Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad Diduga Diracun dalam Upaya Pembunuhan di Rusia
Presiden Suriah Bashar al-Assad yang digulingkan bulan lalu, digosipkan menjadi target pembunuhan di Rusia dengan diracun, menurut laporan The Sun.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, diduga menjadi sasaran upaya pembunuhan dengan cara diracun saat berada di Rusia, pada Minggu (29/12/2024).
Dalam laporan yang diterbitkan pada Kamis (2/1/2025), The Sun mengindikasikan adanya upaya pembunuhan yang menargetkan Assad.
Surat kabar Inggris itu mengatakan akun elektronik Jenderal SVR – yang diyakini dikelola oleh mantan mata-mata penting di Rusia – melaporkan Bashar al-Assad, yang berusia 59 tahun, merasa lelah pada hari Minggu dan meminta bantuan medis.
Akun tersebut menambahkan, segera setelah itu, Assad mulai batuk parah dan tersedak.
"Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa dia mungkin menjadi sasaran upaya pembunuhan," kata sumber tersebut kepada The Sun.
Menurut laporan, Bashar al-Assad mendapat perawatan di apartemennya dan kondisinya diklaim sudah stabil pada Senin (30/12/2024).
Menurut The Sun, laporan tes medis menunjukkan adanya racun di tubuhnya, namun tuduhan tersebut tidak didukung oleh sumber yang dapat dikonfirmasi dan tidak ada komentar resmi yang dikeluarkan dari Rusia.
Jatuhnya Rezim Assad di Suriah
Sebelumnya, rRezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.
Sebelumnya, HTS memulai serangannya terhadap militer rezim Assad pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.
Setelah digulingkan, Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke Rusia, tempat mereka memperoleh suaka.
Baca juga: Pemimpin HTS dan Sekutunya Diberikan Pangkat Militer Senior, Mantan Tentara Assad Tidak Senang
Runtuhnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada 2015.
Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.
Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.