Iran Mulai Uji Coba Jet Tempur Siluman Qaher-313 Tanpa Awak, Desain Tajam Tapi Susah Dikendalikan
Jet Qaher-313 disebut-sebut sebagai pesawat tempur siluman yang pertama kali dipresentasikan Iran pada 2013 silam.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Iran Mulai Uji Coba Jet Tempur Siluman Qaher-313 Tanpa Awak, Desain Tajam Tapi Susah Dikendalikan
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Jenderal Industri Dirgantara Iran di Kementerian Pertahanan telah mengumumkan kalau pesawat tempur Qaher-313, telah memasuki fase uji terbang dalam versi tak berawak.
Jet Qaher-313 disebut-sebut sebagai pesawat tempur siluman yang pertama kali dipresentasikan pada 2013 silam.
Baca juga: Israel Siap Serang Lagi Iran, IDF: Dua Serangan Terakhir Lemahkan Pertahanan Teheran
"Pengumuman ini dinyatakan saat Pameran Udara Internasional Kish, yang menyulut kembali minat dan diskusi serius tentang masa depan proyek ini," tulis laporan situs militer BM, dikutip Kamis (19/12/2024).
Ulasan situs itu menyatakan, sejak dipublikasikan militer Iran, Qaher-313 telah berulang kali diteliti dan dianalisis oleh berbagai pakar, khususnya negara-negara yang bermusuhan.
Dalam konteks geopolitik terbaru, pernyataan ini menjadi isyarat Iran untuk mengimbangi kemampuan udara seteru abadi mereka, Israel.
Iran menggaungkan Jet Qaher-313 sebagai pesawat tempur siluman dengan kemampuan unik, termasuk kemampuan menghindari radar, terbang di ketinggian rendah, dan melaksanakan operasi taktis.
Pesawat ini juga ditampilkan sebagai simbol kemandirian teknologi, bagian dari strategi Iran untuk membangun dirinya sebagai kekuatan regional yang mampu mengandalkan inovasi militernya sendiri.
Desain pesawat ini menyerupai pesawat tempur siluman modern seperti F-22 dan F-35 Amerika Serikat (AS).
Jet Qaer-313 memiliki sudut tajam yang khas dan bodi yang, menurut pejabat Iran, untuk meminimalkan tanda radarnya.
Namun, klaim ini telah dipertanyakan oleh para ahli penerbangan dan analis militer, yang berpendapat bahwa terlepas dari ambisi industri pertahanan Iran, pesawat tersebut menunjukkan keterbatasan struktural serius yang cenderung membatasi efektivitas operasionalnya dalam kondisi pertempuran sesungguhnya.
Sorotan Pada Bentuk Desain
Salah satu perhatian utama yang diangkat oleh para ahli mengenai Qaher-313 adalah aerodinamikanya.
Sudut tajam dalam desain siluman memang dapat secara efektif mengurangi visibilitas radar, sudut tajam tersebut juga menimbulkan hambatan aerodinamis yang signifikan.
"Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan manuver, terutama pada kecepatan tinggi. Tepi tajam pada struktur pesawat dapat menyebabkan turbulensi di sekitar badan pesawat, yang mengakibatkan hilangnya energi secara substansial dan berkurangnya stabilitas, yang sangat penting selama operasi kecepatan tinggi atau manuver tempur," tulis ulasan teknis BM soal Qaher-313.
Masalah penting pada desain Qaher-313 adalah tidak adanya penstabil vertikal atau tailplane tradisional, yang merupakan fitur standar pada banyak pesawat tempur modern.
Komponen-komponen ini berperan penting dalam memastikan stabilitas selama manuver kecepatan tinggi dan dalam kondisi beban berat.
Tanpa tailplane, kemampuan pesawat untuk mempertahankan kendali, terutama pada sudut serang tinggi atau selama manuver agresif, bisa sangat terganggu.
Kurangnya stabilisator vertikal menunjukkan bahwa Qaher-313 mungkin menghadapi tantangan kontrol yang signifikan, terutama selama pertempuran udara dinamis di mana penyesuaian cepat pada jalur penerbangan diperlukan.
"Tanpa permukaan kendali fundamental ini, pesawat akan menjadi sulit dikendalikan pada kecepatan tinggi, yang merupakan batasan parah dalam lingkungan pertempuran di mana kemampuan manuver dapat menentukan hasil pertempuran," kata ulasan itu.
Sayap Qaher-313, yang tampak kecil dan kurang mengembang dibandingkan dengan jet tempur modern lainnya, dinilai malah dapat semakin membatasi kemampuan manuvernya pada kecepatan tinggi.
Sayap yang lebih kecil mungkin kesulitan menghasilkan daya angkat yang diperlukan selama manuver cepat, masalah kritis saat menghindari ancaman yang datang atau melaksanakan operasi tempur taktis.
Bentuk aerodinamis keseluruhan pesawat dapat menyebabkan ketidakstabilan, mengurangi kemampuannya untuk melakukan manuver udara kompleks, yang sangat penting dalam pertempuran udara modern.
Dalam situasi yang melibatkan belokan berkecepatan tinggi atau perubahan arah penerbangan yang cepat, pesawat harus menjaga stabilitas dan kelincahan yang cukup untuk melakukan manuver ini tanpa kehilangan kendali.
"Mengingat keterbatasan bentuk dan desainnya, Qaher-313 mungkin kesulitan untuk melakukan manuver tersebut secara efektif, sehingga mengurangi kinerja operasionalnya," kata ulasan tersebut.
Ulasan itu menyimpulkan, jika digabungkan, karakteristik aerodinamis ini—sudut tajam, sayap kecil, dan kurangnya permukaan stabilisasi—menciptakan platform yang dapat sangat terganggu dalam situasi yang menuntut kemampuan manuver dan stabilitas tinggi dalam berbagai kondisi penerbangan.
Dalam skenario pertempuran, di mana setiap manuver sangat penting untuk menghindari rudal yang masuk atau mengalahkan pesawat musuh, kekurangan ini dapat terbukti merugikan.
"Penilaian terhadap ukuran dan bentuk pesawat menunjukkan bahwa pesawat itu terlalu kecil untuk membawa bahan bakar dan persenjataan yang cukup, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitasnya untuk misi jarak jauh," kata ulasan tersebut.
Masih Misterius
Namun, masalah paling serius dengan Qaher-313 adalah kurangnya informasi terperinci tentang komponen teknis utama.
Hingga saat ini, belum ada rincian spesifik yang dirilis mengenai mesin pesawat, avionik, dan material yang digunakan dalam konstruksinya.
Tidak adanya data uji publik dan rekaman video terperinci dari uji terbang pesawat versi berawak hanya memperdalam keraguan tentang kemampuan sebenarnya untuk terbang dan melakukan tugas tempur.
Para ahli menunjukkan bahwa teknologi siluman tidak hanya bergantung pada bentuk dan desain, tetapi juga pada bahan khusus yang mengurangi jejak radar.
Menurut para analis, bahan yang digunakan pada badan Qaher-313 tidak memenuhi standar yang dibutuhkan untuk kemampuan siluman yang efektif.
Selain itu, kurangnya bukti keberhasilan uji terbang berawak menimbulkan pertanyaan apakah pesawat itu akan maju ke tahap berikutnya dan menunjukkan kesiapan tempur apa pun.
Banyak analis percaya bahwa Qaher-313 lebih merupakan alat politik daripada aset militer yang sah. Mengingat sanksi ekonomi dan pembatasan internasional yang telah berdampak parah pada industri pertahanan Iran, proyek pesawat ini mungkin tidak dimaksudkan untuk menunjukkan kemajuan nyata dalam teknologi kedirgantaraan dan lebih berfungsi sebagai alat untuk tujuan politik dalam negeri.
Iran terkenal karena menggunakan proyek militer untuk memperkuat patriotisme dan identitas nasional. Meskipun sumber daya terbatas dan kendala teknologi yang signifikan, Teheran terus menggunakan program seperti Qaher-313 untuk mengirim pesan tentang kemandirian dan tekad teknologinya.
Dalam konteks ini, fakta bahwa proyek tersebut dibahas secara luas dan pengujiannya bertepatan dengan peristiwa internasional menunjukkan peran politiknya.
Proyek-proyek ini merupakan bagian dari upaya Iran yang lebih luas untuk mempertahankan posisinya sebagai kekuatan militer independen di Timur Tengah, meskipun ada sanksi dan pembatasan.
Beberapa analis meyakini proyek ini masih dalam tahap awal dan mungkin belum sepenuhnya dikembangkan. Meskipun demikian, pertanyaan tentang kesiapan tempurnya yang sebenarnya masih terbuka.
Menurut para pakar yang punya penilaian skeptis, bahkan jika Iran menyelesaikan proyek tersebut, Iran tidak mungkin dapat bersaing dengan teknologi siluman Barat yang paling canggih seperti F-22 dan F-35, yang memiliki keunggulan operasional yang signifikan dalam hal kecepatan, kemampuan manuver, dan fitur teknologi.
"Salah satu kemungkinan masa depan untuk Qaher-313 adalah bahwa ia akan terus berfungsi sebagai simbol ambisi teknik Iran dan upaya untuk membuktikan otonomi teknologi, daripada menjadi aset militer yang berarti," kata ulasan tersebut meragukan kalau Qaher-313 bisa menjadi aset taktis berharga Teheran .
Kesimpulan ulasan itu mengatakan, "Meskipun Iran berulang kali berupaya memasarkannya sebagai pesaing serius bagi pesawat tempur siluman modern, tampaknya pesawat itu lebih cenderung tetap menjadi platform pengujian untuk pengembangan di masa mendatang, daripada menjadi mesin tempur yang beroperasi penuh."
(oln/bm/*)