Inggris Tolak Kedatangan Istri Bashar al-Assad, Terancam Tak Bisa Balik Kampung
istri dari mantan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tak bisa balik kampung halamannya di London Barat setelah parlemen Inggris melarangnya kembali
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Asma al-Assad, istri dari mantan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, terancam tak bisa balik kampung halamannya di London Barat setelah parlemen Inggris melarangnya kembali.
Robert Jenrick, sekretaris kehakiman Inggris menyampaikan bahwa anggota parlemen melarang Asma al-Assad kembali ke rumahnya di North Acton, London barat, meski memegang paspor ganda.
“Anggota parlemen memperingatkan tadi malam bahwa ia tidak boleh diizinkan kembali ke Inggris mengingat kekejaman yang telah dilakukan keluarga Assad selama beberapa tahun,” jelas Jenrick dilansir dari Daily Mail.
“Akan menjadi penghinaan terhadap jutaan korban Assad jika istrinya kembali ke kehidupan mewah di Inggris,” imbuhnya.
Larangan ini diumumkan sesaat setelah Asma meminta izin khusus untuk pindah ke London, tempat kedua orang tuanya tinggal.
Namun karena selama menjabat sebagai ibu kepala negara Asma kerap mendukung kekejian suaminya terhadap rakyat Suriah, parlemen Inggris menolak kehadiran Asma di Inggris.
Tak sampai disitu, Juru bicara urusan luar negeri Partai Demokrat Liberal Inggris juga menuding Asma kerap menggunakan akun jejaring sosialnya untuk menyudutkan Barat dan memuja upaya "martir" rezim Suriah yang belakangan dituding menggunakan senjata kimia dalam serangan di salah satu daerah pemberontak di Khan Sheikhun.
Mantan parlemen Partai Demokrat Liberal Inggris, Tom Brakemenyatakan, juga menilai sikap Asma tak mencerminkan nilai-nilai Inggris.
"Rezim ini sangat barbar, sementara Asma Assad terus menggunakan profil internasionalnya untuk mendukung itu, bahkan setelah kekejaman senjata kimia itu," ucap Brake.
"Pemerintah berhak mencabut kewarganegaraan seseorang jika berkaitan dengan kebaikan publik karena orang itu tak mencerminkan kepentingan Inggris," kata Brake, sebagaimana dikutip The Independent.
Sejak tahun 2017, Asma al-Assad, istri dari Presiden Suriah, Bashar al-Assad, didesak menanggalkan kewarganegaraan Inggris.
Baca juga: Rusia Bantah Isu Perceraian Asma al-Assad dengan Bashar al-Assad
Namun permerintah Inggris belum benar-benar resmi mencabut kewarganegaraan istri Bashar al-Assad.
Kendati demikian, Asma kini telah dikenai sanksi oleh Pemerintah Inggris yang membuat ia dan keluarganya tidak diterima di Inggris.
Istri Assad Disebut Tidak Bahagia Tinggal di Pengasingan
Disebutkan bahwa keluarga Assad saat ini hidup di bawah pembatasan ketat di pengasingannya di Rusia usai pemerintahan Bashar al-Assad runtuh di sabotase kelompok pemberontak.
Meski mendapatkan suaka sementara dari pemerintah Rusia, namun aset-aset dan dana keluarga Assad di Rusia meliputi 270 kilogram emas, uang tunai 2 milyar dollar, dan 18 apartemen di Moskow dilaporkan telah dibekukan.
Kehidupan yang serba terbatas ini lantas membuat Asma ingin kembali ke tanah kelahirannya yang ada di London.
Asma, yang terbiasa hidup mewah di Suriah, kabarnya tidak puas dengan standar kehidupannya di Moskow.
Selain itu Asma yang juga menderita kanker leukimia beralasan bahwa ia ingin dirawat di Inggris, bukan di Rusia.
"Hidup di Moskow, Rusia dalam sangkar emas tidak lagi memuaskan bagi Asma Assad," kata analis politik pro-oposisi Stanislav Belkovsky, dikutip dari Daily Mail.
"Ia ingin pindah ke London, Inggris dan kembali bekerja di perbankan investasi dan pada saat yang sama, jika memungkinkan, membebaskan sebagian modal keluarganya dari sanksi." tambahnya.
Tidak jelas apakah dia akan diizinkan masuk ke Inggris, meskipun dia adalah warga negara Inggris.
Namun Menteri Luar Negeri David Lammy mengatakan dia "tidak diterima di Inggris" karena sanksi yang dijatuhkan kepadanya.
Sementara itu pihak berwenang Rusia membantah kabar istri Presiden Suriah Bashar Al Assad yang dikabarkan tidak betah hidup di negara tersebut.
Dalam keterangan resminya Kremlin juga membantah laporan bahwa Asma al-Assad, istri mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengajukan gugatan cerai di Rusia.
"Tidak, itu tidak sesuai dengan kenyataan," kata juru bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan di Moskow.
(Tribunnews.com / Namira Yunia)