Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza Sudah Tercapai, Pengumuman Resmi Ditunda Gegara Netanyahu Curang
Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mencoba mencurangi perjanjian dengan Hamas tersebut dan menghalanginya di saat-saat terakhir.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom

Sumber tersebut menambahkan, delegasi Israel berusaha untuk membenarkan hal ini dengan mengatakan kalau mereka sendiri yang akan menjamin terjadinya penarikan pasukan (IDF), termasuk tetap berada di lokasi-lokasi penting di Jalur Gaza sampai semua hak perjanjian diselesaikan.
Jaminan sepihak dari Israel ini yang masih menjadi hambatan.
Pembukaan Kembali Penyeberangan Rafah
Dalam konteks yang sama, para pejabat dari Badan Intelijen Umum Mesir mengunjungi perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza, Selasa (14/1/2025).
Kunjungan itu dilaporkan untuk menyiapkan laporan mengenai status dan persyaratan pembukaan kembali penyeberangan di perbatasan Mesir-Palestina tersebut.
Dalam assesmentnya, para pejabat tersebut menginspeksi kelengkapan dokumen dan fisik dari perusahaan transportasi "Hala” yang terafiliasi dengan pengusaha Sinai, Ibrahim Al-Arjani.
Perusahaan ini ditunjuk sebagai penyedia jasa angkutan di perbatasan.
"Selain perusahaan itu, ada pula perusahaan lain milik Al-Arjani yang terkait dengan penyelenggaraan dan koordinasi proses masuknya bantuan, di untuk melakukan persiapan pada tahap selanjutnya," kata laporan Khaberni.

Hamas Minta Rincian Penarikan Mundur Pasukan Israel
Sebelumnya kemarin, Selasa, sebuah sumber yang mengetahui perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel mengungkapkan kalau Hamas telah memberikan persetujuannya terhadap rancangan perjanjian tersebut kepada para mediator sejak malam Senin-Selasa.
"Ketika Hamas menyampaikan tanggapannya, Hamas meminta tanggapan dari Israel melalui mediator untuk memberikan peta dengan rincian yang jelas untuk seluruh wilayah geografis di Jalur Gaza di mana tentara pendudukan akan mundur, dengan menentukan waktu setiap penarikan," kata laporan itu.
Sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, menambahkan:
“Hamas khawatir Israel akan mengakali penarikan bertahap jika mediator tidak memiliki peta yang jelas yang dapat dijadikan acuan jika terjadi pelanggaran oleh Israel.”
Dampak Suram Bagi Israel
Peluang besar terciptanya gencatan senjata yang dilakukan lewat proses pertukaran sandera dan tahanan antara gerakan Hamas Palestina dan Israel disambut secara tidak antusias oleh sejumlah entitas Zionis.
Analis Yossi Yehoshua dalam tulisannya di surat kabar Yedioth Ahronoth, menyatakan, kalau draft perjanjian gencatan senjata di Gaza sejatinya merugikan pihak Israel.
Baca juga: Suara Ben-Gvir dan Smotrich Tak Laku, Kabinet Israel Bulat Suara Setujui Gencatan Senjata di Gaza
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.