Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Niat Selamatkan Sandera, Tentara Israel Malah Bunuh Warganya Sendiri, Kini Dituntut Tanggung Jawab

Salah seorang tawanan Hamas, Sahar Baruch tewas mengenaskan setelah pasukan Israel melakukan operasi penyelamatan sandera di Gaza.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Niat Selamatkan Sandera, Tentara Israel Malah Bunuh Warganya Sendiri, Kini Dituntut Tanggung Jawab
rntv/tangkap layar
Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. - Operasi penyelamatan sandera yang dilakukan Pasukan Pendudukan Israel (IOF) di Gaza, malah membuat salah seorang tawanan Hamas, Sahar Baruch tewas. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang tawanan Hamas, Sahar Baruch, tewas dalam operasi penyelamatan yang dilakukan pasukan Israel di Gaza.

Sahar Baruch tewas di tangan Pasukan Pendudukan Israel (IOF) ketika melakukan oeprasi penyelamatan untuk tawanan lain, yakni Noa Argamani.

Media Israel, Channel 12 melaporkan, pasukan tersebut melanjutkan misi dengan informasi, Argamani ditahan di sebuah gedung di Gaza.

Namun, ternyata keberadaan Argamani tidak ditemukan, malah ada sandera lain, yakni Sahar Baruch yang ada di dalam gedung tersebut.

Menurut laporan Channel 12, operasi itu tidak berjalan mulus, di mana pasukan Israel dibombardir rentetan peluru oleh Hamas.

Bermula dari operasi penyelamatan, kini berubah menjadi operasi evakuasi yang terluka, karena beberapa tentara Israel terluka parah.

Baruch terbunuh dalam bentrokan berikutnya antara Perlawanan Palestina dan IOF akibat luka tembak di kepala.

Berita Rekomendasi

Investigasi militer Israel telah mengisyaratkan potensi tanggung jawab pasukannya atas pembunuhan enam tahanan Palestina dalam serangan udara di sebuah lokasi di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.

Pasukan pendudukan Israel sebelumnya menyebutkan bahwa, pada tanggal 20 Agustus, mereka menemukan mayat enam tawanan dan mayat enam pejuang Perlawanan Palestina di sebuah terowongan di sekitar wilayah yang menjadi sasaran pada bulan Februari.

Hamas mengumumkan, 33 tawanan Israel yang ditahan oleh Perlawanan Palestina telah terbunuh, dan beberapa dilaporkan menghilang.

Hamas mengaitkan kematian tersebut dengan tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan apa yang digambarkannya sebagai "tentara fasisnya".

Baca juga: Persis Israel, Otoritas Palestina Larang Al Jazeera Masuk dan Meliput di Tepi Barat 

Dilansir Al Mayadeen, Gerakan Perlawanan telah mengeluarkan peringatan kepada "Israel".

"Dengan meneruskan perang yang gegabah, kalian bisa kehilangan tawanan selamanya," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

"Lakukan apa yang harus kalian lakukan sebelum terlambat," tambah mereka.

Gerakan tersebut menyertakan klip video dengan pesannya, merinci serangan Israel yang menyebabkan terbunuhnya dan hilangnya tahanan Israel di Jalur Gaza.

Para Negosiator Israel Telah Pulang

Tim negosiasi tingkat menengah Israel yang berada di Qatar untuk menggarap kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza, telah pulang ke negaranya.

Kantor Perdana Menteri Netanyahu mengatakan, tim tersebut pulang untuk melakukan musyawarah internal di Israel.

Kementerian luar negeri Qatar mengatakan negosiasi sedang berlangsung di Doha, bekerja sama dengan mediator Mesir dan Amerika.

Baca juga: Tentara IDF Bombardir RS Kamal Adwan di Gaza Utara, Jubir Al-Qassam: Nyawa Sandera Israel Terancam

"Kami tidak akan membiarkan satu pintu pun tidak terbuka dalam upaya mencapai kesepakatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majid al-Ansari dalam konferensi pers, dikutip dari Times of Israel.

Gencatan senjata yang diusulkan dilaporkan akan dilaksanakan dalam tiga tahap.

Tahap pertama akan melihat Hamas membebaskan tawanan "kemanusiaan" — sandera perempuan, anak-anak, pria tua dan orang sakit.

Sandera laki-laki yang lebih muda hanya akan dibebaskan pada tahap selanjutnya, jika gencatan senjata berhasil.

Di tengah beredarnya laporan baru-baru ini, kesepakatan sudah dalam tahap tercapai, 10 keluarga sandera yang merupakan ayah dari anak-anak mengirimkan surat kepada kabinet dengan menyebutkan alasan hukum mengapa para sandera tersebut harus dimasukkan dalam tahap pertama.

Baca juga: Hamas: Gencatan Senjata Perang Gaza Sudah Dekat Kecuali Israel Minta Syarat Baru

Dengan judul "Komitmen Israel terhadap anak-anak yang ayahnya disandera", mereka berpendapat, pertimbangan tentang sandera mana yang harus dibebaskan terlebih dahulu diatur oleh hukum internasional.

Hal ini, kata mereka, tidak diperhitungkan ketika Israel mendefinisikan siapa yang dianggap sebagai sandera kemanusiaan.

Ada kekhawatiran di kalangan keluarga sandera, tawanan yang tidak dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata dapat tetap ditahan untuk waktu yang lebih lama, karena banyak yang khawatir kesepakatan akan gagal sebelum tahap selanjutnya dicapai.

"Israel diharuskan untuk mengakui dan melaksanakan hak-hak anak yang ayahnya ditahan oleh Hamas," tulis mereka.

Dalam pernyataan itu, mereka mengatakan, kesejahteraan anak-anak tersebut “ditinggalkan dan dirusak” selama ayah mereka masih ditawan.

Sebelumnya pada Senin, Netanyahu menyatakan optimisme yang hati-hati mengenai peluang tercapainya kesepakatan penyanderaan dengan Hamas dalam pidatonya di Knesset.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas