Israel Buat 'Desa Wisata' di Gaza untuk Tentaranya Bersantai Leyeh-leyeh, Banyak Fasilitas & PS
Israel dilaporkan membuat semacam desa wisata di Gaza untuk tempat berlibur para tentaranya yang letih melawan Hamas.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan membuat suatu “desa wisata” di Jalur Gaza untuk tempat berlibur para tentaranya yang letih melawan Hamas.
Desa itu dibangun di pantai Gaza. Lokasinya tak jauh dari Kota Jabaliya yang dihancurkan tentara Israel dalam tiga bulan belakangan.
Menurut laporan Palestine Chronicle, di desa itu para tentara Israel yang mengalami stres bisa meneguk espreso dan minuman yang disertai potongan buah serta roti panggang.
Selepas sarapan, tentara Israel akan makan siang dengan daging barbeku. Lalu, untuk makan malamnya mereka akan menyantap waffle Belgia, pretzel, dan meringue yang disajikan bersama dengan kopi di kafe.
Di samping itu, ada pula tempat pijat untuk menyegarkan badan dan klinik untuk mengecek kesehatan.
Terdapat juga tempat mandi dengan shower lalu fasilitas internet, persediaan popcorn, permen, kacang, air segar, buah, dan es krim di tempat bersantai.
Mengenai hiburan, Israel telah menyediakan konsol PlayStation dimainkan tentaranya.
Adapun seorang jurnalis Israel bernama Gideon Levy menyamakan desa itu dengan area “Zone of Interest” dalam film berjudul serupa yang terbit tahun lalu. Film itu mengisahkan kehidupan pejabat tinggi Jerman di dekat kamp konsentrasi saat Perang Dunia II.
Palestine Chronicle menyindir desa itu dengan mengutip pernyataan mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak. Dia pernah mengatakan Israel adalah sebuah vila di hutan.
“Tentu saja Israel bukan vila, tetapi negara genosida. Hutan itu salah satu yang dibuatnya, dan ‘hukum rimba’, bukan hukum umat manusia, adalah hukum yang dipilih Israel,” kata media itu.
“Vila itu adalah desa wisata yang dibuat di Gaza dan hutan itu adalah bencana yang diciptakan Israel hanya dalam jarak dekat. Anak-anak kelaparan dan sekarat kedinginan saat mereka (tentara Israel) menyantap waffle Belgia.”
Baca juga: Perbaiki Citra Bobrok akibat Genosida Gaza, Israel Tambah Anggaran Propaganda Rp2,4 Triliun
Sindiran juga disampaikan oleh Orly Noy, seorang jurnalis dan aktivis Israel.
“Ketika mereka membantai wanita dan anak-anak, tentara Israel mendapatkan pihat dan makan mewah, suatu ilustrasi sempurna tentang penemuan realitas yang sepenuhnya alternatif,” kata Noy dalam kolom di Middle East Eye yang terbit Rabu, (1/1/2025).
Noy turut menyinggung fasilitas yang diberikan kepada tentara Israel di desa itu.
“Desa itu menawarkan semua fasilitas: seorang fisioterapis untuk memijat kaki dan punggung mereka; mesin popcorn dan permen seperti di bioskop dan festival, sebuah ruang bersantai dengan menu tetap, termasuk waffle Belgia dan pretzels segar.”
“Ternyata tindakan penghancuran telah berubah menjadi bisnis melelahkan.”
“Jadi, tentara itu merencanakan ide cerdas tentang merombak kembali kewajiban perang di Gaza sebagai semacam piknik mewah di hotel elite.”
Dia mempertanyakan apa yang dilihat Israel “kompleks spa mewah” yang berada di “lembah pembantaian” itu.
Noy berujar pada saat tentara Israel menjalani hidup mewah, anak-anak Palestina kehausan dan berjuang mendapatkan setetes air. Mereka mencari sepotong makanan untuk bertahan hidup di tengah bombardemen oleh Israel.
“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya dilihat oleh mata mereka,” katanya.
“Namun, saya tahu bahwa Zionisme selalu punya bakat luar biasa untuk melatih orang-orangnya yang setia untuk hanya melihat apa yang melayani tujuannya sembari menghapuskan lainnya dari pandangan.”
“Hanya dengan cara ini ‘orang-orang tanpa negeri’ bisa menduduki ‘negeri tanpa orang-orang.’”
Baca juga: Warga Arab-Amerika Waspadai Tokoh Pro-Israel di Kabinet Trump
Dia menyebut Israel tak bisa berpuas diri hanya dengan menghapuskan rakyat Palestina dari pandangan. Oleh karena itu, Israel harus menciptakan realitas alternatif.
(Tribunnews/Febri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.