Bashar al-Assad Mengadu ke Iran sebelum Digulingkan Oposisi Suriah yang Didukung Turki
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengadu ke Iran atas dukungan Turki terhadap oposisi untuk menggulingkannya.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: timtribunsolo
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Suriah yang digulingkan, Bashar al-Assad, dilaporkan mengeluh kepada Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengenai dukungan Turki terhadap pasukan oposisi yang berupaya menggulingkannya.
Dua pejabat Iran mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut berlangsung pada hari-hari terakhir sebelum penggulingan Assad.
Keluhan Assad kepada Iran
Dalam pertemuan tersebut, Assad mengekspresikan kemarahannya atas upaya intensif Turki untuk menggulingkannya.
"Dukungan Turki kepada oposisi sangat mengkhawatirkan," ungkap seorang pejabat senior Iran kepada Reuters pada Sabtu, 14 Desember 2024.
Menanggapi hal ini, Menlu Iran, Abbas Araghchi, berjanji akan mengangkat masalah ini kepada pihak Ankara dan menjamin dukungan Iran yang berkelanjutan untuk Assad.
Pertemuan Iran dan Turki
Keesokan harinya, Araghchi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, untuk menyampaikan keprihatinan Iran mengenai dukungan Turki terhadap oposisi di Suriah.
Pertemuan ini berlangsung dalam ketegangan, di mana Iran menyatakan ketidakpuasannya terhadap sikap Turki yang dianggap bias terhadap agenda Amerika dan Israel.
"Dukungan Turki terhadap oposisi Suriah adalah ancaman bagi sekutu Iran di wilayah ini," kata pejabat Iran.
Fidan, di sisi lain, menyalahkan Assad atas krisis yang terjadi.
Baca juga: Oposisi Suriah, Muhammad Al-Julani Siap Maju Jadi Presiden Suriah Jika Diminta
Ia menekankan bahwa kegagalan Assad untuk terlibat dalam perundingan perdamaian dan pemerintahan yang menindas selama bertahun-tahun adalah akar penyebab konflik.
Pelarian Assad
Di tengah ketegangan tersebut, Assad dilaporkan melarikan diri beberapa jam sebelum pasukan oposisi menyerbu kantor pemerintahannya di Damaskus pada Minggu, 8 Desember 2024.
Menurut seorang penasihat presiden yang tidak ingin disebutkan namanya, Assad menelepon penasihat medianya pada malam sebelumnya untuk menyiapkan pidato sebelum ia terbang ke pangkalan Hmeimim di Rusia.
Ia melarikan diri bersama putranya, Hafez, tanpa memberitahu keluarga atau rekan dekatnya.
Sementara itu, saudara laki-lakinya, Maher, yang memimpin Brigade ke-4 angkatan bersenjata, juga kabur ke Irak setelah mengetahui situasi tersebut secara kebetulan.
Hingga saat ini, keberadaan Bashar al-Assad masih belum diketahui setelah oposisi mendeklarasikan jatuhnya kekuasaan rezimnya.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).