Momen Pertama Kalinya Sistem THAAD AS di Israel Tangkis Rudal Houthi: Kami Sudah Menunggu 18 Tahun
Sistem pertahanan canggih THAAD milik AS di Israel dikerahkan pertama kalinya untuk menangkis rudal Houthi.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Rudal penangkis THAAD memiliki bobot 900 kg dan panjangnya 6,17 meter. Rudal itu bisa menangkis target di atas stratosfer dengan ketinggian 150 hingga 200 km. Jangkauannya mencapai 200 km.
Adapun kecepatan rudalnya mencapai 2.700 hingga 2.800 meter per detik atau tak kurang dari Mach 8 (delapan kali kecepatan suara).
AS mengirimkan THAAD ke Israel setelah Iran menyerang Israel pada bulan Oktober 2024.
Israel kemudian meminta tambahan peluncur THAAD karena meningkatnya ancaman dari Iran.
Houthi sebut serangannya sukses
Berbeda dengan militer Israel, Houthi mengklaim serangan rudalnya ke Israel membuahkan hasil.
“Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman menjalankan operasi yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Yaffa menggunakan satu rudal hipersonik berjenis ‘Palestina 2,’” kata juru bicara Houthi, Brigjen Yahya Saree, dikutip dari kantor berita Saba.
Baca juga: Siap-siap, Israel Segera Serang Iran di Akhir Pekan, IRGC: THAAD Tak Akan Bisa Lindungi Tel Aviv
Saree mengklaim rudal itu sukses menghantam target dan menimbulkan korban jiwa.
Sementara itu, IDF mengaku sukses menangkis rudal itu. Sirene peringatan sengaja dibunyikan karena adanya kekhawatiran mengenai jatuhnya pecahan rudal.
Menurut IDF, tidak ada laporan kerusakan di bandara. Kedatangan pesawat ke Ben Gurion sempat ditunda selama 30 menit.
Dikabarkan ada 18 warga Israel yang terluka ringan saat berlarian menuju tempat perlindungan. Ada dua orang yang mengalami gangguan kecemasan.
Melalui akun X miliknya, IDF melaporkan ada jutaan warga Israel yang bersembunyi di shelter saat Houthi menyerang.
Selain menembakkan rudal, Houthi juga mengaku meluncurkan pesawat tanpa awak atau drone yang turut menargetkan daerah Yaffa.
Houthi mengatakan serangan Israel sebelumnya ke Yaman hanya akan meningkatkan tekad rakyat Yaman untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Serangan itu terjadi ketika Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus sedang di Bandara Internasional Sanaa.
“Ketika kami akan naik pesawat dalam penerbangan kami dari Sanaa, sekitar dua jam lalu, bandara diserang dari udara. Salah satu awak pesawat kami terluka,” kata Ghebreyesus di X.
Saat itu dia berada Yaman karena sedang dalam misi untuk membebaskan staf PBB yang ditahan dan meninjau situasi kemanusiaan di negara itu.
(Tribunnews/Febri)