Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS: HTS Suriah Harus Belajar dari Taliban Afghanistan yang Kini Diisolasi

AS minta HTS di Suriah belajar dari Taliban Afghanistan yang kini diisolasi oleh sejumlah negara karena kebijakannya yang dinilai ekstremis.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
zoom-in AS: HTS Suriah Harus Belajar dari Taliban Afghanistan yang Kini Diisolasi
SAUL LOEB / POOL / AFP
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dalam konferensi pers di Tel Aviv pada 30 November 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, meminta aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang berhasil menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad  untuk menepati janji-janjinya untuk melibatkan diri dalam proses politik.

Antony Blinken mengatakan HTS dapat belajar dari Taliban Afghanistan yang diisolasi oleh AS dan banyak negara setelah mengkudeta Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada tahun 2021.

Dalam pidato kemenagannya, pemimpin HTS, Muhammad al-Julani berjanji untuk melindungi kaum minoritas sejak serangan kilatnya menggulingkan pemimpin kuat Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.

Menteri Luar Negeri AS itu teringat pada kebijakan Taliban yang awalnya berupaya memperlihatkan sikap moderat terhadap AS dan negara Barat, tapi akhirnya kembali menerapkan hukum yang ketat.

"Taliban memproyeksikan wajah yang lebih moderat, atau setidaknya mencoba, dalam mengambil alih Afghanistan, dan kemudian warna aslinya muncul. Hasilnya adalah mereka tetap sangat terisolasi di seluruh dunia," kata Antony Blinken di Council on Foreign Relations di New York, Kamis (19/12/2024).

"Setelah beberapa pendekatan awal ke Barat, Taliban memberlakukan kembali pembatasan ketat termasuk melarang perempuan dan anak perempuan dari sekolah menengah dan universitas," lanjutnya.

Ia lalu memperingatkan HTS agar tidak bertindak seperti Taliban di Afghanistan jika tidak ingin diisolasi oleh negara lain.

Berita Rekomendasi

"Jadi, jika Anda adalah kelompok yang sedang berkembang di Suriah, jika Anda tidak menginginkan isolasi itu, maka ada hal-hal tertentu yang harus Anda lakukan untuk memajukan negara ini," ujarnya.

Antony Blinken menyerukan pemerintahan Suriah yang "nonsektarian" yang melindungi kaum minoritas dan menangani masalah keamanan, termasuk terus memerangi kelompok ISIS dan menyingkirkan persediaan senjata kimia yang masih ada.

Ia mengatakan HTS juga dapat belajar dari Bashar al-Assad tentang perlunya mencapai penyelesaian politik dengan kelompok lain.

"Penolakan Assad untuk terlibat dalam proses politik apa pun adalah salah satu hal yang menyebabkan kejatuhannya," kata Antony Blinken, seperti diberitakan Al Arabiya.

Baca juga: Al-Julani Ogah HTS Disebut Mirip Taliban yang Dilabeli Teroris: Ini Suriah, Bukan Afghanistan

Al-Julani: HTS Tidak Seperti Taliban

Pemimpin HTS, al-Julani, menegaskan Suriah tidak bisa berubah menjadi Afghanistan.

Ia mengatakan Suriah tidak bisa dipimpin dengan mentalitas revolusioner meski mereka menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dengan cara tersebut.

Al-Julani juga mengatakan HTS tidak memiliki hubungan dengan Al-Qaeda.

Ia menegaskan Front al-Nusra yang dulu dipimpinnya telah memutus hubungan dengan al-Qaeda pada tahun 2016, sebelum membentuk aliansi HTS pada tahun 2017.

Pemimpin HTS itu mengatakan ia hanya bekerja untuk kepentingan Suriah dan jauh dari organisasi atau partai eksternal mana pun.

AS dan Barat Masih 'Waspada' dengan HTS

Setelah jatuhnya rezim Assad di Suriah, AS dan negara-negara Barat kembali menyoroti rekam jejak HTS yang pemimpinnya, al-Julani, dulu merupakan anggota ekstremis Al-Qaeda.

Mereka ragu apakah al-Julani sudah meninggalkan paham ekstremisnya, mengingat penampilannya yang kini berbeda dibandingkan dulu saat masih menjadi anggota Al-Qaeda.

Pada tahun 2012, Muhammad al-Julani diminta mendirikan cabang al-Qaeda di Suriah yang diberi nama Front al-Nusra.

Front al-Nusra kemudian berafiliasi dengan al-Qaeda dan Islamic State (IS/ISIS/ISIL).

Pada tahun 2016, al-Julani mengumumkan Front al-Nusra memutus hubungan dengan al-Qaeda dan berafiliasi dengan sejumlah oposisi bersenjata Suriah yang kemudian membentuk HTS pada tahun 2017, dikutip dari Al Jazeera.

HTS dimasukkan dalam daftar teroris oleh AS dan negara-negara Barat karena rekam jejak pemimpinnya dan Front al-Nusra yang berhubungan dengan ISIS dan al-Qaeda.

Namun, baru-baru ini setelah HTS menggulingkan rezim Assad, AS, Inggris dan Rusia mempertimbangkan untuk menghapus HTS dari daftar teroris.

Jatuhnya Rezim Assad di Suriah

Rezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah oposisi bersenjata mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.

Sebelumnya, aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), meluncurkan serangan pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.

Pemimpin HTS, Abu Muhammad Al-Julani, mendeklarasikan runtuhnya rezim Assad melalui pidato di Damaskus pada Minggu (8/12/2024).

Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke luar negeri, keberadaannya belum diketahui namun baru-baru ini dikabarkan pergi ke Rusia.

Runtuhnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada 2015.

Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.

Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas