari Middle East Monitor.
“Keduanya bersiap memuat helikopter serang Ka-52 yang sedang dibongkar dan elemen unit pertahanan udara S-400 yang berada di pangkalan udara tersebut.” imbuhnya.
Hal serupa juga dikonfirmasi oleh Jurnalis Channel 4, ia mengatakan bahwa mereka melihat 150 kendaraan militer Rusia tengah konvoi, bergerak di keluar dari Suriah.
“Kendaraan Rusia terlihat bergerak dengan tertib dan tampaknya telah terjadi kesepakatan yang memungkinkan Rusia keluar dari Suriah dengan tertib,” jelas jurnalis Media Inggris itu.
Kapal Militer Rusia Angkat Kaki
Selain peralatan tempur udara, kapal-kapal Angkatan Laut Rusia kepergok telah meninggalkan pangkalan mereka di Tartous, Suriah.
Baca juga: Rusia Terancam Kehilangan Pangkalan Militer di Suriah Pasca-Assad, Ini 3 Skenario yang Bisa Terjadi
Menurut foto dari penyedia citra satelit Maxar, tiga fregat berpeluru kendali Angkatan Laut Rusia dan sedikitnya dua kapal pendukung awalnya di tempatkan di pelabuhan Tartus pada 5 Desember 2024.
Namun pada hari Selasa, 9 Desember 2024, kapal-kapal tersebut telah meninggalkan pelabuhan.
"Armada tersebut berangkat dari pangkalan angkatan laut antara tanggal 6 Desember dan 9 Desember," menurut citra satelit, seperti dimuat Al Arabiya.
Kementerian Pertahanan Rusia belum memberikan komentar atas laporan tersebut.
Namun menurut informasi yang beredar, kaburnya Rusia dari pangkalan militer di Suriah lantaran mereka takut dengan pergerakan cepat Pasukan pemberontak Suriah yang berhasil merebut beberapa kota penting di negara tersebut dari pasukan rezim Assad.
Rusia yang merupakan sekutu utama rezim Assad dalam beberapa dekade terakhir, diketahui sedang berupaya keras mencapai kesepakatan dengan koalisi oposisi Suriah untuk menjamin keamanan dua pangkalan militer mereka yang penting dan strategis di negara tersebut.
Namun buntut runtuhnya rezim Assad, kini Rusia kehilangan pangkalan-pangkalan tersebut.
Ini akan menjadi kemunduran besar bagi Rusia, terutama di tengah konflik yang masih berlangsung di Ukraina.
Lantaran Tartus adalah pangkalan angkatan laut utama Rusia di luar negeri, sementara Khmeimim digunakan untuk memindahkan pasukan militer masuk dan keluar dari Afrika.a
Rusia Kehilangan Kekuatan di Mediterania
Setelah Assad lengser, analis militer Rusia Ruslan Pukhov mengakui bahwa Rusia tidak memiliki kemampuan untuk proyek kekuatan keras yang berarti di luar lingkup pengaruhnya sendiri di wilayah pasca-Soviet.
Lebih lanjut kejatuhan Assad yang mengejutkan juga membuat status kekuatan besar Rusia di Mediterania hancur berantakan.
Ini karena penutupan Selat Bosphorus dan evakuasi aset angkatan laut dari Tartus, sehingga Rusia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan operasi maritim skala besar di Mediterania.
Imbasnya Rusia kemungkinan akan menderita isolasi jangka panjang dari Mediterania dan mengalami gangguan logistik yang parah pada operasinya di Mali, Burkina Faso, Republik Afrika Tengah, dan Sudan.